_07 Hantu Gaun Ungu

28 7 0
                                    

Di saat posisi keduanya masih saling tegang, tidak ada yang berani bergerak, Changbin tiba-tiba muncul  dengan langkah tergesa. Rautnya terlihat panik, namun berusaha ditutupi.

"Cha-Changbin, ka-kau juga bisa melihat ada makhluk selain kita di sini kan?" Minho terbata, telunjuknya menuding Yiseul yang tampak takut, sedih, sekaligus khawatir.

"Tidak ada." Changbin pura-pura tidak melihat. Ide jahil pun mendadak terlintas dikepala, "Kita mungkin akan lama di tempat ini, jadi tolong persiapkan dirimu, karena makhluk seperti itu memang ada."

"Terserah!" balas Minho kesal. Ia ingat ucapannya kala itu tengah ditirukan. Pria itu lantas pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun lagi, langkah kakinya juga tergesa, kelihatan takut setengah mati.

Yiseul merasa ingin menangis, ia mendekat dan disambut pelukan menenangkan secara spontan, "Changbin..," rengeknya bagai anak-anak yang menangis karena mainanya direbut.

Meski tahu dirinya yang abadi dan misterius jauh lebih kuat dari manusia manapun termasuk Minho, Yiseul tetap takut. Manusia kadang kala bisa lebih mengerikan dari makhluk apapun, ia takut Minho menyakitinya.

Changbin mengeratkan pelukan, sembari mengusap bahu Yiseul, "Minho memang agak aneh. Dia ketakutan setelah melihat makhluk secantik dirimu, sekalipun kau hantu abadi atau apalah. Jangan dengarkan perkataannya tadi."

Pria itu sengaja menyelipkan candaan, namun dibaliknya, sosok Yiseul masih tampak sempurna seperti yang biasa dilihat. Cantik, menawan, dan memikat. Bukan berwujud moster mengerikan seperti yang dilihat Minho.

Dapat disimpulkan pandangan keduanya terhadap Yiseul berbanding drastis.

"Yiseul, jangan sedih, dia pasti hanya terkejut karena melihat orang asing di sini." Changbin tanpa sadar sudah bersikap bak lelaki sejati yang menenangkan kekasihnya. Dia sendiri tidak merencanakannya, bahkan sama sekali tidak disadari. Hanya berupa murni simpati.

Yiseul tampak salah mengartikannya. Dari sorot mata, gadis itu mulai memiliki harapan besar, "Changbin, kau tidak akan meninggalkanku 'kan?"

"Tidak," balasnya yakin.

"Aku takut," bisik gadis itu.

Changbin tak segan untuk lebih meyakinkannya lagi, "Tidak akan ada yang melukaimu, tenang saja."

'Sebenarnya bukan itu yang paling ku takutkan.' Yiseul membatin dalam benak.

'Hebat sekali, Yiseul, sekarang kau punya manusia yang berpihak padamu. Mari kita lihat bagaimana kelanjutannya nanti,' suara itu berasal dari salah satu siluet dalam botol kaca.

•••

Minho tak ingat apa yang dilakukan sebelumnya, tapi tiba-tiba langkah kaki itu membawanya menuju ruang bawah tanah. Jika sebelumnya di tempat itu berisi kaca dan cermin, kini semua kosong, tergantikan oleh lima botol yang mengambang secara berjajar.

Salah satu bayangan hitam tiba-tiba keluar dari botol, di susul yang lainnya. Satu per satu mereka menunjukkan wujud asli di hadapan Minho. Wujud menyerupai manusia biasa, namun tampak aneh mulai dari warna tubuh putih pucat, bola mata hitam sepenuhnya, dan kabut hitam di sekeliling mereka.

Dari deret paling kanan, berwujud nenek tua, membawa keranjang buah yang berbau tak sedap, Minho menduga buah-buahannya sudah busuk, karena terlihat belatung menari-nari di kulit buahnya.

Di sampingnya terdapat anak kecil, laki-laki. Dengan wajah suram, kedua tangannya memeluk erat boneka mengerikan, persis seperti mainan berhantu dalam film horor.

Kemudian, terdapat seorang pria dewasa, memakai jas lengkap kemeja dan celana hitam, seperti pekerja kantoran biasa. Sekilas tampak tak mengerikan, tapi ketika membuka mulut, seluruh giginya berwujud gigi taring yang siap mengoyak apapun hingga hancur lebur.

Pria itu menggandeng seorang wanita, yang mengenakan gaun motif bunga dan topi pantai. Bibirnya terpoles lipstik merah menyala, warna senada dengan sekuntum mawar yang digenggam. Yang mengerikan, lidahnya berbentuk seperti ular. Diperkirakan mereka adalah pasangan suami istri.

Sementara di ujung, terdapat seorang gadis, usianya sekitar 22 atau 23. Auranya terlihat paling mengerikan diantara yang lain, mungkin karena memiliki rambut super panjang hingga menyentuh lantai. Pakaiannya mirip seorang balerina, lengkap dengan sepatu balet, tepi semuanya dipenuhi jahitan, mulai dari dahi, pipi, hingga pakaian.

"Lee Minho, maukah kau memecahkan botol-botol kaca yang selama ini menjerat kami?" ujar pria bergigi taring sembari menyeringai menunjukkan deretan giginya.

Istrinya yang membawa mawar berduri menimpali, "Jika kau melakukannya, aku akan mengabulkan seluruh permintaanmu tanpa batas."

Minho terdiam, tak berselang lama, kepalanya mendadak pusing, suara-suara mereka menyuruhnya untuk memecahkan botol terus terngiang di kepala hingga menyerupai sirine. Membuat gendang telinganya terasa hampir pecah.

Kegelapan segera menerpa, tergantikan dengan pemandangan kamarnya. Minho menghela napas, ternyata tadi hanya mimpi—walau terasa amat nyata.

"Astaga, gara-gara hantu di ruang bawah tanah tadi, tidurku jadi tidak tenang."

Minho beranjak dari kasur, berniat menghampiri kamar salah satu temannya untuk bercerita. Tapi siluet lima makhluk yang keluar dari botol tiba-tiba hadir menghadang pintu.

"Imbalannya masih berlaku, Lee Minho."

To be continued...

Days After My Death [] ChangbinWhere stories live. Discover now