21

221 13 1
                                    

Keadaan didalam kamar Lui semakin tidak kondusif membuat para dokter kesulitan melakukan penanganan pada Lui

"maaf tuan sebaiknya kalian tunggu diluar terlebih dahulu" ucap seorang dokter yang takut apabila mereka masih didalam akan menghambat penanganan

Dengan marah Gilbert dan Devon pasrah dan keluar dengan rasa khawatir dan sesampainya didepan sudah disambut dengan seorang suster sebelumnya yang sudah duduk terikat

"pasti kau yang melakukannya kan!" ucapan Devon menusuk membuat sang suster gemetar ketakutan

"a-aku hanya disu-suruh tuan" ucapnya gagap

"siapa yang menyuruhmu?" Gilbert angkat suara

"kalau sampai adikku kenapa-napa aku pastikan kau dan keluargamu meraskan neraka diduniaku" sahut Devon marah

"tidak tuan hiks,, maafkan a-aku.. jangan apa-apakan keluargaku"

"a-aku tidak mengenalnya tuan, aku hanya ditawari menyuntikannya dan mendapat bayaran besar" jelasnya panjang lebar

"keparat!" geram Gilbert

"Max! lacak siapa yang berani-berani melakukannya!"

"baik tuan"

Ckelk!

"maaf tuan, tuan muda harus segera dipindahkan keruang oprasi! Jantungnya semakin lemah" ucap dokter cepat sembari mendorong brankar Lui keruang oprasi

Suasana dilorong rumah sakit tempat Lui dirawat sangat mencekam, aura kemarahan dan kegelisahan yang keluarga Va Onkar keluarkan sungguh luar biasa

Tidak ada satupun orang yang menitikkan air mata, mereka hanya menampakkan wajah datar dan dingin walau tanpa dipungkiri rasa kecewa sungguh mendalam karena kecolongan seperti ini dan ini menyangkut bungsu kesayangan mereka

"bagaimana keadaan cucuku?" suara berat Dirga menyapa indra pendengaran mereka semua

"dokter belum keluar" jawab Katarina

Buagh!!

Buagh!!

"aarghh!!"

"KAKEK!!" teriak Devon ketika melihat kakeknya melayangkan pukulan keras pada sang papa hingga Demon tersungkur kelantai

"sekali lagi kamu mengecewakan daddy Demon" ucap Dirga dingin kepada anaknya

Walaupun Dirga tahu bahwa Demon sudah menjaga Lui sedemikian rupa ketatnya namun kesalahan adalah kesalahan. Dirge sangat tidak suka dengan kesalahan, kegagalan dan hal semacamnya, dia tidak peduli bahkan dengan keluarganya sendiri

Devon yang melihat papanya terjatuh segera membantunya dan memeriksa sudut bibir Demon yang robek dan berdarah serta tulang pipi yang juga tergores sepertinya terkena cincin yang dipakai Dirga

"papa.. sini" langsung saja Devon mengobati Demon kebetulan dia memang selalu membawa obat-obatan dijas dokternya

Setelahnya Devon melayangkan tatapan maut pada sang kakek yang hanya ditatap datar oleh Dirga, dia memang jarang melakukan kekerasan didepan cucu-cucunya tapi kali ini dia kelewat emosi

Seketika pandangan Devon menggelap matanya ditutup secara perlahan, Devon mengernyit bingung kemudian menyingkirkan tangan orang itu yang ternyata adalah John

"gak boleh gitu tatapannya, dek! Siapa yang ngajarin natap begitu sama kakek?" ucapnya pada sang adik

Mendengar itu Devon semakin emosi dan membuang muka enggan melihat John dan yang lainnya yang kini malah memusatkan pandangan pada yang paling kecil diantara mereka

"liat abang! Abang lagi bicara sama adek!" perintahnya penuh ketegasan. Devon sangat tidak suka kondisi ini ketika John menggunakan posisinya sebagai abang

Dibawanya dagu Devon agar menghadap ke John dan mau tidak mau pandangan mereka bertemu, terpancar jelas kuasa John penuh atas dirinya

"kakek duluan! Papa juga gak mau Lui kenapa-kenapa! Kakek gak mikirin Lui malah main pukul aja!! Devon gak suka!!" sungutnya kesal

John tersenyum kecil sangat kecil mendengar penuturan Devon dan tidak jauh berbeda yang lainpun sama

"abang tau adek khawatir, tapi gak boleh kaya tadi ke kakek! Paham?"

