Part 12

931 28 0
                                    

Brak!

Yadi yang tengah asyik bermain game online di ponselnya, sontak terkejut ketika pintu kamar dibuka lalu terbanting menutup saat istrinya masuk ke kamar.

Bibir perempuan itu mengerucut maju dengan wajah seperti ditekuk sepuluh.

"Kenapa lagi kamu?" Yadi bertanya pada istrinya yang memasang tampang cemberut.

"Itu loh, ibukmu. Masa barusan aku diusir cuma gara-gara masuk ke dalam kamarnya!" adu Vita dengan nada berapi-api.

"Ya kamu lagian ngapain masuk kamar ibuk tanpa ijin. Wong nggak ada apa-apa juga kok, di sana," balas Yadi santai.

Vita langsung menegang melihat reaksi Yadi yang seolah menyepelekan kejadian yang dialaminya barusan.

"Kamu tuh ya, kok bisaan santai gitu. Harusnya kamu datengin tuh ibukmu, ajarin kek gimana harusnya bersikap sama mantu. Lagian, ibukmu tuh diem-diem nimbun harta, Mas. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, kalau dia punya emas banyak."

"Ah, masa? Dapet dari mana ibuk uang untuk beli emas? Kan, semua uang yang dikirim sama Riris kamu semua yang pegang?" Yadi tak langsung percaya begitu saja dengan ucapan istrinya.

"Ih, dibilangin, kok. Ayo, kalau Mas ndak percaya, kita tanya langsung sama ibuk!" Vita gegas berdiri, tak sabar ingin segera memberi pelajaran pada Bu Supiah sekaligus membuktikan pada sang suami bahwa apa yang dia katakan tadi adalah benar.

"Ayo, tunggu apalagi?" Vita gemas karena Yadi masih juga bergeming dan tak beranjak seperti dirinya.

"Terus kalo memang ibuk punya simpanan emas, memang kita mau ngapain, Vit? Kan malah bagus kalo ibuk punya tabungan, jadi nggak ngerepotin kita kalau ada apa-apa," ujar Yadi.

"Ish ... kamu ini polos atau bego sih, Mas? Pake nanya segala mau apa. Ya diambil, lah! Daripada ibuk yang nyimpen, kan mending kita pake aja tuh perhiasan. Dijual kek, apa kek," oceh Vita panjang lebar.

Yadi tak langsung menjawab. Hatinya diliputi bimbang, teringat nasehat Yu Naroh dan Mas Tomo saat di warung bubur tempo hari. Yadi sadar sepenuhnya, yang dilakukan istrinya adalah salah dan dosa. Dan, seharusnya sebagai seorang suami Yadi mendidik istrinya agar bisa bersikap baik kepada ibunya.

Namun entah kenapa, ibarat air yang disiram dengan kerupuk, Yadi selalu lemah setiap kali berhadapan dengan istrinya itu.

"Mas! Ayo!" Vita akhirnya menarik paksa lengan suaminya. Tak sabar melihat sikap Yadi yang plinplan.

Keduanya kemudian keluar dari kamar, berdiri di depan pintu kamar Bu Supiah yang bersebelahan dengan kamar mereka yang dulunya merupakan kamar tidur Riris.

Tok tok tok!

Dengan kasar Vita mengetuk pintu yang terbuat dari bahan papan triplek di hadapannya. Tidak berapa lama, pintu pun terbuka. Bu Supiah cukup terkejut melihat anak dan menantunya berdiri di depan pintu kamar.

Firasat tak enak menghampiri perasaan wanita sepuh tersebut. Ini pasti ada kaitannya dengan masalah tadi, pikir Bu Supiah. Mencoba tenang, Bu Supiah tak mau menunjukkan rasa gugupnya.

"Ada apa?" tanya Bu Supiah kalem, namun jelas matanya menyorot tak suka. Terutama terhadap menantunya yang kurang ajar itu.

"Tuh, lihat, Mas. Gimana sikap Ibuk ke kita. Nanya aja sinis gitu nadanya," ujar Vita. Berusaha menghasut suaminya agar memusuhi serta memarahi ibunya.

"Bu, apa benar tadi Ibuk mengusir Vita dari kamar Ibuk?" Yadi akhirnya memberanikan diri berbicara, walau sebenarnya terpaksa. Hanya demi Vita tak marah padanya.

KE MANA HABISNYA UANG YANG KUKIRIM UNTUK IBU?Where stories live. Discover now