12 - Merindukan Kasih Sayang

118 22 0
                                    

BYEFRIEND BY HAZNA NUR AZIZAH

Instagram : @hsnrzz_ & @hf.creations

****

OSIS AKASIA 2021/2022

Gue:

Ada yg bisa gantiin gue piket gerbang, ngga?

Gue meriang, nih

Mau berangkat agak siangan

Lukas:

Ratih bisa tuh, Yon

Ayumi:

Gue juga bisa, Kak

Sagara:

Biar gue aja

Sagara beranjak dari meja makan. Padahal belum ada semenit remaja laki-laki itu duduk di sana. Nala, anak tertua di antara empat orang anak yang tinggal bersama di rumah keluarga Pak Jaya, yang duduk melingkar di meja yang sama, melirik ke arah Sagara yang ditahan oleh Bi Minah.

"Mau ke mana, Mas? Mas Gara, kan, belum sarapan." Bi Minah tergopoh mengejar Sagara yang berjalan menjauh.

"Nggak papa, Bi Minah. Saya ada piket pagi ini," ujar Sagara. Menolak halus kebaikan Bi Minah yang mulai memasukkan nasi dan segala rupa lauk pauk ke dalam wadah bekal Sagara.

"Nggak boleh begitu, dong, Mas. Sarapan itu wajib, apa lagi Mas Sagara aktivitasnya banyak." Aroma gurih terhidu saat Bi Minah menyerahkan wadah bekal itu. "Kalau enggak mau makan di rumah, bawa ini, ya?" titah Bi Minah. Wanita paruh baya yang sudah bekerja lebih dari tujuh tahun di kediaman Jaya itu menatap Sagara, tulus seperti tatapan seorang ibu kepada anaknya.

Sagara meneguk ludah. Budaya sarapan jarang ia terapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, melihat tatapan Bi Minah yang begitu dalam, membuatnya merasa tidak enak jika menolak.

Dentingan terdengar ketika sendok yang ada di genggaman Nala beradu dengan piring di hadapannya. Baik Sagara maupun Bi Minah, kompak menolehkan kepala.

"Kalau nggak mau, jangan dipaksa, Bi. Terserah anak itu mau sarapan atau enggak. Dia udah gede, jangan terlalu dimanjain."

Ucapan Nala tepat menancap di ulu hati Sagara. Ini bukan kali pertama orang-orang yang tinggal di rumah keluarga Pak Jaya menganggap Bi Minah terlalu memanjakan Sagara. Rasanya masih semenyakitkan biasanya. Karena pada kenyataannya, manja adalah satu kata yang tidak ada di kamus hidup Sagara.

Seorang Sagara Abayomi tidak pernah bermanja-manja pada siapa pun. Sejak kecil, bahkan sebelum memasuki sekolah dasar, Sagara sudah terbiasa mengerjakan apa-apa sendiri, termasuk menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.

Sagara menatap nanar wadah bekal berisi nasi, ayam, sayur, dan beberapa potong mentimun yang masih berada di tangan Bi Minah. Sejurus kemudian, cowok itu mengambilnya untuk ia simpan di dalam tasnya.

"Makasih, Bi. Lain kali nggak usah," ucapnya. Kemudian melenggang pergi mengambil vespa birunya yang terparkir di garasi.

Ada yang jauh lebih penting daripada berdebat dengan kakaknya di waktu sepagi ini. Perkara piket gerbang dan Yona yang mengeluh tidak enak badan misalnya.

Berbicara mengenai cewek bernama lengkap Keiyona, atau yang akrab disapa Yona itu, Sagara tidak jarang dibuat terkejut. Seperti pada saat cewek itu menangis di punggungnya karena patah hati.

Sagara tau Yona hanya manusia biasa, sama seperti dirinya. Sagara juga tau kalau Yona itu seorang perempuan. Sama seperti Ratih atau Ayumi yang kerap kali galau karena bertengkar dengan pacarnya. Tidak seharusnya Sagara ragu jika Yona bisa menangis, patah hati, atau jatuh sakit. Namun, tetap saja, Sagara merasa aneh. Sagara lebih menyukai Yona yang cerewet dan banyak tingkahnya.

BYEFRIENDWhere stories live. Discover now