9

510 25 1
                                    

Suasana ruang keluarga mansion Va Onkar saat ini cukup mencekam dan menakutkan khusunya untuk anak kecil itu siapa lagi kalau bukan Lui

Hanya tatapan tajam yang dia terima sejak tadi, tidak ada yang membuka suara sedikitpun. Lui semakin merasa tertekan

"apakah papa mengijinkanmu membantu orang lain?" pertanyaan Gilbert mengagetkan Lui yang tadi sibuk dengan pikirannya sendiri

Lui memandang papanya bingung, bukankah kita memang harus membantu satu sama lain? Apa yang salah dengan itu?

"papa.. bukankah itu sudah semestinya kita lakukan? Dia dipukuli papa, dia tidak bersalah kenapa dia harus diperlakukan seperti itu?" jelasnya panjang lebar

"dan membuatmu terluka?" Gilbert berusaha menahan emosinya. Melihat anaknya terluka akibat menyelamatkan orang lain? Yang benar saja, siapa orang itu yang berani-beraninya menarik perhatian bungsunya

"ini cuma luka kecil papa, Lui udah biasa" jawab Lui enteng tanpa mengetahui perubahan ekspresi orang-orang yang ada disana ketika mendengar jawaban Lui

Gilbert mengeraskan rahangnya menatap Lui penuh amarah, tidak bisa dia biarkan ini akan berakibat buruk untuk Lui

"Mike bawa adikmu kekamarnya" pungkas Gilbert kemudian pergi untuk melampiaskan amarahnya

Langsung saja Mike menggendong Lui menuju kamar tanpa sepatah katapun

"abang maaf, Lui tidak akan terluka lagi" ucap Lui pada kedua abang sepupunya ini

Mike mengambil kotak p3k dan mengobati sudut bibir Lui, tangannya kembali mengepal ketika melihat lebih jelas memar keunguan dan juga bercak darah yang masih tertinggal disana

"jangan pernah menemui anak itu lagi dan jangan pernah terluka lagi" ucap Mike tanpa merespon permintaan maaf Lui

Keheningan kembali menyapa sebelum ketukan pintu terdengar dari luar, Juan bangkit dan membukanya ternyata salah satu maid yang membawakan makan siang untuk Lui

Tadi memang Lui belum jadi makan siang karena kejadian pembullyan itu diketahuinya

"makan setelat itu tidur" Juan membuka suaranya setelah sekian lama ada disana tadi

"hm" Lui hanya menjawab dengan deheman

"apakah luka itu membuatmu bisu?" sarkas Juan tidak suka

"i-iya abang, ini Lui makan kok. Arghh..." pekikan keras dari Lui ketika dia terburu-buru menyuapkan makanan dan membuka mulutnya terlalu lebar

"abang tidak menyuruhmu untuk makan cepat-cepat! Ck!" decakan Juan membuat Lui menciut. Juan mengambil sendok ditangan Lui dan membantu menyuapi Lui makan

Lui sudah terlelap, Mike dan Juan keluar dari kamar Lui menuju lantai bawah mereka ingin pulang tapi mereka berpapasan dengan Gilbert

"paman kita akan pulang" pamit Mike

"hm, apa Lui sudah tidur? Paman akan melihatnya dulu, kalian hati-hati" ucap Gilbert tetapi langkahnya terhenti oleh cekalan Mike

Gilbert menaikan satu alisnya menatap sang ponakan didepannya

"sebaiknya bersihkan diri paman terlebih dahulu, kecuali paman ingin membuat Lui ketakutan" ucapnya kemudian melanjutkan langkahnya untuk pulang

Gilbert seketika melirik badannya sendiri

"sial!" umpat Gilbert pelan, Dia melihat bajunya yang penuh dengan bercak darah dan bau amis yang menyengat. Dia lupa membersihkan diri setelah melampiaskan amarahnya tadi

.

.

Makan malam tiba, meja makan terasa sangat mencekam Lui lelah kapan ini akan berakhir. Dia hanya terluka sedikit lagian dia ini laki-laki memangnya kenapa kalau tonjok-tonjokan? Bukankah itu hal yang wajar dilakukan anak seusianya?

Jujur saja dia malah senang mendapatkan tonjokan, ya walaupun cukup sakit tapi dia senang ini adalah pengalaman pertamanya. Lui berjanji akan menjadikan anak kemarin temannya, dia akan melindunginya dari para pembully itu

Sejenak Lui melupakan suasana dimeja makan yang semakin dingin ini

"Bang Devoon.. suapin Lui ya?" pinta Lui dengan suara semanja mungkin untuk meluluhkan hati abangnya yang satu ini

Devon yang ditatap hanya bisa menghela nafas panjang, dia sungguh gemas dengan adiknya. Adiknya ini suka sekali terluka, apakah dia harus merantainya saja dikamar agar dia tidak pergi kemana-mana?

"ini terakhir kalinya kau boleh terluka! Sekali lagi abang mendengar kabar kamu kembali terluka, ucapkan selamat tinggal pada sekolah umummu itu" jelas Devon sambil menyuapi Lui makanan

Lui kaget dengan itu tapi untuk sekarang dia akan jadi anak penurut dulu, dia sudah susah payah meminta sekolah umum ini masa tidak jadi

"iya abang iyaa Lui pahaamm.. marah-marah mulu ih" kesal Lui

Setelah makan malam suasananya sudah lebih cair dari sebelumnya. Sekarang Lui sedang menonton TV ditemani Katarina yang baru saja sampai rumah setelah acara reuninya. Sedangkan diruang kerja Gilbert sudah ada ketiga anaknya Theo, John dan Devon

"apa kau sudah mencari informasi bocah yang ditolong Lui?" pertanyaan Gilbert pertama kali dijatuhkan kepada Theo

"Sudah, dia hanya seorang anak yatim piatu yang tinggal seorang diri dipinggir kota" jelas Theo

"tapi sesekali dia bekerja menjadi salah satu tukang cuci direstoran milik Demon" lanjut Theo

"Demon??" ucap Gilbert memastikan apakah Demon yang dimaksud sama dengan yang ada dipikirannya

"ya Demon musuh bebuyutanmu itu"

"kalau sampai ini memang ulahnya, bersiaplah untuk kehancuranmu Demon!" geram Gilbert

"terus awasi Lui dan anak itu, tambah pengawalan firasatku sedikit buruk" jelas John kepada Kai

Kembali lagi keruang keluarga Lui sedang bercanda dengan Katarina. Lui mendapat serangan kelitikan dari sang mama. Lui tidak tahan hingga ujung matanya mengeluarkan air

"HAHAHHAA MAMA UDAAHH!! HA HA HAAHHA" teriak Lui berusaha menjauh dari jangkauan mamanya

"Abang to-tolong Luiihh,, mamaaa udahhh!! Abaangg!!" panggil Lui ketika melihat abangnay Theo menuju kearahnya

Langsung saja Theo mengambil Lui dan membawanya duduk sedikit jauh dari Katarina

"Huaa abang ayao pergiii! Ada monster!!" teriak Lui sambil menunjuk mamanya sendiri

Katarina yang mendengarnya beranjak menghampiri bungsunya kembali kemudia menyerangkan kembalii

"apa kamu bilang? Monster?"

"Hahahah mama ampuun haha udah hahaha" tawa Lui menggelegar ketika kelitikan sang mama menyerangnya kembali

"hah udah mama capek" ujar Katarina yang menjatuhkan dirinya disamping sang anak

"hah Lui juga capek" Lui ikut-ikutan menjatuhkan diri disamping sang mama

"Hahahahahhaa" tawa keduanya bersamaan, Theo yang melihat hanya tersenyum tipis mendapati interaksi lucu sang adik dengan sang mama

.

.

.

Hai haiiii... Lui kembali lagiii

Aku sampe gak tau mau nulis apa lagi hihiii, aku sangat menanti kritik dan sarannya ya dicerita ini

Semoga bisa menemani waktu luang kalian

Terimakasih yang udah mau baca dan vote dicerita ini😊💕

Luizen Va OnkarOnde histórias criam vida. Descubra agora