3

380 75 0
                                    

Ini adalah hari yang kutunggu – tunggu setelah membaca informasi tentang event besar di kampusku dulu. Menghadiri sebuah event di mana mantan crushku sebagai bintang tamunya. Pertemuan yang tidak pernah berani kubayangkan ini akan terjadi akhirnya. Nggak masalah meski harus muncul dengan perasaan yang masih rahasia, aku hanya ingin menunaikan rindu yang mendera sejak beberapa tahun lamanya.

Tentu saja, aku ingin meninggalkan kesan untuk mas Nusa dan berupaya tampil semenarik mungkin. Peduli amat dia akan membalas perasaanku atau tidak, asal dia ingat, itu cukup untukku. Lagipula, aku tidak pernah berniat sedikit pun untuk merusak rumah tangganya yang harmonis.

"Kamu mau kemana pagi – pagi begini? Kerja atau kondangan?"

Aku bertemu ibu yang kini meneliti penampilanku dari kepala hingga kaki dan kembali sambil berdecak sebelum meneruskan langkahnya menuju meja makan.

Aku melihat lemari kaca tempat ibu menyimpan banyak pajangan untuk melihat bayanganku dalam pantulan kaca. Apakah dandananku berlebihan?

Kepercayaan diriku merosot seketika, aku pun kembali ke kamar dan melihat ulang make up yang sudah kuaplikasikan. Akhirnya aku menghapus lagi bedak plus concealer plus primer, juga bibir yang telah kupulas lipstik berwarna Scarlet. Aku ingin menghadirkan kesan yang lain di pertemuan (pertama) ini dengan mas Nusa. Setelah sekian lama kami tidak bertemu.

Tapi dia kan masih married, bisik hati yang ingin kuingkari.

Aku memastikan lagi kali ini dandananku tidak akan berbuah komentar yang sama dari siapapun, baru lah aku keluar kamar dan menuju ruang makan untuk sarapan. Ibu tersenyum melihatku menghapus dandanan.

Adik laki – lakiku sudah berangkat kerja jam empat tadi pagi, dia bertugas pagi hari ini. Belum kulihat ayah keluar dari kamarnya, meski ibu sudah memanggil – manggil sejak tadi untuk sarapan bersama.

"Coba tengok ayahmu, Ra, tumben. Sedang apa, kok nggak nyahut dari tadi."

Aku berdiri dan menuju kamar kedua orangtuaku untuk mengajak ayah sarapan bersama. Pintu kamar terbuka sedikit namun tidak ada suara ayahku di sana. Aku mendorong daun pintu lebih lebar dan mendapati tubuh ayah sudah terbujur kaku di samping kasur. Spontan aku menjerit memanggil ibu dan histeris dalam waktu yang bersamaan.

Terlambat. Ketika berhasil mengumpulkan kesadaran dan mencoba membangunkan ayah, aku tidak lagi merasakan denyut nadi hingga tarikan napas. Kedua kakiku lemas, namun, ibu ambruk pingsan di hadapanku. Otakku blank seketika.

Beautiful SunsetOù les histoires vivent. Découvrez maintenant