"hm" jawab Devon malas

"daddy sudah mengumpulkan pecundang itu diruang 2, mereka adalah kaki tangan Adelard yang tidak terima pimpinannya kalian habisi" jelas Dirga

"sekali lagi daddy mendapat kabar buruk atas ketidak becusanmu menjaga cucuku, kau tidak akan bertemu dengan mereka dalam waktu yang lama" lanjutnya

"mereka anak-anakku! Daddy tidak berhak ikut campur" balas Demon dingin

Memerlukan waktu yang cukup lama hingga dokter yang menangani Lui keluar, wajah dokter itu menampakkan guratan kecemasan dan ketakutan

"jelaskan!" tegas Demon

"kami sudah berhasil mengeluarkan racun yang ada ditubuh tuan muda, kondisi tuan muda tidak bisa dikatakan baik namun sudah jauh lebih baik, akan tetapi respon tubuh tuan mudah sangat kecil dan itu membuatnya kesulitan melawan dan racun itu juga sudah berhasil mencapai titik vitalnya sehingga dengan berat hari kami nyatakan tuan muda Lui koma." Jelas panjang lebar dokter radi

"Bajingan!! Si keparat itu sudah mati masih merepotkan!!" umpat Dirga

"adek..." lirih Devon

"apa katamu? Koma?? Apakah kau tidak bisa bekerja dengan benar?? Apakah kau mau aku melobang otakmu yang tidak berguna itu??" sungut Katarina tidak terima ketika mendengar penjelasan dari sang dokter

"maaf nyonya kami sudah berusaha semaksimal mungkin" sungguh rasanya dokter itu ingin menghilang dari sini

"pergi dari hadapanku sebelum aku benar-benar melobangi kepalamu sialan!" marah Katarina kembali

"kau benar-benar tidak becus Demon" ucap Dirga kemudian pergi dari sana

Theo yang sedari tadi diam memilih untuk segera pergi dari sana, dirinya berniat untuk pulang untuk menenangkan diri

Brak!!

Pintu besi itu terbuka dengan sangat keras mengangetkan semua orang yang ada disana dan dengan langkah tegasnya pelaku pendobrakan pintu memasuki ruangan itu

Tatapan tajam dan dingin kilatan emosi begitu ketara aura intimidasi yang dilekuarkan membuat setiap orang yang ada disana merasa sesak napas, hingga ayunan pedang samurai melayang menebas kepala salah satu tahanan yang terikat disana

"kau bajingan sialan yang benari menyentuh adikku" ucapnya dengan nada rendah yang sangat mengerikan

Dan orang itu adalah Theodore Va Onkar yang saat ini tengah menenangkan pikiran dengan membabibuta membunuh orang-orang Adelard yang sudah berani macam-macam dengan keluarganya

Darah dan darah bertebaran dimana-mana memenuhi ruangan itu, bau anyir dan amis tidak dapat terhindarkan membuat Theo semakin beringas melampiaskan amarahnya hingga tubuhnya sekarang penuh dengan muncratan darah dari pada korban

"bereskan semuanya" perintah Theo pada bodyguard yang berjaga disana setelah puas dengan kegiatannya dan dirinya melangkah pergi keluar

"aku yakin tuan muda Lui terluka parah" ucap salah ssatu bodyguard

"iya, aku sudah lama tidak melihat tuan muda Theodore kehilangan kendali seperti tadi"imbuh bodyguard lain yang tengah membersihkan daging-daging para korban tadi

"aku harap tuan mudaLui segera sembuh dan mengembalikan keceriaan dimension ini"

.

.

.

Selamat hari sabtu semuanya semoga hari-hari kalian selalu menyenangkan yaa..

Enjoy guys semoga masih suka sama ceritanya maaf kalau makin lama makin aneh hehe. Mari berdoa semoga Lui baik-baik aja yaa.. atau mau Lui kenapa-kenapa aja??

Terimakasih yang udah baca, vote, follow dan comment😊💕

Luizen Va OnkarWhere stories live. Discover now