Tujuh Belas

271 33 0
                                    

Turun dari taksi, seorang bellboy menyambut Alden dengan ramah. Setelah koper-koper diturunkan dari bagasi, bellboy memgantar sang tamu ke meja resepsionis untuk reservasi ulang.

Alden menyebut namanya dan menyerahkan berkas-berkas yang diperlukan. Pramono dan Ika saling berpandangan beberapa saat. Mereka jelas mengingat nama pria yang sempat membuat heboh bagian administrasi karena pesanan kamar yang tidak lazim, satu suite room untuk jangka waktu satu tahun, dibayar tunai.

Namun Kayla menolak pesanan itu. Dia hanya mengizinkan sang tamu reservasi kamar untuk jangka waktu satu bulan, dan bisa diperpanjang.

Ketika Pramono sibuk memasukkan data Alden ke dalam komputer, diam-diam Ika mencuri pandang pada sang tamu yang menunggu dengan sabar di depan mejanya. Kulit putih dengan rambut sedikit bergelombang di bagian depan. Mata yang tidak terlalu besar, tapi tidak sipit. Hidung tinggi, bibir tipis, dan dagu sedikit belah. Samar-samar terlihat garis biru di atas bibir dan rahangnya.

Ika meraih ponsel yang tersimpan di dalam laci. Setelah menemukan grup WA karyawan Hotel S, jemarinya mulai mengetik.

[Ika] Woy... tau siapa yang ada di depanku? Oppa korea, coyyyy...

Tentu saja grup itu hanya berisi karyawan yang levelnya setara dengan Ika dan Pramono, dan sedikit lebih tinggi di atas mereka seperti supervisor.

[Watik] Cakepppp ...

[Burhan] Cakepan juga gue *emotikon tertawa

[Watik] Security dilarang iri!

[Dina] Kamar nomor berapa?

[Watik] Gercep amat

[Ika] Tanya Pramono

[Ika] Suite room

[Jun] Siapa sih? Rame amat

[Ika] Alden, temen Bu Kayla

[Watik] Pacar kaleee ...

[Dina] Yah kalah set lah gue *emotikon menangis

[Ika] Dah aku balik

[Dina] Ibu supervisor yth.

[Dina] Tolong tempatkan saya di kamar bapak Alden

[Watik] ngarep amat sih @Dina

[Dina] Lumayan, bosen cuma lihat kegantengan yang itu-itu aja

[Burhan] Siapa? Aku?

[Watik] *emotikon tertawa

[Watik] Pak adrian sama pak Jonas dong

[Burhan] Cakepan aku

Pramono mengetuk meja Ika dua kali dengan buku-buku jarinya. Lelaki itu berbisik, "Fokus, Mbak."

Ika menunduk dalam-dalam, berusaha menyembunyikan senyumnya.

***

Pramono menyerahkan kunci kamar ke tangan Alden sembari menyebutkan nomor kamarnya, kemudian meminta salah satu bellboy yang ada di sana untuk mengantar barang bawaan sang tamu.

Ketika melintasi ruang lobi yang luas menuju lift di sebelah kanan, Kayla memasuki ruangan dengan setumpuk kertas di tangan. Alden melihatnya lebih dulu, berjalan cepat mendekati gadis itu.

"Kayla!"

Kayla memalingkan wajah, sesaat terkesima melihat sosok Alden. Meskipun masih mengobrol di telepon dan WhatsApp, sudah berbulan-bulan mereka tak bertemu.

UNFORGETTABLE THINGSWhere stories live. Discover now