EMPATPULUHLIMA

618K 69.1K 27.5K
                                    



Aliza melangkah takut memasuki gerbang sekolah. Bukan apa, dari depan gerbang saja ia sudah mendapat hinaan dari beberapa murid.

Sepanjang memasuki kelas, ia hanya menunduk. Satu sekolah sudah mengecap buruk dirinya, tanpa cari tahu kebenarannya.

Langkahnya terhenti, melihat kedua sahabatnya berlari mendekat. Aliza hanya diam, karena setiap selangkah ia berjalan. Maka kata-kata pedas berbagai murid menghujani dirinya.

Kanaya dan Zena melindungi gadis itu. Kanaya tak segan-segan meninju siapa saja yang berani menggangu Aliza didepan matanya. Mau itu laki-laki atau sejenis dengannya, ia tak peduli jika itu menyangkut sahabatnya.

Aliza lagi lagi memberhentikan langkahnya, matanya menatap mading dari kejauhan. "sama aja, lebih sakit jika diliat nyata gini" gumam Aliza terdengar kecil.

Coretan kata-kata kasar dimading sudah beberapa kali Kanaya dan teman sekelasnya hancurkan. Si Nol dan para suruhannya itu kembali berulah, dan menempelkannya lagi.

"Dasar permpuan murah"

"sok alim, aslinya hamil diluar nikah"

"nggak malu sama hijab"

"ganti muka binatang aja deh mending"

Kata-kata dari gambar yang Dewi kirim semalam, selalu saja berputar ria didalam otak Aliza. Ternyata jika dilihat langsung lebih sakit.

Aliza melanjutkan perjalanannya, diekori Zena dan Kanaya dibelakang. Setelah meletakkan tas, Aliza duduk termenung dikursinya. Murid lain mencoba menghibur Aliza, namun tak semudah itu.

"kalian tau kan?kenapa nggak kasi tau gue?" tanya Aliza lebih terdengar seperti sebuah kekesalan.

Kanaya dan Zena diam sejenak, maksudnya bukan jahat. Ia hanya tak ingin Aliza sedih jika mendengar kabar pait itu. Apalagi saat melihat kondisi gadis itu yang baru saja memulih. Jika diberitahu, ia tak yakin Aliza akan tidak sedih.

"kita nggak mau lo kepikiran" jawab Kanaya yang diangguki Zena.

Aliza yang mendengar itu hanya diam tak menjawab. Ia lalu meraba kolong bawah mejanya. Dan tangannya terhenti, saat merasa ada yang tidak beres dibawah mejanya. Ia lalu mengintip, banyak sekali kertas didalam sana.

Ia menarik nafas kasar, kertas itu pasti ulah mereka yang jahat. Dan dikertas ini, banyak sekali coretan kata-kata kasar yang tentu saja ditunjukkan untuk Aliza.

Kanaya dan Zena menepuk jidat bersamaan. Ia lupa membersihkan kolong meja Aliza.

Aliza tak kuasa lagi menahan tangis. Kanaya dan Zena yang melihat raut wajah sedih Aliza segera mengambil seluruh kertas disana. Mereka lalu merobeknya hingga kecil kecil, dan membuangnya ketempat sampah. "cupu banget main kek ginian" sarkas Kanaya terkekeh sinis, ia mengupal kertas itu dengan kekesalan.

Tiba-tiba diluar sana sudah terdengar suara riuh langkah kaki beberapa murid yang berlarian. Padahal setaunya, hari ini kelas manapun tak ada jam olahraga. Terus kenapa mereka lari lari?

Kanaya dan Zena menatap heran kearah luar. Hingga tanpa sadar saat mereka berbalik arah, Aliza sudah tidak ada ditempat. Entah kapan perginya, Kanaya dan Zena saling menatap tanda tak tau.

Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Where stories live. Discover now