Sembilan

343 34 0
                                    

Sebagai putri pengusaha perhotelan, Kayla tak punya pengalaman sama sekali dalam mengelola hotel. Ketika lulus sebagai sarjana ekonomi di usia dua-puluh-dua, Harry sudah meminta Kayla untuk memasuki bisnis keluarga. Namun putri sulungnya itu lebih memilih untuk melihat dunia lain lebih dulu.

Dua tahun kemudian, secara tiba-tiba Kayla membatalkan pernikahannya dengan Jonas, hanya sepuluh hari sebelum hari pelaksanaan. Pembatalan pernikahan itu juga mengacaukan rencana Harry untuk menempatkan Kayla di Hotel S, karena gadis itu memilih untuk menjauh.

Selama empat tahun berikutnya, Harry dan Adrian berusaha membujuk Kayla untuk kembali. Hotel S adalah bisnis keluarga. Harry Sandijaya membangunnya dari nol. Dari yang semula hanya semacam guest house, atau hotel kelas melati, dan tiga puluh tahun kemudian menjadi hotel berbintang—yang tentu saja standarnya mengikuti lokasi. Dari yang semula hanya ada satu hotel di Kota K, lalu berkembang cabang di beberapa kota lainnya.

Hari ini, hari pertama Kayla di Hotel S dimulai pada pukul delapan pagi.

Di ruangan kantornya di lantai dua, Harry yang mengenakan kacamata baca sedang duduk di sofa pendek berlapis kain berwarna abu-abu. Dia sedang membaca sebuah bundelan kertas yang tidak terlalu tebal. Kayla duduk di sofa panjang di sebelahnya, dengan kaki-kakinya saling bertumpu, menunggu sang ayah selesai membaca.

Setelah beberapa menit, akhirnya Harry menutup bundel kertas di tangannya dan mengulurkannya pada Kayla. "Ada enam anak dari sekolah kejuruan yang sedang magang di sini," katanya. "Ini laporan yang mereka buat. Ini bagus. Coba kamu baca dulu. Ini penjelasan singkat bagian housekeeping, front office, food and beverages. Kalau ada yang perlu kamu tanyakan, kamu cari Alfian di HRD. Dia pembimbing anak-anak magang itu."

Kayla menerima laporan itu.

"Kay, selama beberapa minggu ke depan, pelajari semua pekerjaan yang ada di sini. Kamu bisa mulai dari front office dan house keeping. Dua bagian ini yang akan pertama kali dilihat tamu. Jangan lupakan banquet dan MICE."

Kayla mengangguk.

"Kamu boleh pergi." Harry melambaikan tangan sembari bangkit dari sofa. Matanya melirik jam di pergelangan tangan kirinya. "Papa mau ketemu Om Bastian sebentar lagi."

Kayla berlalu dari ruangan sang ayah. Setelah menutup pintu, gadis itu memandang makalah anak-anak magang di tangannya. Oh, that's so good, Kayla. Gadis itu berkata pada dirinya sendiri. Sekarang aku harus belajar dari anak SMA.

***

Selama beberapa jam berikutnya Kayla sibuk mempelajari banyak hal di Hotel S. Pengalamannya bekerja di perusahaan manufaktur seakan tak berperan sama sekali. Dia harus belajar semuanya dari titik nol.

Adrian memperkenalkan Kayla pada beberapa orang pemegang posisi penting di Hotel S, yang nantinya akan sering berhubungan dengannya. Karena Hotel S adalah bisnis keluarga, masuknya Kayla dan Adrian dalam struktur manajemen perusahaan adalah hal yang sudah sewajarnya. Semua orang memahami hal itu sebagai privilege, hak istimewa, yang tak bisa diganggu gugat.

Hanya beberapa orang yang tampaknya keberatan dengan hal itu. Orang-orang yang berada dalam lingkaran kekerabatan dengan Harry Sandijaya.

"Dari dulu aku sudah minta tolong kamu masukin Benny atau Ronny. Kalau nggak bisa dua-duanya, masukin dulu salah satu deh." Indah mengerutkan kening. Matanya memandang Harry dengan tatapan tidak suka. "Kenapa jadi Kayla duluan yang masuk? Apa karena dia anak kandungmu?"

Harry mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Indah adalah kakak sulungnya yang usianya tak terpaut jauh. Dulu kala, ketika dia baru memulai usahanya, Harry sudah mengajak Indah dan suaminya untuk bekerja sama. Namun mereka menolak, dan memilih menjual bagian tanah warisan yang mereka punya kepada Harry. Di atas tanah itulah Harry mendirikan Hotel S.

