Lima

411 45 0
                                    

Rumah itu sangat sederhana. Cat putih pada dindingnya terlihat baru saja dipoles ulang. Tidak ada taman di depan rumah, hanya teras sempit yang cukup untuk parkir dua sepeda motor. Ada beberapa pot bunga anggrek tergantung di langit-langit teras.

Adrian membuka pintu pagar yang tidak dikunci, sementara Kayla ragu-ragu mengikutinya. Sebelum Adrian sempat mengetuk, pintu terbuka dari dalam. Seraut wajah wanita setengah baya muncul dari balik daun pintu.

"Adrian. Kayla." Wanita itu, Leni, tersenyum lebar. "Ayo, masuk."

Adrian dan Kayla melangkah masuk.

Ini pertama kalinya Kayla datang ke rumah itu, setelah Leni bercerai dari Harry.

Pandangan Kayla langsung tertuju pada foto pernikahan Leni dengan suami keduanya, yang terpasang di dinding, berhadapan dengan pintu masuk. Kayla menahan diri untuk tidak mengatakan sesuatu seperti norak, kampungan, dan semacamnya.

Leni menyuruh Kayla dan adiknya duduk di sofa sementara dia menyeduh teh untuk mereka.

"Semua sudah siap, Yan?" tanya Leni seraya meletakkan baki berisi tiga cangkir tes di atas meja.

Adrian mengangguk.

Leni mengalihkan tatapannya pada Kayla. "Kamu sehat-sehat, Kay?"

Yang ditanya hanya mengangguk.

"Sudah dapat baju pesta?"

"Sudah."

"Warnanya apa? Punya Mama warna merah. Mamanya Mia juga pakai warna merah. Mama dengar dari Mia, sebagian dari keluarga mereka juga warna merah atau marun. Nggak janjian, tapi bisa senada. Pasti bagus. Oh ... Punyamu warnanya apa?"

"Krem."

"Wah, sayang. Kamu jadi kelihatan beda sendiri." Raut wajah Leni berubah. Jelas dia kecewa karena warna gaun yang akan dipakai Kayla sangat berbeda. Kayla tak peduli.

Selama beberapa menit hanya ada keheningan di antara mereka. Kayla merasa canggung. Sejak Leni memutuskan keluar rumah untuk hidup bersama pria lain, Kayla menutup hubungan dengannya. Dia tak pernah mau menerima telepon dari sang ibu, atau pun sekedar menemuinya. Hanya karena acara pernikahan Adrian, terpaksa Kayla menemuinya, atas permintaan ayahnya. Harry selalu mengatakan, meskipun dia dan Leni berpisah, wanita itu tetaplah ibu dari Kayla dan Adrian.

Memikirkan hal itu saja sudah membuat Kayla merasa muak.

Gadis itu bangkit dari duduknya.

Adrian mendongak. "Mau kemana, Kay?"

"Pulang," jawab Kayla singkat.

"Kok buru-buru," tukas Leni. "Kamu belum minum tehnya, Kay."

Adrian menyentuh tangan kakaknya, namun gadis itu mengibaskannya dan melangkah ke pintu.

"Selamat siang." Seorang pria bertubuh kekar tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu, membuat Kayla mundur dua langkah karena terkejut. Pria itu tersenyum ramah. "Ada tamu rupanya."

Kayla segera mengenalinya sebagai pria yang berdampingan dengan Leni di foto. Ketika keluar rumah tadi, Adrian sudah memberi tahu namanya. Donny. Dia bekerja sebagai guru olahraga di sekolah swasta.

"Ini Kayla, ya?" Donny mengulurkan tangan kanannya, yang disambut dingin oleh Kayla.

Adrian menyapa lebih dulu. "Hai, Om."

UNFORGETTABLE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang