10 - Wita Sarasvati

147 24 0
                                    



Paguyuban Jomlo Merdeka

Upi. L:

Emergency gaiss

Yona mana Yonaaa

Lebih dari sepuluh menit Yona menangis di perpustakaan. Mbak Yera—penjaga perpustakaan—sampai menaruh iba kepadanya. Beberapa kali Yona ditawari tisu dan air mineral oleh Yera, tapi yang Yona butuhkan adalah ibu jari dan pundak yang berfungsi sebagai sandaran. Member Paguyuban Jomlo Merdeka jelas memfasilitasi apa yang Yona butuhkan. Namun, saat ini jam pelajaran masih berlangsung, Yona belum bisa berkumpul dengan Upi dan Lukas, Daniel jelas tidak bisa ditemui karena sudah berbeda sekolah. Maka, di sinilah Yona sekarang. Mencoba menenangkan dirinya sendiri, ditemani berisiknya air yang mengucur dari keran.

"OK, Yona. Berhenti bersikap seperti anak kecil. Ingat selalu pasal satu, guru selalu benar. Lagi pula lo memang salah." Begitu kira-kira kalimat sakti yang Yona gunakan untuk menenangkan dirinya. "Percuma juga mencari pembelaan. Ingat pasal dua, jika guru salah, kembali ke pasal satu."

Entah siapa yang merumuskan undang-undang ngawur itu, tapi Yona dan teman-teman satu sekelasnya percaya dan menjadikan undang-undang itu pedoman hidup mereka.

Yona sudah tidak lagi menangis. Di depan cermin yang dipasang di dinding toilet, ia menatap pantulannya. Jejak-jejak air mata mulai samar setelah ia mencuci muka, tapi tidak dengan kantong matanya yang membengkak.

"Semangat, Yona. Kalau ditanya kenapa matanya sembap tinggal bilang lo habis dipipisin kecoak." Lagi-lagi Yona berbicara sendiri.

Akhirnya gadis itu memutuskan untuk keluar dari bilik toilet. Lagi pula berlama-lama di tempat sempit itu tidak akan berefek apa-apa. Membuat pusing, iya karena aroma ruangan yang kurang sedap.

Yona mengangguk kecil saat melihat seorang kakak kelas sedang bertelepon di depan toilet.

"Misi, Kak," ucapnya.

Kakak kelas cantik yang terkenal ramah pada semua orang itu balas menganggukkan kepala.

"Sori banget, gara-gara minjamin topi ke gue, lo jadi dijemur sama Pak Jaka."

Samar-samar Yona mendengar percakapan kakak kelas itu dengan seseorang di seberang ponsel.

Kakak itu beruntung banget punya seseorang yang rela dihukum demi melindungi dia.

Diam-diam Yona merasa iri. Alih-alih dipinjami topi saat lupa membawa, Yona lebih sering disuruh membeli oleh pacarnya. Oh, ralat, mantan pacarnya.

"Iya, deh, lain kali gue mencoba untuk nggak lupa .... Hah? Oh, okay .... Ya udah, nanti ke kantin bareng aja, ya. Gue belikan minuman isotonik buat lo."

Udah cantik, baik. Pantas aja ketemunya sama orang yang sama-sama baik. Lha, gue? Udah kulitnya kusam, dekil ... kayak yang mustahil dipertemukan sama orang yang baik banget sampai ....

Batin Yona terus berbicara. Satu kebiasaan buruk yang belum bisa Yona hilangkan, yakni membanding-bandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Cari penyakit!

Sebenarnya Yona tidak berniat menguping, tapi suara kakak kelas yang sedang menelepon terdengar keras. Bukan salah Yona, kan, kalau dia mendengar semuanya dengan jelas? Termasuk bagian salam penutup yang membuat langkahnya terhenti tepat satu langkah sebelum ia keluar dari area toilet.

"... bye, Leon."

Deg. Jantung Yona berdegup cepat. Detakannya bahkan terasa sampai ke leher. Apa ini artinya Leon rela dijemur oleh Pak Jaka demi melindungi kakak kelas cantik tadi?

BYEFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang