Sepuluh

325 36 0
                                    

Jonas! Dada Kayla berdesir.

Pria itu mengenakan seragam karyawan Hotel S. Jas dan celana panjang biru tua dengan dalaman kemeja putih. Rambutnya disisir ke belakang, memperlihatkan dahi yang tak terlalu lebar dengan hidung tinggi dan bibir tipis. Matanya menatap tajam.

"Hai." Jonas menyunggingkan senyum dengan tangan terulur. "Apa kabar?"

Dengan berat hati Kayla menyambut uluran tangan itu.

"Selamat datang di kantor baru."

Kayla hanya menyunggingkan sebuah senyum sebagai balasan, lalu berbalik dan melangkah masuk ke lobi utama. Jonas berjalan sejajar di sampingnya.

"Hari pertama, ya?" tanya Jonas. "Perlu bantuan?"

"Bantuan seperti apa?"

"Apa aja."

Kayla menghentikan langkah. "Maksudmu?"

"Jangan mikir yang nggak-nggak, Kay." Jonas tersenyum.

Mata Kayla membulat. "Aku nggak punya pikiran yang nggak-nggak."

"Maksudku ... umm ... Aku tahu kamu nggak punya pengalaman sama sekali di hospitality. Aku memang belum lama kerja di Hotel S, tapi seenggaknya aku punya pengalaman kerja di hotel lain."

"Apa hubungannya?" Suara Kayla terdengar ketus.

"Ya ... Kalau kamu butuh orang yang berpengalaman buat belajar, ada aku." Jonas menelan ludah, menanti reaksi gadis di hadapannya.

Bibir Kayla membentuk huruf O. Matanya mengerjap, menatap Jonas. Tinggi tubuhnya yang hanya seratus-enam-puluh-lima senti membuat kepalanya harus sedikit mendongak ketika memandang wajah pria itu.

Tak ada yang salah dengan tawaran Jonas. Hal itu sudah menjadi bagian dari tugasnya sebagai salah satu staff Hotel S. Dan pria itu bisa berbagi pengalaman dan pengetahuannya selama bekerja di hotel-hotel lainnya pada Kayla. Baiklah, kamu memang butuh dia, Kay.

Dengan cepat Kayla memutuskan untuk menerimanya. "Oke," katanya. "Kita akan bekerja secara profesional."

Jonas mengangguk.

"Berapa nomor handphone-mu?" Kayla mengambil ponsel dari saku celana jeans-nya.

Jonas menyebutkan sederet angka.

Dari kejauhan, di ujung anak tangga, Adrian menyaksikan Kayla dan Jonas bertukar nomor telepon.

***

Ketika Kayla memasuki ruang kantornya, Adrian sudah menunggu. Pria itu duduk di sofa kecil berlapis kain warna biru sambil bermain-main dengan ponselnya.

"Hai," sapa Kayla.

"Hai. Gimana?"

"Apanya yang gimana?" Kayla menutup pintu dan duduk di hadapan adiknya.

"Gimana hari pertama kerja di sini? Luar biasa, kan?" kata Adrian dengan cengiran di bibir.

"Belum ada apa-apa. Kalau tiap hari begini terus, mungkin aku bisa mati karena bosan." Tentu saja Kayla tidak bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Hari pertamanya di Hotel S cukup berkesan.

Pertama, sang ayah menyuruhnya belajar dari makalah anak-anak magang. Kemudian, kedua tantenya sudah curiga dia akan menjadi orang ketiga di antara mantan kekasih dan istrinya. Dan ini sungguh menyebalkan. Menghina, lebih tepat. Dan terakhir, mungkin dia akan sering-sering bertemu dengan pria yang mematahkan hatinya itu, tentu semata karena profesionalitas.

UNFORGETTABLE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang