6. Posesif

26.1K 822 18
                                    

Semenjak pembicaraan mereka di kantor Tirtan, hubungan mereka kian membaik. Frekuensi dan durasi pertengkaran mereka lumayan berkurang dibandingkan sebelumnya. Tirtan semakin pengertian pada tingkah Lana yang kadang kekanakan serta Lana yang terkadang berusaha mengerti Tirtan yang suka mempermainkannya.

Belum lagi sikap Lana yang semakin posesif pada Tirtan. Saat jalan berdua Lana takkan segan-segan bergayut di lengan Tirtan dengan mesra menunjukkan kepemilikannya akan Tirtan. Ponsel Tirtan pun selau di utak-atik oleh Lana untuk memeriksa apapun, dari list contact sampai inbox. Tirtan yang semula risih dan keberatan akhirnya menyerah juga karena sikap dan tingkah Lana merupakan hiburan tersendiri baginya.

"Ponsel kamu mana?" Tanya Lana tiba-tiba disela seruputan orange juice nya.

"Ada. Kenapa?" Tanya Tirtan curiga.

Lana mengulurkan tangannya pada Tirtan. Membuka kelima jarinya membentuk pose meminta pada Tirtan. Tirtan yang sudah terbiasa dengan situasi itu hanya menatap dan memberikan ponselnya di tangan Lana yang terulur.

Lana mengutak-atik ponsel itu tanpa perlu meminta password keamanan dari Tirtan, ia sudah menghapalnya di luar kepala. Ia kemudian berpose ala self camera pada ponsel tersebut tanpa memperdulikan Tirtan yang memperhatikannya dengan heran. Setelah memotret dirinya sendiri Lana tampak mengutak-atik kembali ponsel Tirtan dan kemudian dikembalikan lagi pada Tirtan.

Belum sempat Tirtan bertanya tentang tingkah wanita itu, Lana kembali sibuk menggunakan ponselnya dan mengarahkan kameranya pada Tirtan.

"Senyum." Perintah Lana datar.

Tirtan mengernyitkan alisnya. "Mana bisa."

"Ya sudah kalau gak mau. Satu, dua, tiga." Sesaat sebelum bunyi klik kecil terdengar dari ponsel Lana Tirtan berhasil tersenyum ala kadarnya. Lana tersenyum puas melihat wajah Tirtan yang tengah tersenyum. "Pulang yuk?" Ajaknya tiba-tiba.

Saat ini mereka tengah berada di mall dan sedang duduk di sebuah kafe setelah Tirtan menemani Lana mengunjungi salah satu cabang toko tas perusahaan Lana di mall tersebut. God, semakin lama tingkah mereka semakin mirip pasangan betulan, pikir Tirtan dalam hati.

Setelah membayar di kasir mereka berjalan beriringan dengan Lana yang mendempet santai ke tubuh Tirtan. Tirtan refleks mengulurkan tangan dan merangkul pinggang Lana dari belakang karena bila tak dilakukannya posisi mereka akan aneh seperti kembar siam. Tirtan tak habis pikir, kenapa tingkah laku Lana berubah sangat drastis semenjak perpanjangan waktu itu? Biasanya Lana yang sibuk menjauh darinya sekarang malah Tirtan sendiri yang kewalahan menuruti segala skinship yang entah mengapa dilakukan oleh Lana.

Mereka melangkahkan kakinya keatas eskalator, Tirtan mendekap lebih erat tubuh Lana.

"Hati-hati." Gumam Tirtan lembut. Setelah turun dari eskalator Tirtan melepaskan tangannya dari pinggang Lana lantaran berpikir Lana akan merasa terganggu kalau terlalu lama didekapnya.

Lana tiba-tiba merasakan dekapan Tirtan yang melonggar dan akhirnya terlepas. Ck, ia takkan melepaskan Tirtan semudah itu. Saat ini ia merasa kedinginan karena AC mall dan juga cuaca yang sedang lebat-lebatnya hujan. Segera ia menyelipkan diri didalam lengan Tirtan dan menyurukkan kepalanya ke bahu Tirtan sedangkan kedua tangannya gantian memeluk erat pinggang Tirtan dari samping.

"Dingin." Desah Lana.

Tirtan kaget dengan tingkah Lana namun segera dibungkusnya tubuh Lana dalam dekapannya. Mereka telah sampai di lobby dan sesaat mereka menjadi tontonan orang-orang yang tengah menunggu mobil atau yang hanya sekedar berteduh dari hujan yang deras.

"Lan, aku tinggal ambil mobil dulu?" Tirtan berhasil berbicara setelah beberapa saat.

"Hmm." Gumam Lana tak jelas.

It's a Life Disaster!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang