3 || and, she wakes (2)

6.1K 1K 39
                                    

| 3 |

and, she wakes



Kehadiran Bening diminta setelah sarapan. Katanya, 'Mas Tama' yang meminta. Rushia merujuk kepada sosok pria tinggi berkacamata yang tadi malam dia temui. Dia akan ditanya-tanyai dan diberi kontrak untuk tutup mulut. Anika dan Bells akan menemaninya, sedangkan Rushia harus pergi untuk menemui atasan. Bening agak menyayangkan kepergian Rushia, sebab gadis pirang itulah yang membuatnya merasa lebih nyaman berada di sini.

"Mari," ujar pemuda bertindik yang tadi malam dia temui di rumah Nicholas. Tangannya menahan pintu ruang karaoke terbuka. Seingat Bening, nama pemuda itu adalah Linggar.

Bening masuk dan melihat lagi pria berkacamata yang dia temui kemarin. Pria dengan tinggi menjulang dalam ruangan. Bahkan Bening yang selalu merasa tinggi pun harus mendengak untuk melihat wajah pria itu.

Tama menoleh dan berdiri. Setelah Anika dan Bells duduk, pria itu justru melangkah ke arah Bening dan mendadak berhenti. Seperti terlupa atau baru terpikirkan sesuatu. Matanya menatap Bening sekilas sebelum dialihkan.

"Kenapa, Mas?" tanya Bells, melongok dari sofa. "Mukanya kayak kelupaan sesuatu gitu."

"Oh, bukan apa-apa." Dia melirik sekilas ke arah Bening. Wajahnya terlihat ganjil sebelum dia kembali ke tempatnya tadi duduk. "Mereka jadi pada pulang hari ini?"

"Sebagian iya. Sebagian lagi masih mikir harus ke mana," jawab Anika. Dia menepuk dudukan sofa sambil menatap Bening, mengajak Bening duduk di sebelahnya. "Ah, ya, Bening, kenalkan ini Tama. Dia yang bertanggung jawab buat mengeluarkan kamu dan yang lain dari rumah Nicholas kemarin."

Bening tak yakin apa dia harus berterima kasih, sebab dia tahu orang-orang ini bukan datang untuk menyelamatkan korban; mereka hanya ingin membuat perhitungan dengan Nicholas, dan para korbannya sudah 'sewajarnya' ikut diselamatkan dan dilepas. Jadi Bening hanya menatap saja.

Pria itu tak bergeming. Dia menahan tatapan Bening dan berkata, "Kamu kelihatan lebih baik sekarang. Tadi malam kamu kayak kambing yang lama nggak mandi."

Bells dan Anika memelotot. Bening hanya terdiam. Anika menegur, "Tama! That's not a way to talk to a lady!"

"Sekarang udah mandi, kan? Ada air hangat di sini."

Anika lanjut mengomeli pria itu. Sedangkan Tama tak terlihat merasa bersalah. Dan anehnya, Bening tak merasa sakit hati. Jadi dia bersuara, "Iya, saya sudah mandi."

Semua terdiam. Anika menarik napas dan menghelanya. "Jangan bicara aneh-aneh lagi, Tama."

Tama tak membalas. Dia memandang Bening sambil menyatukan jemari di atas pangkuan. "Kamu punya keluarga, saudara, atau teman yang bisa kamu datangi untuk pulang?"

Dia punya, tapi perkara kembali adalah hal yang agak rumit. Jadi Bening bertanya balik, "Ap-apa kalian cuma menangkap Nicholas?"

"Kami juga menangkap para penjaga di sana. Ada apa?"

Bening menautkan alis, terlihat lebih khawatir. Dia sejenak lupa apa yang harus dilakukan. Disekap dua tahun membuatnya agak lupa bahwa dia sebenarnya adalah manusia normal yang memiliki suara dan bisa mengambil keputusan sendiri. Dia harus memikirkan ini baik-baik. Dan dalam jangka waktu dari dia sarapan hingga dia masuk ruangan ini, Bening sudah menyadari kenyataan yang menimpanya. "S-saya nggak mau berbicara lebih jauh kalau kalian nggak bisa menjamin keamanan saya."

Mereka semua terdiam, dan tertegun. Ini terasa sebagai langkah yang sangat jauh untuk seseorang yang lama disekap tanpa bisa berhubungan dengan dunia luar.

Tergenggam dalam Nyaris | ✓Where stories live. Discover now