Part 7

1K 28 1
                                    

Vita tergugu menahan sakit yang tengah dirasakannya. Yang tadi rencananya mau pergi jalan-jalan cari wedang ronde, malah harus singgah ke IGD.

Wajah perempuan itu terlihat mengenaskan dengan bengkak memar di sekitar mata, pipi, serta bibir. Ia juga harus kehilangan dua buah gigi depan yang membuatnya semakin histeris.

"Fokoknya, hagan hutuntut feremfhuan sialan itu, Mas. Hagan aghu laforkan ke folisi!" geram Vita dengan suara tak jelas karena mulutnya sakit.

"Sudahlah, Vita, jangan bikin masalah ini makin panjang. Kamu juga sih, tadi ngapain pake ngata-ngatain Santi segala. Udah tahu ibunya galak, mana suami Yu Naroh itu polisi, juga. Bisa-bisa kamu nanti yang malah dituntut balik karena memulai duluan," ujar Yadi.

Vita mendelik mendengar ucapan suaminya, tapi tak bisa banyak bicara apalagi ngoceh untuk memarahi suaminya itu. Akhirnya, dirinya hanya bisa menahan dongkol dalam hati.

Setelah menjalani pengobatan dan menebus resep di apotek, pasangan suami istri tersebut akhirnya pulang ke rumah. Memasuki gang, suasana masih terlihat ramai di depan rumah Yu Naroh.

Para tetangga masih betah berkumpul membicarakan peristiwa yang terjadi tadi. Wajar, sebab selama ini di kampung mereka para warganya selalu hidup damai dan rukun. Baru kali ini terjadi perkelahian antar warga yang sampai melibatkan adu fisik segala.

Vita langsung mengalihkan wajahnya ke arah lain, ketika ia dan suaminya melintas, melihat Yu Naroh bersama suaminya sedang berdiri di teras rumah mereka.

Yu Naroh menatap Vita tajam, seakan masih belum puas dirinya menghajar Vita hingga babak belur.

Begitu motor Yadi memasuki halaman rumah, Vita cepat-cepat turun dari motor bahkan sebelum mesinnya dimatikan oleh suaminya. Wanita itu langsung masuk ke dalam, takut kalau tiba-tiba Yu Naroh dan suaminya yang seorang polisi itu datang menghampirinya.

Melihat menantunya datang, Bu Supiah yang sejak tadi menunggu dengan perasaan khawatir langsung berdiri. Wanita paro baya itu tampak sangat terkejut melihat wajah menantunya penuh luka lebam. Vita menatap ibu mertuanya sambil menutupi mulut.

"Ya Allah Vita, sampe babak belur gini kamu, Nduk?" Bu Supiah berkata sembari meneliti wajah Vita yang setengah tertutup.

"Halah ... nggah usah sok ferhatian deh. Ibu fasti seneng khan liat haku hayak hini?!" sentak Vita garang dengan suara tak jelas.

Perempuan itu meninggalkan ibu mertuanya dan langsung masuk ke dalam kamar. Tak lupa ia membanting pintu. Bu Supiah hanya bisa mengusap dada sambil mengucapkan istighfar.

"Kasih tahu sama istrimu, Yadi, jangan suka buat onar di kampung ini. Malu sama tetangga," ujar Bu Supiah saat anak lelakinya memasuki rumah.

"Ya, Bu. Nanti kukasih tahu," jawab Yadi singkat, lalu masuk ke kamar menyusul istrinya.

***

Hari masih pagi ketika Vita yang tengah duduk di kursi ruang tengah rumah mertua, mendengar suara ibu-ibu yang sedang berbelanja sayur pada kang sayur yang setiap pagi selalu lewat di gang mereka.

Ada Yu Naroh juga di situ. Dan seperti biasa, setiap kali ibu-ibu berbelanja di kang sayur, mereka pasti sambil mengobrol. Entah apa saja bisa jadi bahan obrolan. Dan kali ini, Vita lah yang sedang mereka jadikan bahan.

Yu Naroh juga sepertinya sengaja mengeraskan suara agar didengar oleh tetangganya yang tak lain adalah Vita.

"Mampus tuh, untung giginya cuma copot dua. Ada tuh, masih disimpen sama si Santi. Katanya mo dijadiin jimat. Padahal, tadinya mau saya jadiin media santet, biar yang punya gigi nggak bisa ngomong se-la-ma-nya!" tandas Yu Naroh yang dibalas suara cekikik ibu-ibu lain.

"Lagian, Yu Naroh kok dilawan. Salah orang lah dia. Dan memang, sejak awal dia pindah ke sini ikut suaminya juga saya udah nggak sreg. Sombonge nyundul langit, Yu. Apalagi kalo pas awal bulan. Gayanya ngeborong padahal yo ngembat duit e Riris. Mesakke cah iku, kerja jauh-jauh, duitnya dimakan tikus. Tikus kepala hitam!"

Terdengar lagi suara tawa mereka yang jelas-jelas seakan mengejeknya. Membuat dada Vita serasa terbakar karena amarah, tapi tidak mungkin dia ke luar rumah dan melabrak mereka semua. Bisa-bisa jadi tapai dia dikeroyok oleh Yu Naroh dan kawan-kawannya.

"Udah kurang ajar mulutnya, durhaka pula sama mertua. Mungkin itu sebabnya dia sampe sekarang nggak meteng-meteng (hamil). Polah e (kelakuannya) aja jahat banget. Rasakno!" timpal seorang yang lain lagi.

"Woh iya tenan, kui. Mandul gara-gara durhaka sama mertua dan ngembat uang adik ipar. Cocok wes jadi judul sinetron," imbuh yang lain disusul suara tawa keras di luar sana.

Suara-suara di luar terdengar makin pedas. Ibu-ibu itu bahkan mulai menghasut Yu Naroh dan suaminya untuk mengusut Vita ke jalur hukum. Jantung Vita serasa mencelos mendengarnya. Rasa takut mulai merayapi dada.

Bagaimana jika itu sampai terjadi? Vita tak bisa membayangkan jika dirinya hidup di balik jeruji besi? Langsung merinding sebadan rasanya.

Tak tahan lagi, Vita akhirnya memilih angkat kaki dari ruang tamu dan hendak masuk ke kamar. Namun saat di ruang tengah yang menembus ke dapur belakang, Vita melihat ibu mertuanya tengah sibuk mencuci pakaian.

Lekas Vita ke kamar untuk mengambil pakaian kotornya yang sudah menumpuk di dalam kamar lalu membawanya ke belakang.

"Nih, Bu. Nitip!" Seruan Vita mengejutkan Bu Supiah yang tengah membilas pakaian.

"Tapi Ibu sudah selesai mencuci, Vita," jawab Bu Supiah dengan wajah lelahnya.

"Halaah ... dikit aja, kok!" Vita melemparkan kain-kain kotor tersebut ke baskom berisi air.

"Jangan mau, Bu Supiah. Harusnya dia yang cuciin baju Bu Supiah!" Suara teriakan dari arah belakang rumah tetangga sebelah mengejutkan mereka berdua.

Rupa-rupanya Yu Naroh yang berteriak barusan.

Kepala wanita itu tampak menyembul dari tembok pembatas rumahnya, menatap tajam Vita yang langsung pias ketakutan.

'Heran, dia ini demit apa manusia? Tadi masih di depan kok sekarang udah di belakang,' gerutu Vita dalam hati.

Kesal tapi tak bisa melawan, membuat Vita merasa dongkol. Di sana, Yu Naroh masih saja memelototinya. Tak ingin membuat masalah dengan wanita itu, Vita akhirnya tak jadi memaksa Bu Supiah mencucikan pakaiannya.

KE MANA HABISNYA UANG YANG KUKIRIM UNTUK IBU?Where stories live. Discover now