19 || and, she meets the neighbors

4.3K 563 45
                                    

| 19 |

and, she meets the neighbors



BENING MENYEKA PELUH yang sedikit bermunculan di dahi dan leher. Latihan lap dance pertamanya baru saja berakhir. Minggu depan adalah giliran pole dance. Tak banyak bagian lap dance yang langsung dilatih. Pelatihan hari ini lebih banyak berpusat pada melatih anggota tubuh agar lebih fleksibel. Sesi ini memakan waktu 25 menit. Pesertanya pun tidak banyak. Hanya ada enam, tapi Bening merasa belajarnya tetap efektif.

Meski baru mengikuti satu kali sesi, Bening mulai bertanya-tanya apakah keputusannya untuk ikut merupakan keputusan bijak. Sebab dia mulai menyesalinya. Di lima belas menit terakhir, para peserta harus berdansa dan melakukan gerakan menggoda dari pelvis, pinggul, dan pantat. Mereka juga belajar untuk membuat liuk tubuh mereka terlihat sensual dengan natural tanpa terlihat berusaha berlebihan. Lawan main mereka adalah sesama perempuan. Dan Bening mungkin takkan keberatan jika saja instruktur kelas tidak tiba-tiba berkata, "Nah, ibu-ibu, coba bayangin melakukan praktik ini sama suaminya, ya. Biar nanti nggak canggung pas praktik langsung!"

Tentu saja Bening langsung merasa canggung karena wajah Tama segera terbayang di otaknya. Sampai akhir latihan, Bening berusaha mengenyahkan bayangan pria itu. Padahal Bening sedang tak memikirkan Tama, tapi jadi teringat karena instrukturnya menyuruh membayangkan suami. Bening menghela napas. Suami apanya? Mereka hanya pasutri palsu.

"By the way, Bening, gimana baju renangnya?" tanya Leoni, mencelup daging ke saus jamur. Mereka kini sedang makan siang setelah sesi latihan selesai. Leoni lalu tersenyum menggoda. "Apa berhasil menggoda suamimu sampai bikin kamu langsung di'eksekusi'?"

"Uhm." Bening hampir lupa bahwa Leoni suka membicarakan topik ini. "Ehm, enggak kok. Kami sama-sama capek soalnya."

"Tapi, dia udah lihat?"

"U-udah."

"Kamu pakai baju renang yang mana?"

"Yang hitam."

"Hih!" Leoni langsung mengernyitkan wajah. "Itu mah baju renang anak sekolah! Nggak seru. Pakai yang ungu atau yang biru dong. Katanya, biru warna favorit suamimu?"

"Iya, aku belum sempat pakai. Kapan-kapan kupakai."

Leoni bergumam menyetujui. "Bening, kamu nikah karena cinta kan?"

Bening tak kaku saat menjawab, "Iya, dan karena hal lain juga. Kenapa?"

"Aku lihat Tama orangnya cukup respectable ya. Walau aku belum kenal sejauh itu. Tapi, kamu bahagia sama dia?"

Bening tersenyum. "Bahagia."

"Baguslah." Leoni lanjut memakan steiknya yang tersisa beberapa potong. Di tengah obrolannya dengan Bening, Bening melihat sosok wanita yang berjalan ke meja mereka. Wajah wanita itu familier. Bening mengingatnya sebagai penghuni Swarga Elok di blok yang sama dengannya. Namanya adalah Dhyan, penghuni Blok-C yang letak rumahnya agak jauh dari rumah Bening dan Leoni.

"Leoni!" seru Dhyan. Berdasarkan hasil pengamatan yang Bening baca, Dhyan memang kadang berinteraksi dengan Leoni dan makan bersama. Wanita itu adalah seorang content creator di media sosial yang fokus pada konten kecantikan, sedangkan suami Dhyan bekerja sebagai dokter spesialis mata.

"Eh, Dhyan! Hai!" Leoni langsung berdiri dan mencium pipi wanita berambut panjang itu. "Oh ya, Dhyan, kenalin ini Bening, teman SMA sekaligus tetanggaku. Tetangga kita, malah. Kita tinggal di blok yang sama."

Tergenggam dalam Nyaris | ✓Where stories live. Discover now