Dua

1.4M 96.1K 8.2K
                                    




SELAMAT MEMBACA

Aliza menangis, tau begini ia tidak ingin mendengarkan apa yang ingin Bundanya bicarakan.

Ia mendekat ke arah bunda, kembali memohon.
"Aliza nggak mau Bunda, Aliza udah gede, Aliza nggak mau dijodoh-jodohin, Aliza udah punya Zero, kita bakal nikah kok bun" ucapnya terbata bata karena terganggu suara isak tangisnya.

Bunda medekat ke Aliza, mengusap pelan air mata anak gadisnya, ia tahu Aliza mempunyai pacar, tapi ia tidak yakin lelaki yang bersama Anak gadisnya adalah laki laki baik.

"Aliza dengar bunda sayang, Bunda tahu Aliza punya pacar, tapi bunda udah yakin, laki laki yang akan bunda jodohkan bukan laki laki sembarangan, ia laki laki baik, Bunda mengenalnya".

Aliza menatap kedua mata Bundanya.
"Bun Aliza nggak mau".

"Bunda tidak menyukai Zero, Bunda pernah lihat ia jalan dengan wanita lain, genggaman tangan pula"
Mira tidak bohong, ia benar benar melihat pacar anak gadisnya itu sedang berjalan mesra dengan gadis lain, sejak saat itu ia tidak menyukai Zero.

Aliza menjauh dari bundanya, ia menatap kecewa perkataan bunda.
"Bunda bohong, Zero ngak kaya gitu bund, Zero sayang Aliza, begitupun sebaliknya".

"Assalamualaikum, ada apa ini?" Tanya seseorang laki laki paruh baya yang baru menyelesaikan pekerjaannya.

"Ayahhh" Teriak Aliza segera mendekat ke arah Rakha, ayahnya.

Aliza memeluk erat ayahnya, berharap sang Ayah berada dipihaknya.
"Ayah bilang ke Bundaa, Aliza nggak mau dijodoh- jodohin".

Rakha tersenyum, membalas pelukan anak Gadisnya.
"gapapa sayang, laki laki yang akan dijodohkan dengan kamu bukan sembarangan kok. Ayah dan Bunda sudah sangat kenal laki laki itu".

Aliza melepas pelukannya, tersirat tatapan kecewa, marah, sedih, bercampur aduk disana.
Ia pikir Ayah akan berada dipihaknya, namun sama saja.

"kenapa nggak dijodohin sama kak Rana ajaa Bund, kenapa harus Aliza".

"Karena Bunda mau yang terbaik buat Aliza, Kak Rana sudah sangat dewasa, laki-laki yang dipilihnya juga sangat bunda kenal. Sedangkan kamu, Zero? Bunda yakin dia playboy".

Mendengar itu Aliza kembali meraung, bahkan ia terduduk seperti anak kecil.
"Ayahhh Bundaa, Alizaaa nggak mau hikss" tangisnya kembali pecah.

Rakha duduk mendekat kearah Aliza, mengacak lembut puncak kepala Aliza.
"Kinaan Ozama El Fatih, namanya saja keren, apalagi orangnya-" ucap Rakha, sengaja menggantungkan kalimatnya.

"dia salah satu santri pondok pesantren terkenal, pengetahuan tentang agamanya juga tidak diragukan. Hapalan serta bacaan alqurannya insyaallah sudah mantap, Ayah dan Bunda yakin Kinaan akan membimbing kamu dengan baik" ucap Rakha mencium kening Aliza, berharap anak gadisnya itu mengerti.

Aliza merengek kepada sang Ayah.
"Aliza belum tamatt SMA yah, Masa disuruh nikah. Aliza ngak mau" ucapnya dengan wajah yang sudah berantakan akibat terlalu banyak menangis.

Rakha terkekeh kecil mendengar ucapan Aliza.
"tidak lama kok, bentar lagi juga tamat, jalani aja dulu ya nak".

Aliza tak peduli, ia tetap pada pendiriannya, ia tidak ingin dijodohkan.
"Aliza cinta Zero, Aliza nggak mauu sama cowo selain Zero, T I T I K". Ucap Aliza menekan pada kata TITIK. Setelah itu Aliza berlari menuju kamarnya dengan perasaan tak tentu.

Bunda juga tak mau kalah, ia tidak ingin anak gadisnya mencintai laki laki seperti Zero. Kata bunda Zero itu playboy berkedok goodboy hanya karena jabatan ketua osisnya.

"NGGAK ADA TITIK TITIK, KAMU HARUS MENIKAH DENGAN SANTRI PILIHAN BUNDA!".

Pendek pendek dulu ya, biar ngak pada bosan bacanya^^

Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Where stories live. Discover now