Part 13

972 31 0
                                    


"Riris! Kamu apa-apaan sih?" Yadi menyeruak di antara istri dan adiknya yang tengah asyik baku hantam, lalu mendorong tubuh adiknya sekuat tenaga.

Riris yang tak siap, akhirnya terpental mundur ke belakang, nyaris jatuh kalau tidak segera ditangkap oleh Yu Naroh yang berada tepat di belakangnya.

Mendapat pembelaan suaminya, Vita merasa di atas angin. Ia segera memeluk tubuh suaminya seakan meminta perlindungan. Wajahnya penuh calar, terdapat banyak bekas luka cakaran dari Riris.

Pun tak jauh berbeda, wajah Riris juga mengalami luka-luka bekas penganiayaan Vita.

Gadis itu makin emosi karena ternyata abangnya sebelas dua belas dengan sang istri. Sama-sama jahat dan culas.

"Kalian yang apa-apaan, Mas! Aku nggak nyangka ya, begini rupanya kalian memperlakukan ibu!" jerit Riris emosi.

"Memperlakukan gimana maksud kamu? Kamu lihat ibuk masih sehat, masih bernapas. Ibuk baik-baik saja. Jangan lebay kamu, ibuk ribut sama Vita karena salah ibuk sendiri," sanggah Yadi tak tahu malu.

"Heh Yadi, udahlah ... jangan ngeles lagi kamu. Kami semua para warga di gang ini juga udah pada tahu sama kelakuan kalian." Yu Naroh ikut menyela. Tak tahan melihat sikap Yadi padahal sudah pernah dinasehati.

"Yu Naroh, tolong jangan ikut campur masalah keluarga kami. Lebih baik Yu Naroh pulang saja."

Yadi menatap Yu Naroh dengan tatapan tak suka. Baginya, Yu Naroh tak lebih dari seorang tetangga yang gemar ikut campur masalah keluarga orang lain.

"Iya nih, pergi sana Yu Naroh. Ikut campur aja masalah orang lain." Vita ikut mendecak kesal.

"Terserah kalau kalian berdua menganggap aku seperti itu. Yang jelas, aku nggak bisa tinggal diam begitu saja melihat orang lain diperlakukan jahat oleh orang-orang jahat seperti kalian!" balas Yu Naroh gemas campur emosi kepada pasangan Yadi dan Vita.

"Kalau orang lain yang jahat kepada ibuk, mungkin masih bisa dimaklumin. Tapi ini kamu, Mas." Riris menunjuk dada abangnya.

"Tega ya Mas sama ibuk sendiri. Aku kerja jauh-jauh demi ibuk. Mempercayakan ibuk kepada kalian serta membiarkan kalian ikut mencicipi hasil keringatku. Tapi bukan gini caranya, Mas!" lanjut Riris lagi.

"Oh ... jadi kamu sekarang mau ungkit-ungkit? Kamu mau kami kembalikan apa yang sudah kami makan pake uang kamu? Ambil noh, di jamban. Udah jadi ta*k!" Vita menukas.

"Dasar perempuan mulut kotor. Sayang cuma dua biji gigimu yang kutanggalkan waktu itu. Harusnya semua kurontokkan, kalau perlu tak cabut sekalian lidahmu itu, Vit!" Yu Naroh emosi.

"Sudah, Ris. Ayok kita ke kantor polisi buat ngelaporin mereka berdua. Kita minta tolong sama suamiku, Mas Tomo," ujar Yu Naroh.

"Iya, Yu. Ayok. Nggak ridho aku ibuku dijahati sama mereka berdua. Udah kenyang makan jatah ibuk, eh sekarang mau maling perhiasan ibuk juga!" Riris menjawab.

"Buk, perhiasan ibuk mana? Bawa aja, jangan ditinggal." Riris berkata kepada Bu Supiah. Wanita sepuh itu menjawab bahwa dompet perhiasan itu sudah disimpannya di dalam saku daster lusuh miliknya.

Ketiganya lantas keluar, meninggalkan Yadi serta Vita yang kebingungan sekaligus panik.

"Mas, gimana nih, sekarang? Aku nggak mau masuk penjara, Mas ...," rengek Vita pada Yadi. Wajahnya yang penuh luka, ditambah dua lubang gigi bagian depannya, tampak ketakutan.

"Ya emangnya kamu pikir aku mau masuk penjara?" Yadi menukas kesal. Sesal mulai merayapi hati laki-laki bertubuh kurus tersebut.

Mungkin ini semua tak akan terjadi jika tadi tidak memantik api pertengkaran. Tapi siapa yang menyangka jika ternyata Riris pulang mendadak hari ini, seolah sengaja memberi kejutan kepada mereka.

KE MANA HABISNYA UANG YANG KUKIRIM UNTUK IBU?Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz