1 || and, she eats

14.4K 1.6K 107
                                    

| 1 |

and, she eats



HUJAN turun hingga lewat tengah malam, dan Gautama Farhandi tetap bekerja seperti pecundang.

Dalam strata anggota Balwana, Tama memang menempati jabatan tertinggi sebagai Komandan. Itu tak mengubah kepecundangannya. Jadi pengacara sekaligus komandan membutuhkan perhatian dan waktu lebih dalam bekerja. Tukang bubur langganannya di komplek bahkan tak perlu bekerja delapan jam sehari. Dagangannya selalu habis sebelum pukul sembilan pagi.

Tama melepas kacamata, meletakkan fail kembali ke meja. Dia harus berhenti iri kepada tukang bubur. Jika harus mengulang kehidupan dan memilih antara bekerja untuk Balwana atau jadi tukang bubur favorit komplek pun, Tama takkan mengubah keputusan. Balwana bukan sekadar organisasi tempatnya mencari uang, melainkan juga alasannya bisa bertahan hidup. Pikiran konyolnya sekarang hanya muncul karena ini adalah harinya lembur.

Setiap pekan, Tama memberi dirinya waktu lembur untuk diri sendiri maksimal dua hari. Jika seminggu tak ada lembur, bagus. Jika ada, kutuki Snow. Dia bisa membuat kebijakan seperti ini karena satu, dia komandan Balwana, dan dua, dia sebenarnya tak selalu sibuk. Klien Tama—sebagai pengacara—tidaklah banyak. Dia sendiri juga tidak tergolong sebagai pengancara kondang. Profil Tama tak banyak diketahui orang. Sehingga orang-orang yang menggunakan jasa Tama umumnya adalah klien Balwana. Jika ada orang lain yang kebetulan teman dari klien Tama, lalu mereka ingin menjadikan Tama pengacara mereka, biasanya akan Tama tolak. Tama tak terlalu tergiur dengan uang lebih. Uang dan aset yang dia miliki sudah cukup banyak.

Penghasilan Tama tidak hanya bergulir dari pekerjaannya sebagai pengacara, melainkan juga dari bisnis-bisnis hiburan serta jual-beli barang ilegal yang Balwana miliki. Dia sudah berada di titik privilese di mana dia tak perlu memusingkan uang dan jabatan. Dirinya yang dulu mana mungkin bisa begitu.

Usai menarik napas, Tama kembali membaca dokumen untuk membantu alibi kliennya. Di tengah itu, ponsel Tama berdering. Tama mengecek dan yang berdering adalah ponsel lamanya, ponsel khusus untuk misi Balwana. Malam ini, ada tiga misi aktif yang harus dijalankan. Tama menunggu kabar perkembangan ketiga misi tersebut yang dipimipin para Letnan Balwana—anggota dengan jabatan di bawah Komandan. Dan, orang yang meneleponnya ini nyaris selalu memberi kabar baik.

Ponsel itu Tama angkat, dan dia menyapa, "Halo, Linggar? Gimana misinya?"

"Clear. Kami juga udah bebasin korban sandera dan tahanannya si Nicholas," balas Linggar, seorang Letnan Balwana. "Kami bakal bawa mereka ke markas."

"Markas yang mana?"

"Lightyears."

"Lightyears?" ulang Tama, agak bingung kenapa Linggar membawa korban sexual trafficking ke kelab malam milik Balawana. "Memang berapa banyak korbannya?"

"Enam belas."

"Kamu mau bawa mereka ke markas bawah tanah Lightyears?"

"Enggak. Niatnya mau disatuin di Ruang Angkasa yang privat."

Tama menarik napas. "Tiap bilik di Ruang Angkasa cuma untuk 4-5 orang. Minimal butuh tiga ruangan untuk nampung mereka sampai pagi. Sementara Ruang Angkasa biasanya selalu reserved untuk pelanggan khusus, jadi kamu nggak mungkin dapet tiga ruangan. Maksimal cuma dapet satu. Kamu mau enam belas orang desak-desakkan di situ sampai pagi?"

Linggar terdiam. "Apa gue harus jagain mereka di rumah Nicholas sampai besok? Telepon polisi?"

Lagi, Tama menghela napas. Linggar memang sangat kuat, sungguh, salah satu petarung terbaik Balwana. Dianggap paling tampan juga, terutama karena wajahnya seperti Zayn Malik. Tapi untuk memikirkan strategi dalam masalah semacam ini ... mungkin bukanlah keahliannya.

Tergenggam dalam Nyaris | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang