Dua Puluh

297 31 0
                                    

Kayla berputar dua kali untuk mencari tempat parkir yang kosong. Sore itu alun-alun cukup ramai. Banyak orang lalu lalang dengan sepeda atau sekedar berjalan kaki.

"Aku sudah lama banget nggak jalan-jalan di sini," kata Kayla sembari menatap lapangan di depan mereka. Ada bangku-bangku kayu di sepanjang tepi lapangan. Penjual manisan gulali melintas di depan mereka.

"Mau?" tanya Kayla.

Alden menggeleng.

Kayla memanggil si penjual gulali merah muda itu dan membelinya sebatang. Kemudian diajaknya Alden menyeberang jalan melewati zebra cross, menuju lapangan. Sesampainya di seberang, mereka berjalan pelan-pelan menyisir trotoar.

"Aku mau cerita sesuatu," kata Kayla. Jemarinya menyentuh gulali, menggulung dan menyesapnya. Gadis itu menunjuk salah satu bangku kosong dan mengajak Alden duduk di sana.

"Aku mau cerita sesuatu," kata Kayla lagi.

Alden berpaling. "Aku siap mendengar."

"Aku produk keluarga gagal," ucap Kayla lambat. "Mama papaku cerai karena mamaku selingkuh."

Alden diam mendengarkan.

"Waktu SMA, aku melihat mamaku ciuman dengan laki-laki lain."

Alden terkejut mendengarnya. "Kamu ... Lihat mereka ... Di depan mata?"

Kayla mengangguk. "Aku shocked. Di rumah, aku kepingin kasih tahu Papa apa yang kulihat, tapi aku nggak tega. Aku kepingin marah ke Mama dan tanya siapa laki-laki itu, tapi aku nggak berani. Aku juga nggak bisa cerita ke Adrian. Aku kasihan padanya. Aku pikir gimana reaksinya kalau tahu Mama selingkuh? Akhirnya aku diam."

Alden menarik napas dalam. Dia tak bisa membayangkan bagaimana Kayla remaja melihat perselingkuhan yang dilakukan ibunya, lalu merasa harus menyembunyikannya rapat-rapat.

Setelah menyesap gulalinya hingga tersisa separuh, Kayla berdiri, menengok ke kiri dan kanan untuk mencari tong sampah. Matanya menemukan satu, tak jauh dari bangku dia duduk.

"Sebentar, ya. Aku buang ini dulu." Setengah berlari Kayla menuju tong sampah dan membuang sisa gulali. Lalu dia kembali sembari membersihkan tangannya dengan tisu basah.

Alden menyodorkan sebotol air mineral yang baru saja dibelinya dari penjual minuman yang lewat di depannya.

"Kamu tahu, aku menyimpan soal Mama, berharap nggak ada yang tahu." Kayla tersenyum tipis. "Aku lupa, ada orang lain yang tahu dan ngelihat juga. And then ... Aku jadi korban bully di sekolah."

Alden meraih tangan Kayla dan menggenggamnya.

"Aku nggak ngerti kenapa Vini dan Andrea cerita kesana-kemari tentang Mama. Supaya aku malu? Ya, aku malu banget. Seolah-olah seisi dunia tahu aku anak seorang perempuan tukang selingkuh."

Alden meremas tangan Kayla, seolah memberinya kekuatan.

"Tadi di rumah sakit, aku tanya Mama, kenapa dia seperti itu. Tahu jawabannya apa? Karena dia kesepian. Dia bilang Papa selalu kerja, dari pagi sampai malam kerja melulu sampai nggak punya waktu buat dia." Kayla berhenti untuk menarik napas. "Kamu tahu, aku jadi mikir, jika suatu saat aku married, apa aku juga akan seperti Mama? Aku takut, Al. Aku nggak mau seperti itu."

Alden melepas genggaman tangannya dan menarik tubuh Kayla hingga mereka bertatapan. "Kay ... Jangan khawatir tentang hal-hal yang belum tentu terjadi. Kamu bukan mama kamu. Aku percaya kamu punya cara-cara yang baik untuk masalah yang harus kamu selesaikan."

UNFORGETTABLE THINGSWhere stories live. Discover now