Bab 3

39 11 1
                                    

Pagi ini, Anis bangun tidur dengan sakit kepala. Sebetulnya sudah lama sekali Anis tidak diserang oleh penyakit ini, terakhir ia menderita ketika ia bekerja tanpa istirahat.  Sembari memikirkan apakah resignya dari rumah sakit sakit yang sudah membesarkan namanya akan tetap ia lakukan. Ketika akan mengambil keputusan itu, ia sengaja bekerja lebih banyak dan mengurangi jam istirahatnya, hal itu awal ia mengalami tension headach dan menyebabkan ia harus beristirahat selama tiga hari untuk mengurangi ketegangan otot dan jiwanya.

Kini, ia mengalami hal sama, telah dua hari sejak terjadinya kejadian itu ia sulit beristirahat. Tidurnya yang tidak lelap, stress yang ia rasakan membuat otot-otot lehernya terasa kaku sewaktu bangun tidur. Pagi ini, ia merasakan hal yang sama, rasa tak nyamannya menjalar ke dahi, pelipis dan lehernya.
Karena hari telah tinggi, dan ia belum juga keluar kamar, membuat Mbok Pon khawatir.

Tiba-tiba terdengar pintu kamarnya di ketuk. “Bu, ini saya Pon. Ibu sakit? Saya buka pintunya ya Bu,” suara Mbak Pon yang terdengar kahwatir membuat hati Anis terasa hangat.

Tidak pernah ada seorang pembantu rumah tangga yang begitu mengabdi pada majikannya seperti Mbok Pon. Mbok Pon adalah pembantu rumah tangga terlama yang pernah ia miliki, selama hampir dua puluh empat tahun ia berubah tangga dan sering berganti-ganti pembantu, hanya Mbok Pon lah yang terlama. Mbok Pon berhasil menawan hati Anis dengan kejujuran dan sifatnya yang begftiu suka rela membantu dan merasa memiliki. Hal itulah yang membuat Mbok Pon disayang eluruh anggota keluarga, ia mengenal sifat seluruh anggota keluarga. Bahkan kejadian-kejadian belakangan ini tidak luput dari perhatiannya.

Kini ketika hari telah menjelang siang, belum keluarnya Anis dari kamarnya ketika hampir seluruh anggota telah pergi beraktifitas tentu membuatnya bertanya-tanya. Akhirnya karena khawatir, Mbok Pon pun memberanikan diri untuk mengetuk kamar Anis, majikannya. Setelah cukup lama mengetuk, terdengarlah jawaban dari majikannya itu.

“Iya Mbok, masuk,” jawab Anis dengan suara terdengar agak serak.

Mbak Pon membuka pintu kamar Anis perlahan, walau ia telah bekerja lebih dari sepuluh tahun, namun ia tetaplah sopan dan selalu mengganggap seluruh anggota keluarga Anis layak di hormat.
“Bu, kenapa? Apanya yang sakit Bu?” tanya Mbak Pon sambil mendekati Anis yang masih terbaring di tempat tidur dengan wajah meringis menahan nyeri.

Sambil berusaha bangkit, Anis tersenyum, gak apa-apa Mbok, cuman agak sakit kpala sedikit. Nanti kalau sudah makan mungkin membaik.

Tiba-tiba mbok Pon berteriak,”Ibu!!!” ketika melihat Anis berusaha bangkit, tetapi Anis terjatuh. Sakit kepala mengganggu keseimbangannya. Melihat hal itu, Mbak Pon segera membantu Anis untuk dapat duduk setengah duduk. “ Bu, Pon mbilkan minum dan sarapan ya,” katanya sambil bergegas meninggalkan Anis yang terlihat ingin menolak.

Tidak berapa lama kemudian, mbok Pon telah datang membawa nampan berisi air teh hangat dan nasi goreng.”Bu, ini sarapan dulu, nanti sesudah makan Pon ambilkan obat. Ibu tinggal sebutkan namanya saja, Pon cari di kotak obat,” katanya sambil menaruh nampan di atas meja makan kecil untuk makan di tempat tidur. “Ibu mau Pon suapi?” lanjut Pon yang melihat Anis belum sedikitpun memakan nasinya.

“Gak usah, sebentar lagi aku makan. Terasa sakit sekali kepalaku.” kata Anis sambil memijat kepalanya.

“Ibu makan sedikit dulu supaya bisa makan obat Bu,” kata mbok Pon dengan sabar.

Mendengar ada seseorang yang masih begitu perhatian padanya membuat air mata Anis menetes jatuh. Segera dihapusnya air mata itu, sembari tersenyum pada mbok Pon,” Iya."

Di makannya beberapa suap nasi goreng itu, Anis sadar ia tidak akan kuat meminum obat bila tidak makan terlebih dulu. Setelah cukup segera diperintahnya  Pon untuk mengambil obat di kotak obat yang terletak di dekat dapur.

PSBB: Pahami Sayangi Biar BahagiaOn viuen les histories. Descobreix ara