13 || and, they visit their house

3.9K 682 64
                                    

| 13 |

and, they visit their house



SEMINGGU BERLALU SEJAK pemotretan pernikahan terjadi. Tama belum lagi bertemu Bening hingga hari ini. Siang nanti dia akan menjemput Bening untuk mengecek rumah mereka di Swarga Elok. Namun pagi ini, dia harus mengunjungi salah satu tawanan Balwana untuk interogasi. Selepas itu, dia mendatangi ruangan Snow untuk meminta izin agar Bening bisa menjenguk Bells.

"Jenguknya sama lo, kan?" tanya Snow, duduk di kursinya sambil menaruh kaki ke atas meja. Dia sedang menatap layar ponsel saat Tama mendatanginya.

"Iya." Tama mengangguk. "I take that as a yes?"

"Yeah, sure."

"Aku akan mengajak Bening menjenguk Bells besok pagi. Itu aja yang mau kusampaikan."

"Oh, ya." Snow mendongak dari ponselnya. "Maaf karena gue nggak bisa datang ke pernikahan lo."

Tama mengernyit. "Secara teknis, itu bukan pernikahan, tapi cuma pemotretan. Pernikahannya pun hanya pernikahan palsu."

Sudut-sudut bibir Snow yang ditahan pada tempatnya pun berkhianat. Dia geli sendiri melihat Tama yang bersikap seolah pernikahan ini tak ada artinya. "Pernikahannya mungkin palsu, tapi ciumannya enggak." Snow menunjukkan layar ponselnya ke Tama. Video Tama dan Bening yang berciuman pun terputar seiring dengan seringai Snow yang melebar. "Suka apa doyan, Tam?"

Tama tak merasa harus menjawab pertanyaan itu. "Harusnya kemarin itu cuma pemotretan tanpa video."

"Lorent yang kirim ke grup. Gue baru buka grup chat tadi." Snow menahan seringainya walau agak sulit. Situasi ini terlalu menggelikan.

Ekspresi Tama tetap terkendali. Adalah hal bijak karena Tama tak pernah membuka grup chat yang dimaksud Snow. Para petinggi Balwana yang berisi para Komandan dan Letnan memiliki dua grup chat, yakni grup khusus diskusi pekerjaan, dan grup lain untuk urusan di luar pekerjaan, seperti untuk membahas acara makan bersama, liburan, bercanda, atau untuk mengirim video seperti itu.

"Anak-anak kaget lihat lo cium Bening kayak gitu," lanjut Snow dengan seringai. "Mereka kira lo bakal lebih terkontrol, berhubung lo sering menekankan untuk nggak mengaburkan urusan personal dengan pekerjaan."

Jika Tama tak mengenal Snow, dia hanya akan menganggap ucapan itu sebagai candaan. Namun, ucapan Snow bermakna ganda. Pria itu sedang memperingatinya, bukan hanya sedang bergurau.

"Do you have any advice?" Tama bertanya, sebagai salah satu sikap rendah hati. Dia tak yakin Snow dapat memberikan saran berguna, tapi tak ada salahnya bertanya.

Snow menatap ke langit-langit sambil bergumam. Dia lalu menatap Tama dan tersenyum. "Jangan lupa pakai kondom."

Itu berarti, tak ada lagi yang perlu dibicarakan. "Aku pergi dulu." Tama segera keluar dari ruangan. Dia harus segera menjemput Bening untuk dibawa ke rumah baru yang akan mereka huni di Swarga Elok.


***


Koper-koper Bening sudah diletakkan di teras Rocket Pop. Selama setahun, barang-barang yang Bening miliki bisa dimasukkan dalam satu koper dan satu tas ransel. Namun sebagai istri Tama, dia harus memiliki lebih banyak pakaian, sepatu, dan aksesori. Sebagian dari barang-barang tersebut sudah dipindahkan ke rumah barunya. Bening hari ini membawa sisa koper dan tas berisi barang-barang esensial untuk menyelesaikan pindahannya.

Tergenggam dalam Nyaris | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang