Bab 20

1.6K 191 13
                                    

Kalau ada plot hole, TOLONG KABARI.

Namun, Typo dll abaikan saja karena memang nggak diurus.

Makasiii

INI DRAFT PERTAMA

Untuk EVENT KARMA.

NO EDITING!!

Pertimbangkan sebelum membaca!

Bab 20

Ketenangan hari Minggu pagi di Desa Kayu Ambon seketika terusik akan teriakan minta tolong yang begitu menyayat dari mulut Larasati. Suara sengau Larasati menggema. Tak ubahnya panggilan dari pengeras suara yang terpasang di masjid desa, satu per satu warga tampak berduyung-duyung datang mendekat.

"Mama! Tolong mama!" jerit Larasati panik.

Warga yang mulai berdatangan sontak tercekat dan jerih kala melihat Larasati berlari kesana-kemari dengan pisau berlumuran darah ada di genggaman tangannya. Bukan hanya itu, noda darah pun tampak membasahi baju dan tubuhnya. Berjuta tanya menyeruak dalam pikiran warga, terlebih selama ini Gina termasuk orang yang sangat tertutup untuk masalah pribadi dan keluarga.

Laksana api yang tersiram bensin, peristiwa yang terjadi di rumah Gina itu begitu cepat menyebar ke seantero desa. Tak memandang laki-laki atau perempuan, tua maupun muda, warga desa yang mendatangi rumah Gina semakin berjubel. Bukan hanya itu, anak-anak yang semula bermain sepeda keliling kampung pun ikut memadati pelataran rumah.

Beberapa tetangga yang penasaran merangsek ke dalam rumah Gina, beberapa di antaranya tampak berdesakan mengintip dari jendela rumah. Wajah-wajah tegang jelas tergambar dari setiap orang yang datang, tak banyak kata terucap hanya deru napas tertahan yang sesekali berontak untuk dihembuskan keluar. Suhu di Desa Kayu Ambon yang selalu terasa sejuk, khususnya saat pagi hari tetapi tidak kali ini, keringat mengucur deras ke wajah warga yang berjubel.

"Hoek ...." seorang warga tampak terburu-buru lari dari dalam dan menyibak kerumunan warga di depan pintu menuju halaman.

Salah satu tetangga samping rumah Gina terduduk lemas setelah berkali-kali memuntahkan isi perutnya. Beberapa perempuan yang tak siap mental pun ikut berteriak histeris saat melihat genangan darah yang begitu banyak, bahkan beberapa diantaranya sampai jatuh pingsan. Beruntung warga lainnya tampak sigap membantu menenangkan dan mengangkat ibu-ibu yang pingsan menyingkir dari rumah Gina.

Pak RT yang tinggal tidak jauh dari rumah Gina, segera menelepon Pak Lurah dan Bhabinkamtibmas desa untuk melaporkan tragedi yang menimpa salah satu warganya. Tubuh ayu Gina yang telah terbujur kaku hampir saja tak bisa dikenali karena darah yang menutupi, bukan hanya wajah melainkan hampir di sekujur tubuhnya. Berbagai spekulasi terkait peristiwa yang terjadi dan memimpa wanita tercantik di desanya itu seketika menguar liar, berpindah dari satu mulut ke mulut lainnya dengan tak lupa bubuhan drama.

"Mama! Tolong mama!" mulut Larasati tak berhenti memanggil satu-satunya orang yang menyayanginya dengan tulus selama ini.

Trenyuh dan iba, satu hal yang ada dalam hati setiap orang yang melihat kondisi Larasati. Meski demikian, tak ada satu orang pun yang berani menyambangi tubuh Laras, karena pisau bersimbah darah yang masih erat digenggamannya akan segera teracung ke siapapun yang mencoba mendekati.

Aipda Marjono selaku Bhabinkamtibmas Desa Kayu Ambon segera datang ke lokasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) yang dilaporkan pak lurah setelah selesai membuat laporan ke Polres Cimahi terkait adanya dugaan tindak pidana yang menimpa salah satu warga di desa binaannya. Suaranya terdengar tegas kala memberikan instruksi agar warga tak saling berdesakan apalagi masuk ke dalam rumah sampai petugas pengolah TKP dari Polres datang.

END Jangan Ada LaraWhere stories live. Discover now