_06 Jo Sara?

31 8 2
                                    

Yiseul memandang nanar pintu menuju ruang bawah tanah yang rusak parah. Kakinya secara sadar bergerak melangkah semakin turun. Semua benda yang ada di sini terbuat dari kaca, termasuk beberapa botol kaca yang berjajar di sebuah rak dan tertutup kain hitam. Ia menghela napas mengetahui botol-botol itu masih tampak dalam posisi yang sama seperti dulu, seolah belum tersentuh sekalipun.

Ada 5 botol, masing-masing memiliki siluet hitam kecil yang bergerak secara samar di dalam sana. Bentuk dan hiasan botolnya pun berbeda, meski sama-sama memakai berlian sungguhan yang gemerlap.

Ia sengaja menghias sendiri botol itu dengan berlian, sesuatu yang berkilau, gemerlap, dan berharga adalah favoritnya.

"Walau aku tak bisa mencegah siapapun yang akan menghancurkan penjara kalian, aku akan selalu memastikan tidak ada yang keluar dari rumah botol berlian ini, " bibirnya bergumam lirih, senyum miring pun terukir jelas.

Terdengar sahutan sinis beberapa saat kemudian, "Suatu saat seseorang pasti akan melepaskan kami, seorang penolong yang membebaskan kami dari sekapan anak perempuannya sendiri."

"Aku tidak pernah menyekap, kalian sendiri yang membuat masalah, entah apa kesalahan itu. Tapi yang jelas firasatku mengatakan kalau kalian jahat," Yiseul mengelak.

"Aku ibumu Jo Sara! teganya kau berkata begitu, dasar anak durhaka!"

Gadis itu memprotes dengan emosi terpancing, "Aku Yiseul, bukan Sara!"

"Nama mungkin bisa kau ubah, tapi ingat Sara, kau adalah penjahatnya kali ini. Dirimulah yang akan menanggung akibat dan penyesalannya."

"Sebentar lagi aku akan pergi, sangat jauh dari tempat ini, seseorang berjanji akan membantuku. Jadi jangan berulah ya... IBU," balas Yiseul dengan penekanan untuk panggilan istimewa tersebut.

Terdengar sahutan berupa tawa sumbang, "Perjalananmu tidak akan semudah itu, sayangku."

•••

Tirai jendela dibuka lebar, membiarkan cahaya matahari merasuk ke dalam ruangan yang letaknya di pucuk bangunan tersebut. Changbin duduk di sofa dekat jendela, namun kali ini sambil membaca beberapa buku yang masih layak pakai, ia sengaja mencari ke sela-sela rak sekalipun.

Sudah dua jam, sudah tiga buku yang ditamatkan secara kilat.

Tepat ketika mulai membaca buku ke empat, ada hal yang menarik perhatiannya. Buku itu memang hanya sekedar novel romansa, namun nama pemeran utamanya lah yang membuat Changbin terkejut, pemeran utama wanita ialah Son Yiseul.

Apa ini kebetulan? kenapa pas sekali?

Changbin tersenyum kecil, ia menyimpan buku itu untuk ditunjukkan pada Yiseul—yang belum muncul sama sekali sejak pagi.

Ia sangat mengharapkan kedatangan gadis manis bergaun ungu itu, namun yang tiba dalam waktu kilat tanpa mengetuk pintu justru sosok lain. Changbin sontak menekuk wajah, sebal.

"Changbin, lihat obeng tidak?" tanya Minho, tangannya menggoyangkan sebuah radio tua, sudah diyakini benda itu bagian dari rumah ini.

"Tukang perkakas itu kan si Jisung, tanya dia lah!" balasnya agak sewot, masih terbawa kekesalan. Padahal Minho pun tak melakukan sesuatu yang menjengkelkan.

"Dia sendiri juga tidak menemukannya, makanya aku tanya padamu"

"Mungkin ketinggalan di ruang bawah tanah, kemarin kan dia membenahi di sana." Minho menggaruk dagu, kakinya langsung melesat ke tempat tujuan utama, ruang bawah tanah.

"Perasaan pintunya sudah ditutup kemarin.'

Miho mungkin bingung, penasaran, ragu, khawatir, sekaligus takut. Namun dirinya berusaha tidak peduli, berpikir positif kalau Jisung atau Changbin lah yang melakukannya. Ia pun melangkah menuruni tangga dengan langkah pasti.

"Di mana ya obeng," kepalanya mencari kesana kemari, bergumam kecil agar cepat menghilangkan sensasi merinding yang tengah menerpa, "Obeng... kau kemana?"

Sementara di dalam, seseorang yang masih di sana tampak kebingungan.

Yiseul terlalu panik, ia sampai tak bisa menggerakkan tubuh dengan baik, hingga kaki-nya tergores pecahan kaca—lantas keluarlah darah berwarna hitam pekat. Jelas bukan darah manusia pada umumnya yang secara nyata berwarna merah tua.

Di sisi lain, Minho melihat kejadian itu, matanya membeku, tubuhnya pun kelihatan gemetar seperti orang ketakutan.

Yiseul menahan, tangannya terulur berusaha menenangkan suasana yang mungkin akan disalah pahami, "Tolong, jangan takut..."

Gerakkannya yang sponyan mendekat langsung ditolak secara kasar.

"Jangan mendekat setan!" bentak Minho.

Keduanya sama-sama terkejut dan takut. Yiseul merasa terkejut karena keberadaannya tiba-tiba ditemukan secara tak sengaja, terlebih dalam momen seperti ini. Sementara minho merasa takut... sangat... teramat...

Karena dalam pandangan Minho, sosok Yiseul tergambar jelas sebagai perempuan bergaun ungu yang dipenuhi darah pada sekujur tubuh hingga wajah, bola matanya berwarna kemerahan dan pupil kecil, juga sebelah bibirnya tergores hingga pipi.

To be continued...

Days After My Death [] ChangbinWhere stories live. Discover now