39 - Perasaan Sebenarnya

105 18 3
                                    

BYEFRIEND BY HAZNA NUR AZIZAH

Instagram : @hsnrzz_ & @hf.creations

****

Mendung menghiasi langit sore ini, tapi hujan sudah turun di mata Yona. Cewek itu menunggu bus datang dengan cemas. Matanya berkabut dan kewarasannya nyaris terkikis habis. Melalui chat, Yona terus menanyakan keadaan Kalingga. Kata Mama, dia tidak apa-apa, hanya lecet sedikit saja, tapi suara serak Mama di telepon tadi menjelaskan hal yang lain.

Kalingga tidak baik-baik saja.

Kalingga bukan hanya lecet saja.

"Bus pada ke mana, sih?" Yona bergerak-gerak tidak tenang. Begitu gusar. Yona butuh ditenangkan, tapi tidak ada seorang pun yang dapat dihubungi.

"Mama jangan offline dulu ...." Gadis itu semakin sesenggukkan.

Bagi Yona, semenyebalkan apa pun Kalingga, remaja laki-laki itu tetap menjadi adik kesayangannya. Meski usil dan resek setiap waktu, Kalingga tetap sosok adik yang manis, yang merelakan es krim vanila untuk Keiyona, yang mau dijadikan tong sambat oleh Keiyona, yang selalu menyayangi saudara-saudarinya dengan cara yang berbeda.

Wajah Kalingga yang tengah tertidur terlihat pucat. Ada jahitan di bagian dahi dan kakinya. Pasti ngilu luar biasa. Yona meringis membayangkan betapa sakitnya.

"Lo ngapain, deh, di sini, Kal? Di rumah tidur gratis, di sini tidur bayar. Lo nggak kasihan sama Mama sama Bapak?" Yona melotot galak pada Kalingga yang masih memejam. Napas berat terembus. "Bangun napa, Kal .... Ayo berantem lagi sama gue."

Yona terus berharap Kalingga segera membuka mata, tapi harapannya belum juga dikabulkan. Kabar yang lebih buruk justru menghampiri.

Kalingga kehilangan banyak darah, dia membutuhkan donor. Sayangnya, di rumah sakit ini sedang kosong. Bapak yang memiliki golongan darah sama dengan Kalingga punya diabetes, Yona dan Kalandra punya golongan darah yang sama seperti Mama.

Keheningan memeluk. Yona ingin merengkuh tubuh ringkih Kalingga, tapi takut menyakitinya. Cewek itu memilih keluar ruangan, kembali menuntaskan tangis.

Di luar ruangan, orangtua Yona sama kacaunya. Kalandra menjadi satu-satunya yang paling tegar. Mengusap lembut punggung Mama yang tampak ringkih, seolah bisa remuk kapan saja.

"Kalingga bakal bangun, Ma. Sudah sedihnya," ucap Kalandra. Dia yang paling mengerti kondisi adik bontotnya saat ini.

"Adikmu kesakitan, Kala, bagaimana Mama bisa nggak sedih?" Karina kembali meraung di bahu Kalandra. Menumpahkan segala kekhawatiran di bahu anak pertamanya. "Semua nggak akan terjadi kalau Kalingga nggak dikasih naik motor sendiri. Kalingga pasti—"

"Udah, Ma. Penyesalan cuma akan memperkeruh keadaan. Kita cuma harus banyak berdoa untuk kesembuhan Lingga." Kalandra berucap tegas. "Kalau ada yang perlu disalahkan, Kalandra jawabannya. Harusnya Kala nggak pernah ngajarin Lingga naik motor." Pemuda itu menarik ibunya ke dalam pelukan. Berusaha menenangkan wanita yang paling berjasa sepanjang hidupnya.

Yona, yang melihat pemandangan memilukan itu dari ambang pintu, memejamkan matanya yang kembali berkabut. Kecelakaan tunggal yang dialami Kalingga jelas menjadi pukulan telak untuk Kalandra yang selalu mengompori Kalingga untuk bisa mengendarai motor, setelah gagal menghasut Yona yang lebih memilih naik angkutan umum untuk pergi ke mana-mana.

"Dokter lagi cari pendonor untuk Kalingga, kamu tenang saja." Suara Bapak memecahkan fokus Yona. Cewek itu mengekor ketika ayahnya mengajaknya untuk duduk tak jauh dari Mama dan Kalandra.

BYEFRIENDWhere stories live. Discover now