Kini, Indah menuntut agar Harry memberikan posisi pada salah satu atau kedua putranya.

Dan bukan hanya Indah. Adik perempuan mereka, Ayu, juga meminta hal yang sama. Dia berharap Harry memberikan posisi penting di perusahaan kepada salah satu dari ketiga anaknya. Bukan karena anak-anaknya butuh pekerjaan. Saat ini mereka semua sudah punya pekerjaan tetap. Namun, masih sebagai karyawan biasa. Jika bisa menempati salah satu jabatan penting di Hotel S, tentu itu perkara lain.

Bagaimana pun, di dunia yang masih melihat penampilan, prestise adalah sesuatu yang sangat penting.

"Kamu nggak akan bisa seperti ini kalau bukan karena dukungan dari kakak dan adikmu ini," kata Ayu menambahkan. Indah menganggukkan kepala tanda setuju.

Harry menghela napas. Dalam hati dia merasa kesal pada mereka. Dulu, pada saat dia masih merangkak dan tertatih-tatih, mereka menolak proposal kerjasama darinya. Kini, saat perusahaan sudah cukup besar, mereka datang dan bertingkah seolah-olah itu semua karena mereka sudah mendukungnya habis-habisan.

"Baik," katanya beberapa saat kemudian. "Aku tidak bisa memberikan posisi apa-apa saat ini karena semua sudah terisi. Minta anak-anak kalian mengirim curriculum vitae pada Adrian. Nanti, jika ada posisi kosong, Adrian yang akan mengurus mereka."

Indah dan Ayu saling berpandangan.

"Hmm ... Begitu juga boleh." Akhirnya Indah membuka suara, meskipun hatinya masih kesal. Ayu pun setuju.

***

Kedua wanita itu keluar dari ruang kantor Harry. Di ujung anak tangga, mereka berpapasan dengan Kayla.

"Tante Indah. Tante Ayu." Kayla menyapa. "Dari kantor Papa, ya?"

Ayu menepuk-nepuk lengan Kayla. "Apa kabarmu? Betah ya, kerja di sini? Pasti betah lah, ya. Kan kantor sendiri." Wanita berambut keriting itu tersenyum.

"Ini baru hari pertama, Tan." Kayla menanggapi sindiran itu. "Belum berasa betah atau nggak. Semuanya harus mulai dari nol. Beda banget sama kerjaan yang lama."

"Oya, ngomong-ngomong ..." Indah menolehkan kepala ke sekelilingnya. "Di mana Jonas? Tante dengar katanya dia kerja di sini."

Hati Kayla mencelus mendengar nama itu disebut. "Kayla belum ketemu Jonas," jawab Kayla. Dia berusaha bersikap biasa saja.

"Hati-hati saja, Kay. Dia kan sudah punya istri. Kamu jangan dekat-dekat lagi sama dia," kata Indah memperingatkan. "Jangan sampai ada skandal seperti mama kamu dulu. Merusak nama keluarga! Ingat, ini kota kecil. Tembok pun bisa ngomong."

Peringatan itu seolah menyamakan Kayla dengan Leni. Dalam hati gadis itu merasa tersinggung, namun dia tak mau mengeluarkan bantahan apapun.

Kayla menyentuh bahu kedua bibinya itu. "Tan, maaf Kayla harus balik kerja. Tante tadi naik apa ke sini? Apa mau diantar sama Pak No?"

"Oh, boleh. Pak No lagi nggak ada kerjaan, ya?" Ayu segera mengambil kesempatan itu. "Pinjam sebentar, boleh? Tante ada keperluan ke suatu tempat."

Kayla mengiyakan, lalu bergegas ke meja penerima tamu di area lobi. Dia berbicara sebentar dengan gadis yang sedang berjaga di sana, memintanya memanggil Pak No. Dia juga berpesan agar gadis itu memberi tahu Harry bahwa sopir pribadinya sedang mengantar kedua saudaranya.

Setelah Indah dan Ayu memasuki mobil yang disopiri Pak No, Kayla berbalik untuk kembali ke ruangannya.

"Kayla."

Langkah gadis itu terhenti. Seketika dadanya berdebar ketika melihat sosok yang memanggil namanya.

***

UNFORGETTABLE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang