SEMBILAN

970K 84.1K 7.4K
                                    



Aliza tampak tak bersemangat disekolah saat ini.
Ia sudah menceritakan semua tentang bagaimana Zero telah menduakan dirinya, yang membuat kedua sahabat Aliza menggeram.

Kanaya mengusap pundak Aliza, memberi sedikit semangat kepada Aliza.
"Udahh jangan dipikirin cowo kek gitu mah".

Zena mengganguk tanda ia menyetujui ucapan Kanaya.

Aliza mengganguk mengerti, ia beruntung mempunyai sahabat seperti Kanaya dan Zana.

Aliza dibuat kaget, mendapat tangannya ditarik begitu saja oleh seseorang. Siapa lagi kalo bukan si Nol alias Zero.

Aliza melepas kasar genggaman tangan Zero.

Zero menatap lekat Aliza, tatapan yang hampir membuat dinding kokoh yang sudah Aliza bangun untuk tidak lagi menerima Zero hampir runtuh.
"Aku minta maaf, aku sayang kamu Aliza".

Tapi satu sisi lain ia juga muak telah termakan omong kosong laki laki didepannya ini.

Aliza tersenyum paksa.
"keputusan gue udah bulat, ngak bisa di love love in lagi, K I T A P U T U S" ucap Aliza tegas.

Zero tak terima mendengar itu, wajahnya memanas.
Ia mendekat ke arah Aliza, mencengkal pergelangan tangan gadis itu. Aliza meringis mendapati cengkalan kuat dari Zero.

"APA KARENA PRIA WAKTU ITU!" bentak Zero membuat Aliza memejamkan kedua matanya. Aliza tidak suka seseorang berbicara dengan nada tinggi didepannya apalagi hingga membentak.

Kanaya mendorong kasar Zero hingga cengakalan tersebut terlepas. Zena segera menarik Aliza menjauhi Zero.

Kanaya menunjuk wajah Zero.
"JANGAN KASAR SAMA SAHABAT GUE!" Tegas Kanaya tanpa rasa takut. Kanaya memang gadis berani diantara Zena dan Aliza. Kanaya akan mengeluarkan induk singa dalam dirinya jika sesorang berani menggangu sahabatnya. Baginya Zero hanyalah debu kecil yang gampang ia sapu.

Aliza menatap tajam Zero, tatapan yang tak pernah ia tunjukkan selama ini pada laki laki yang pernah ia cintai, laki laki yang membuatnya banyak berharap, laki laki yang membuatnya percaya cinta itu nyata. Kini laki laki itu telah menjadi sumber dari setiap ia benci makna cinta.

Aliza melepaskan pelan genggaman Zena ditangannya, lalu kembali mendekat kearah Zero.
"Bener ya, hati itu gampang dibolak balikkan. Kemarin lo adalah alasan setiap bahagia gue. Dan sekarang lo adalah alasan setiap rasa benci gue".

Setetes air mata berhasil keluar dari kedua mata indahnya. Ia benar benar dibuat kecewa oleh Zero. Selama ini Zero yang ia kenal tidak kasar. Ternyata itu hanya topeng sementara yang Zero gunakan untuk menutupi sikap busuknya.

Zero tersenyum licik, ia mendekatkan wajahnya ke Aliza.
"Gue bakalan bongkar bahwa lo bakalan nikah muda, biar satu sekolah berpikir buruk tentang lo". ucap Zero tersenyum bangga merasa puas dengan ucapannya.

Aliza menunduk, Zero pintar dalam hal mengancam.

Melihat perubahan ekspresi Aliza. Kanaya menarik kerah baju Zero, membuat laki laki itu kesulitan mencari nafas.
Kanaya menatap tajam Zero, mata bulat itu seperti mengeluarkan mantra yang membuat Zero tak berani melawan.

Kanaya mengeluarkan ide liciknya.
"Lo ancam Aliza, gue bisa ancam lebih parah. Gue bakalan bilang Bokap gue buat berhentiin kerja sama dengan perusahaan bokap lo. and you lost everything" ucap Kanaya diakhiri dengan senyum smirknya. Zero memang pintar dalam hal mengancam, tapi Kanaya lebih pintar.

Zero terdiam kaku, ancaman yang berhasil membuat dirinya bungkam seketika. Wajahnya terlihat pucat, ia menatap kesal Kanaya.
Zero berbalik arah, meninggalkan Aliza dan kedua sahabatnya.

Zena tersenyum, bertepuk tangan bangga dengan Kanaya.

"NAMA SAMA OTAK SAMA AJA, N O L" Teriak Zena melihat langkah Zero yang sudah menjauh dari mereka.

Aliza tersenyum, memeluk kedua sahabatnya. Sungguh memilki sahabat seperti Kanaya dan Zena adalah anugrah bagi dirinya.

Btw, sampe sini ceritanya gimana?

Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant