37 - Why ?

96 19 1
                                    

BYEFRIEND BY HAZNA NUR AZIZAH

Instagram : @hsnrzz_ & @hf.creations

****

Kenapa harus pergi, Sagara? Kenapa? Pertanyaan itu terus bergaung di telinga Yona. Saat ini, dia duduk di kursi paling pojok di kelasnya. Bertukar tempat dengan Ucup secara suka rela. Kepalanya menelungkup di atas lipatan tangan. Telinganya dipasangi earphone bervolume nyaris penuh. Tumpukan susu kotak yang berjumlah sekitar lima dibiarkan teronggok di laci meja. Yona sama sekali belum menyentuhnya kembali sejak kemarin, waktu Sagara memberikan benda itu padanya.

Yona tidak pernah merasa segelisah ini. Meski menangis bombay saat diputuskan juga saat sang mantan jadian sama gebetan, yang Yona raskan saat ini jauh lebih parah dari itu. Kecewa, kesal, marah, kebingungan, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Buliran bening di matanya mengantre ingin keluar. Namun, sebisa mungkin Yona telan kembali tangis itu.

Sagara tidak layak ditangisi setelah mengucapkan kabar buruk kepindahannya. Sagara tidak membutuhkan air matanya.

"Sebelum Ibu keluar, ada yang ingin ditanyakan?"

Suara lantang Bu Neni tidak lantas membuat Yona mengangkat kepalanya. Apalagi tubuhnya kecil dan yang duduk tepat di depannya adalah cowok tinggi besar yang menyembunyikan keberadaan Yona dengan sempurna.

Pagi itu, Yona sama sekali tidak memperhatikan pelajaran. Hanya sibuk berdebat dengan otak dan hatinya yang sulit disinkronkan.

GUE BUTUH SPEAKERS HAJATAN DAN MENU PRASMANAN!!!

Dan ... bimsalabim! Keinginan Yona jadi kenyataan beberapa jam kemudian.

Kalandra berdiri di samping motonya, menunggu adik perempuannya yang berjalan lambat seperti siput. Pemuda itu berdecak. "Jangan lelet, Yona. Lo mau gue telat, ya?"

Yona mendesah lumayan panjang. Gerakannya jadi lambat bukan hanya karena dress selutut yang membungkus tubuh kurusnya atau heels tujuh senti yang terpasang manis di sepasang kakinya, tapi juga karena kebingungan yang tak berujung.

Jam istirahat kedua tadi, Kalandra tiba-tiba menelepon dan mengatakan akan menjemput Yona. Cewek itu senang-senang saja karena bisa mengirit ongkos dan tidak melulu merepotkan Lukas. Namun, begitu sampai di rumah, Yona disuruh untuk cepat-cepat membersihkan diri kemudian memakai gaun semi formal yang sudah Kalandra pilihkan. Rupa-rupanya, Kalandra mau mengajaknya kondangan. Biar nggak kelihatan ngenes karena nggak punya pasangan, katanya.

"Kenapa harus sama gue, sih, Bang? Gue capek habis sekolah, tauk!" protes Yona yang kesulitan berjalan menggunakan heels itu.

Kalandra yang gemas melihatnya membantu Yona melepas sepatu itu. "Pakai kets lo aja, deh. Nggak dosa, kok, kondangan nggak pakai heels."

"Lagian maksa banget, sih? Cari pacar makanya biar ada temen kondangan! Nggak laku, ya?" Yona buru-buru mengganti heels dengan kets putih miliknya. Tinggi badannya langsung turun. Yona kembali menjadi dirinya yang tingginya tidak lebih dari pundak Kalandra.

Kalandra menepuk-nepuk puncak kepala Yona yang masih mencak-mencak. "Sesama jomlo tidak boleh mengejek, Adik Manis ...."

Yona merotasikan bola matanya. "Sakarepmu!"

Gaun dan motor sama sekali tidak nyambung, tapi Kalandra belum punya mobil apalagi kereta kencana. Rambut dan gaun Yona sudah kusut dan acak-acakan begitu turun dari boncengan. Benar-benar mengenaskan.

Tenda hajatan sudah terlihat. Bernuansa putih, penuh bunga, dan catik. Kalandra berjalan mendahului Yona yang kesusahan mengatur kembali rambutnya. Ketika sampai di mulut pintu, Kalandra berbalik, menyeimbangkan langkahnya dengan Yona, sambil sesekali merangkulnya. Jelas bukan jenis rangkulan lembut nan romantis, malah terkesan sadis. Yona menggerutu sepanjang jalan karena lehernya terasa tercekik.

BYEFRIENDWhere stories live. Discover now