19 - Kesepakatan

100 23 1
                                    

BYEFRIEND BY HAZNA NUR AZIZAH

Instagram : @hsnrzz_ & @hf.creations

****

Gue:

Mulai sekarang panggil gue teman, jangan rekan

Bohong jika Yona merasa biasa saja melihat Sagara ada di depan rumahnya, duduk di teras sambil mengobrol santai dengan mamanya. Ini bukan pertanda baik. Alih-alih membayangkan momen romantis yang kerap ditulis dalam novel tentang seorang cowok yang datang ke rumah orang tua ceweknya untuk meminta izin berkencan, yang ada di kepala Yona justru sebaliknya. Kedatangan Sagara jelas bukan untuk mengajaknya berkencan. Yona curiga cowok itu datang untuk mengadu soal perlakuan tidak mengenakkan yang Sagara terima. Minggu-minggu kemarin, kan, Yona sedang gencar-gencarnya membujuk Sagara untuk membantunya balikan dengan sang mantan.

Ah, jika benar begitu, tamatlah riwayat Yona. Mamanya pasti murka mengetahui perilakunya dan uang jajannya terancam dipenggal.

Oh, tidak!

"Eh, itu anaknya udah datang. Ibu tinggal dulu, ya."

Ibu?

Yona mengerutkan dahi saat mamanya tersenyum ke arah Sagara sebelum masuk ke rumah. Yang lebih ajaib lagi, Yona juga disenyumi. Dia jadi makin curiga. Sebenarnya, apa maksud kedatangan Sagara?

"Ekhem ...." Yona berdehem singkat. Mencoba terlihat santai meski perutnya tegang penuh antisipasi. "Ngapain, Gar?" tanyanya.

Tanpa adegan slow motion, Sagara mendongakkan kepalanya untuk menatap Yona yang sedang mengajaknya berbicara. Cewek itu berdiri menenteng goodie bag berwarna kuning mencolok, persis seperti warna tas yang ada di punggungnya. Menatap Sagara dengan tatapan menuntut jawaban.

"Ambil proposal. Kata Ratih ada sama lo."

"Oh."

Tuh, kan. Untung Yona tidak menaruh ekspektasi terlalu tinggi, jadi dia tidak perlu kecewa. "Kan, bisa di sekolah. Repot-repot amat sampai ke rumah segala," cibirnya. Yona meletakkan goodie bag yang ia bawa di atas meja. Kemudian, membuka resleting tasnya untuk mengambil print out proposal yang Sagara minta. Namun, belum selesai ia membuka tasnya, kalimat Sagara menghentikan aktivitasnya.

"Nanti aja. Udah keburu siang."

"Hah?"

Untuk beberapa saat Yona terdiam, kesulitan mencerna ucapan Sagara. "Maksudnya gimana, sih? Lo jauh-jauh datang ke sini buat ambil print out proposal, tapi begitu mau gue ambil, lo bilang nanti aja. Sia-sia, dong lo datang ke sini?"

Sagara tersenyum miris. Cewek berponi yang kebingungan di depannya ini tingkat kepekaannya sudah sangat mengkhawatirkan. Sagara berdiri dari duduknya, kemudian mengambil kunci vespa di saku celananya.

"Nyokap lo seru, ya."

"Hah?" Lagi, Yona melongo kebingungan.

"Tadi katanya, gue boleh kasih lo tugas OSIS yang banyak biar waktu lo nggak terbuang sia-sia buat milirin mantan lo."

"Terus lo nurut?" tanya Yona.

"Iya." Sagara memasang helmnya. "Jadi, tugas pertama lo hari ini adalah menghitung kecepatan rata-rata vespa gue. Tugas kedua, ketiga, dan seterusnya akan gue infokan sambil jalan," ucap Sagara tanpa beban.

Yona geleng-geleng kepala. "Lo salah sarapan, ya? Mana ada tugas OSIS ngitung kecepatan rata-rata kendaraan roda dua? Terus, gue ini wakil ketua OSIS, bukan sekretaris OSIS apalagi sekretaris pribadi lo, kenapa daftar tugasnya sampai dan seterusnya?" protesnya tidak terima.

BYEFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang