Delapan Belas

268 28 0
                                    

Kayla kembali ke ruang kerjanya untuk membereskan pekerjaan yang tersisa. Setelah Alden selesai mandi, mereka bertemu di Restoran Safir.

Alden memesan dua cangkir cappucino hangat.

Tidak terlalu lama menunggu, seorang gadis mendekat dengan baki berisi kopi pesanan mereka di tangannya.

"Gimana kerjaanmu?" tanya Alden seraya matanya mengamati sekitarnya. Restoran tempat mereka berada saat ini cukup luas dengan desain bergaya minimalis, dengan banyak warna putih. Setiap meja berukuran sama, dan dirancang untuk empat orang. Desain interiornya sesuai dengan selera Harry Sandijaya.

"So far baik. Menarik. Karena ketemu banyak orang, banyak karakter. Dan itu nggak gampang." Kayla menyeringai. "Aku nggak begitu suka ketemu tamu. Takut dikomplain. Mendingan ketemu mesin, digebuk juga nggak bisa protes."

Kayla dan Alden tergelak.

"Oya, ini aku beneran nggak bisa booking setahun?" tanya Alden setelah tawa mereda.

Mata Kayla membulat. "Buat apa? Apa kamu beneran mau stay di sini satu tahun? Gimana dengan kerjaanmu? Bisnismu?"

"Semua sudah diatur, kok. Kamu tenang aja."

"Siapa? Rudy?"

Alden mengangguk. "Salah satunya. Tapi ada orang lain juga. Tenang, Kayla. Bisnis tetap berjalan seperti biasa."

Kayla ingat perkataan Jonas tempo hari. "Kalau kamu mau stay lama di kota ini, kenapa kamu nggak sewa rumah aja? Lebih murah daripada tinggal di sini, lho."

"Lha, ini aku deposit buat setahun kan menguntungkan banget buat kamu. Bisa buat perluasan hotel, bikin gedung baru, bonus karyawan ..."

Kayla menukas, "Pertama, Hotel S belum ada kebijakan sewa kamar satu tahun seperti itu. Belum ada wacana ke arah sana." Lalu Kayla mengubah sikapnya, dalam sekejap menjadi lebih santai. "This is not drakor, man ... This is reality. Itu uang buat aku shopping aja, boleh?"

Alden tertawa menyaksikan perubahan mimik muka gadis di depannya itu. "Boleh banget. Mau shopping di mana? Singapore? Dubai? Hawaii? Eh, itu sih honeymoon, ya ... Boleh kalau kamu mau, kita honeymoon sekalian."

Kayla menunduk dalam-dalam. Pipinya bersemu malu.

"Kita mau honeymoon kemana, Sayang?" Alden semakin menggoda. Jika kebetulan ada orang tak dikenal mendengar percakapan mereka, pasti dia akan mengira Alden dan Kayla adalah pasangan suami-istri.

Alden mengambil ponsel dari saku celananya dan mulai pencarian situs. "Top 50 honeymoon destination ... One hundred best honeymoon destinations in the world ..."

"Alden ..." Kayla menengadahkan wajahnya. "Please ..."

Alden mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap Kayla dengan intens. Tangan kanannya menyentuh punggung tangan gadis itu. "Aku serius, Kay."

Dari kejauhan, Jonas menyaksikan ketika tangan Alden menyentuh tangan Kayla dan menggenggamnya.

Ada perih yang menyusup dalam hatinya.

***

Di ruang tengah, Jonas duduk termangu di depan televisi. Amel duduk di atas karpet. Di depan gadis kecil itu ada sebuah meja pendek dengan kertas-kertas dan pensil warna yang berserakan.

Selesai mewarnai satu gambar, Amel berdiri, menyambar kertas tersebut dan menyodorkannya pada Jonas. "Papi! Lihat ini. Bagus, nggak?"

Jonas memalingkan wajah pada kertas di tangan Amel dan tersenyum. "Bagus banget. Ini Amel yang warnain sendiri?"

UNFORGETTABLE THINGSWhere stories live. Discover now