Epilog

46 4 0
                                    

Sudah sejak pagi Juna dan Gendis nampak sibuk dan kompak merencanakan sesuatu.

Mereka melarang Bapak dan Ibunya keluar kamar seharian. Semua keperluan makan, minum, dan lain sebagainya mereka yang sediakan sehingga membuat orang tuanya bertanya-tanya.

"Kalian ini lagi merencanakan apa, sih?" tanya Anis pada kedua anaknya dengan tatapan bingung. Saat itu Gendis dan Juna sedang mengantarkan makan siang untuk keduanya.

"Iya, kita kok diisolasi lagi?" tanya Yudha sambil tersenyum. "Tapi gak apa-apa sih, diisolasi sama wanita cantik seperti ibumu begini siapa yang kuat menolak?" Ujar Yudha dengan genit.

"Ih Bapak genit deh, malu sama anak-anak tuh," kata Anis dengan wajah bersemu merah.

Juna dan Gendis hanya tertawa lebar sambil kembali meninggalkan kedua orang tuanya di kamar lalu kembali menguncinya dari luar.

"Jangan lupa ketuk pintu ya, kalau mau masuk, Bapak sedang sibuk sama Ibumu nih!" Teriak Yudha dari dalam kamar yang terkunci.

"Bapak..."kata Anis malu-malu.

***

"Mbak, gimana udah beres belum masakannya?" tanya Juna bawel.

"Ssstt bentar lagi! Kamu bantuin, dong!"

"Ah aku capek tadi abis ngedekor dan menyulap kamar tamu jadi tempat dinner buat Bapak dan Ibu!" teriak Juna.

"Huh dasar kamu pemalas! Ya udah kalau nggak mau bantuin jangan bawel!!" balas Gendis.

Waktu semakin berlarian, tak terasa sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Di dalam kamar, Anis dan Yudha bertanya-tanya apa sih yang anak-anaknya lakukan di luar sana?

Tak lama kemudian pintu diketuk lalu kepala Gendis dan Juna nampak menyembul dari luar. Dengan langkah gembira mereka menghampiri Anis dan Yudha lalu menutup mata keduanya dengan sapu tangan.

"Eh, eh apa ini?" tanya Anis dan Yudha bersamaan.

"Udaah Ibu dan Bapak tenang aja. Kalian pasti senang, deh!" ucap Juna sambil tersenyum dan menatap Kakaknya.

Setelah mata tertutup sempurna mereka dibimbing ke kamar tamu yang telah disulap menjadi tempat dinner romantis bagi orang tuanya. Ya, hari ini adalah hari spesial bagi Anis dan Yudha karena dua puluh tiga tahun yang lalu mereka telah berucap janji setia di depan Allah Ta'ala.

Ketika membuka mata Anis dan Yudha terpana karena di hadapannya tersedia sebuah meja dengan dua kursi yang saling berhadapan. Di atas meja tersedia berdiri tegak sebuah lilin besar sebagai penerangannya. Di  sebelah meja itu  terdapat sebuah meja dorong lengkap dengan berbagai makanan favorit keduanya. Makanan yang dibuat secara khusus oleh Gendis, putrinya yang selama ini anti masuk ke dapur. Di momen ini Gendis sengaja belajar memasak dengan sungguh-sungguh agar bisa mempersembahkan yang terbaik di hari ulang tahun pernikahan kedua orang tuanya.

Di ruangan tersebut juga terlihat lilin-lilin yang siap dinyalakan untuk menambah suasana romantis di sana.

Mata Anis semakin basah ketika melihat kue dengan hiasan foto mereka di sana yang sedang saling merangkul dan bertuliskan "Happy Anniversary ke-23."

Anis dan Yudha tak mampu menutupi luapan rasa bahagianya setelah mendapat kejutan ini. Yudha berkaca-kaca sedangkan Anis terlihat sudah banjir air mata.

"Terima kasih, Mbak, Dik," ucap Anis dan Yudha bersamaan. Mereka berpelukan lalu saling memandang satu sama lain dengan penuh kasih sayang.

SELESAI

PSBB: Pahami Sayangi Biar BahagiaWhere stories live. Discover now