Bab 23

3.6K 280 80
                                    

Kalau ada plot hole, TOLONG KABARI.

Namun, Typo dll abaikan saja karena memang nggak diurus.

Makasiii

INI DRAFT PERTAMA

Untuk EVENT KARMA.

NO EDITING!!

Pertimbangkan sebelum membaca!

AKBP Sekar menatap larasati yang masih terpekur membaca buku misteri dengan tenang. Bi Imah yang tadinya memasak makan siang kini kembali menemani Larasati.

Sekar berjongkok di depan Larasati. Wajah wanita muda itu terlihat sabar dan mengayomi. Rambut pendeknya bergerak pelan ketika mengeluarkan sesuatu dari dalam tas.

"Laras suka buku berbahasa Inggris?"

Laras terdiam. Dia memandang buku dengan judul yang sangat familier. Novel misteri kesayangannya, tapi dalam bahasa Inggris.

Dengan gerakan cepat, gadis itu menarik buku itu dari tangan Sekar dan langsung merobek plastiknya. Matanya berbinar melihat deretan huruf di dalamnya.

"Suka?"

Larasati mengangguk-angguk. .

"Bilanh apa sama Bu Sekar?" Bi Imah menepuk punggung Larasati perlahan.

"Terina kasih, Buuu!" Hanya selintas kemudian gadis itu kembali menekuri bukunya.

Sekar berpamitan pada Bi Imah karena dia harius bertemu Ratna, salah seorang psikolog anak swasta yang didatangkan oleh penyidik dari Jakarta. Sekar sudah mendapat amanah untuk bisa melengkapi CP [ Criminal Profiling ] sebelum bisa menarik sebuah kesimpulan.

****

"Jadi menurut Mbak Ratna bagaimana Larasati ini?" Sekar membuka obrolan di kantor polisi Cimahi. Ruangan sudah disediakan khusus agar mereka bisa ngobrol dengan santai ditemani teh hangat dan gorengan.

Ratna masih membolak-balik rekam medis di tangannya. Semua data dari rumah tumbu kembang tempat larasati menjalani terapi. Sejenak ada helaan napas. "Tampaknya kita sama-sama tahu kalau anak ini mengalami autis. Hanya kita harus pastikan ulang tipe autisnya."

Sekar mengangguk setuju. Tidak mudah untuk menyeldiki tipe autis seseorang apalagi jika pasien tidka mau kooperatif sama sekali seperti larasati sekarang.

"Saya sudah mencoba melakukan pendekatan ecara halus padanya. Anak itu sangat menyukai buku-buku misteri."

Ratna mengangkat kacamata minusnya sedikit. "Dia membaca buku-buku pembunuhan?"

Kali ini sekar hanya bisa mengangguk. Diamati wajah terkejut dari psikolog dengan rambut panjang yang diikat ekor kuda itu. Wajahnya kini sudah kembali normal.

"Kita idak punya waktu. Secepatnya, kita harus melakukan serangkaian tespad alarasati." ratna menuliskan sesuatu pada buku memo kecilnya.

Sekar setuju. "Saya rasa, dalam waktu tiga hari, kita sudha bisa memawancaranya."

Ada senyum merekah di wajah Ratna. "Mbak Sekar memang sangat berpengalaan soal profiling."

Kali ini kekehan kecil menjawba. "Tanpa bantuan Mbak Ratna, saya juga tidak akan bisa mendapat beginoi banyak data dalam waktu singkat." Tiba-tiba wajah Sekar menjadi sendu. "Larasati ... saya kasihan padanya. Waktu saya ke rumah ayahnya, sikap ayahnya begitu menyebalkan. Dia dibuang pihak ayahnya,m bahkan neneknya. Mungkin juga dia mengalami [erundungan berat hingga mengalami trauma."

Tarikan napas panjang terdengar ketika ratna kembali menulis di dalam catatan kecilya. "Lingkungan memang sangat berpengaruh. Kalau begitu, mari kita bagi tugas. Saya akan mewawancarai larasati, dan Mbak Sekar yang melakukan penyidikan teradap lingkungan larasati."

END Jangan Ada LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang