Pintu Gerbang

16.9K 1K 72
                                    

Akhir-akhir ini, aku merasa ada yang aneh dengan diriku. Sulit sekali berkonsentrasi ketika malam tiba.

Tepat pukul 11 malam, aku masih keluyuran, mengendarai sepeda motor. Dengan laju yang cukup kencang, aku melalui jalan besar yang lengang. Suasana malam yang sepi ditambah dengan jalan yang lengang seperti menghipnotisku.

Ketika akan mengambil jalan lurus di perempatan. Tiba-tiba ada sebuah truk besar yang melintas dari samping kiri. Kucoba menghindar dengan membanting kemudi dsn mengerem. Namun sudah terlambat. Tabrakan pun tak dapat dihindari lagi.

Duag!

Motorku membentur bagian samping truk cukup kencang. Aku pun terjatuh dan terseret masuk ke dalam kolong truk. Naasnya sopir truk yang panik tidak menghentikan mobilnya. Truk malah berjalan maju perlahan.

Kulihat sebagian badan motorku sudah terlindas roda truk. Hancur. Sedangkanku masih terbaring di kolong truk dengan kaki kanan tersangkut badan motor. Berusaha untuk menarik kaki, tapi tidak bisa.

"Ya Allah, inikah akhir hidupku," kataku dalam hati, seraya memejamkan mata. Pasrah.

Masih dengan mata terpejam, aku merasakan tubuhku bergeser. Saat membuka mata, ternyata sudah berpindah tempat, di dekat trotoar.

Aku celingak-celinguk mencari keberadaan orang yang menolongku. Bermaksud untuk berterimakasih. Namun, jalanan terlihat sepi. Tidak ada siapa-siapa di sekitarku. Hanya terlihat supir yang turun dari mobil dengan tergesa-gesa. Menghampiriku.

"Aduh ... maaf, Dek," ucap Supir itu membantuku berdiri.

"Adek gak apa-apa?" tanyanya.

Aku tidak menjawabnya. Masih syok dengan kejadian barusan yang begitu cepat dan membingungkan.

"Dek?" tanya si Supir lagi.

"Aw ...." Aku pun tersadar dan mulai merasakan perih di kaki kanan. Ternyata ada luka goresan yang cukup dalam dan panjang.

Sang supir pun meminta bantuan ke pengendara motor yang baru saja berdatangan. Meminta untuk mengantarku ke klinik terdekat. Salah seorang pengendara motor pun bersedia mengantarku.

Aku pun dibawanya ke sebuah klinik yang tak jauh dari lokasi kejadian. Disusul sang supir yang menumpang ke pengendara motor lain.

Perawat jaga dengan sigap membersihkan lukaku dengan alkohol. Rasanya sangat perih sekali. Sehabis itu baru diberi obat antiseptik dan diperban. Seluruh biaya pengobatannya ditanggung sang supir.

"Dek, untuk kerusakan motornya, nanti bapak lapor dulu ke perusahaan ya," ucap

"Iya, Pak."

"Boleh bapak minta nomor HPnya?"

"Boleh." Aku memberitahu nomor ponselku.

Aku sampai lupa memberi kabar ke ibu tentang kecelakaan ini. Kuambil ponsel di saku celana. Layarnya sedikit retak di sudut kanan.

[Bu, Amir kecelakaan. Sekarang ada di klinik]

Aku mengirim pesan WhatsApp kepada ibu. Tak lama ibu meneleponku.

"Ada di klinik mana?" tanya ibu dari balik telepon, dengan suara panik.

"Gak usah ke sini bentar lagi juga pulang."

"Tapi gak kenapa-napa kan?"

"Cuman kaki aja yang luka."

"Oh ya udah. Hati-hati." Ibu menutup telepon.

Setibanya di rumah, aku dibopong masuk oleh salah satu temanku. Ibu sudah berdiri di teras, menungguku.

Kakak dan ibu, kemudian membopongku masuk ke dalam kamar. Di sana, aku langsung diberi semacam obat herbal untuk luka dalam. Karena ibu khawatir ada luka dalam akibat benturan. Setelah itu aku disuruh istirahat. Lagi pula memang sudah lewat tengah malam juga.

CERITA AMIRWhere stories live. Discover now