12. Seindah Kita

27K 849 11
                                    

Hai, saya kembali.
Sebelum membaca, saya ada warning-warning dikit. Tapi Gak terlalu warning juga sih, (maksudnya?)

Komen, saran, kritik dan vote tetap ditunggu. Sumpah, komen-komen kalian selalu menghiburku saat kubaca, walaupun tak bisa kubalas semua.

Jadi jangan kapok mengirimkan komen-komen untukku maupun ceritaku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hari datang silih berganti dengan cepat. Setelah segala hal tetek bengek yang mengekori setelah pesta pernikahannya beres, Lana kembali ke rutinitasnya sebagai kepala tim desain di moreen inc. Tak ada waktu untuk honeymoon, toh  mereka berdua memang belum menyediakan waktu khusus untuk itu.

Seminggu lebih terlewati begitu saja setelah hari pernikahan Lana dan Tirtan, tanpa ada hal yang berkesan selain Tirtan yang selalu pulang setelah jam sepuluh malam karena tuntutan pekerjaannya yang sempat luar biasa menumpuk dan terbengkalai selama persiapan pernikahan mereka.

Desakan Tirtan pun tak pernah berulang kembali karena saat pulang dapat dilihatnya Lana yang terus berkutat dengan pekerjaannya tanpa menghiraukan Tirtan. Segala kemanjaan saat Lana sedang ‘halangan’ sirna sudah berganti menjadi wanita karir mandiri.

Lana yang sedang memulai rapat dengan timnya terganggu oleh deringan ponselnya. Mengangkat sebuah jari meminta waktu kepada timnya, kemudian berbalik agak menjauh dari meja rapat.

“Halo?”

“Sayang, mama sama papa ngajak makan malam bareng. Kamu mau dijemput?” terdengar suara renyah Tirtan.

“Nggak usah, aku bawa mobil kok.” Jawab Lana.

“Okelah. See you.” Tirtan menutup pembicaraan, tak ada lagi yang ingin dibicarakan.

Bye.” Lana berbalik dan mendapati semua anggota timnya sedang menatapnya sambil tersenyum.

Ciee… baru aja pisah dua tiga jam, sudah telpon-telponan sama papi.” Nania yang memang merupakan biang jahil ditimnya tertawa sambil menyikut tangan Brian yang duduk disampingnya.

Brian beserta anggota yang lain sontak tertawa, melihat wajah Lana yang berubah merah.

“Sudah. Kita lanjutkan lagi rapatnya.” Lana berusaha mengalihkan perhatian. Kemudian berbalik kembali menatap wajah Brian yang duduk disamping Nania.

"Kamu? Perasaan kamu bukan di tim saya, Brian.” Lana menatap sadis pada Brian.

Brian terkekeh dan mengangkat kedua tangannya, menyerah. Dirinya segera berdiri dan meninggalkan ruang rapat itu. Tatapan Lana mendelik kearah Nania.

“Kamu kalau kerja nggak usah bawa-bawa pacar, bisa?”

“Nggak bisa, Bu. Orang Iyan sendiri yang datang, bukan saya yang bawa-bawa.” Nania masih tersenyum jahil. Rupanya akting sadis Lana barusan tidak mempan pada makhluk satu ini.

Ish, dasar! Pacaran nggak kenal tempat.” Lana menggerutu, gemas melihat anak buah kesayangannya itu.

Duh… kita ngerti kok bawaannya pengantin baru, tak ada waktu tanpa wajah papi. Makanya Bu Lana gemes liat saya pacaran kan?” Nania semakin melancarkan aksinya mengoda Lana. Yang lainpun hanya tertawa sambil geleng-geleng kepala karena sifat jahil Nania yang kumat.

“Nania, kalo kamu nggak minat kerja, aku bisa langsung ngeluarin surat pemecatan kamu. Gimana?” Lana memasang ekspresi wajah galak namun akhirnya tersenyum malu-malu juga.

Serempak seluruh timnya meledek bersamaan.

Cieee….

Lana merasa kalah dan akhirnya ikut tertawa bersama timnya.

It's a Life Disaster!Where stories live. Discover now