Epilog

24.5K 1K 85
                                    

Epilognya memang sedikit ya. Namanya juga penutup.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Senyum Lana seperti tak pernah pudar. Tentu saja ia berusaha mengurangi senyumnya di depan Tirtan, namun di depan orang lain ia takkan segan-segan memamerkan senyumnya pada dunia. Ia bahagia! Tirtan mencintainya! Apa lagi yang dibutuhkannya?

Sepertinya keadaan nyaris-nyaris-nyaris-dan-nyaris yang dialaminya sebelum bertemu Tirtan semuanya terpatahkan. Ia tak tahu lagi harus berterimakasih seperti apa namun yang jelas hidup ini akan dijalaninya dengan penuh sukacita.

“Melamun terus…” Suara Tirtan membuyarkan lamunannya.

“Boleh dong. Lagi gak ada kerjaan juga.”

“Dasar.” Tangan Tirtan membelai lembut kepala Lana. Ia turut duduk bersandar disamping Lana diatas tempat tidur mereka. “Ini susu coklat kamu.”

“Nggak mau.” Ucap Lana setelah memandang penuh spekulasi susu coklat tersebut.

“Loh? Sebelumnya kan kamu suka banget?”

“Nggak mau pokoknya. Gak demen.”

“Ya sudah.” Tirtan kemudian membuka kemasan susu coklat tersebut dan meminumnya melalui sedotan.

Lana memperhatikan tingkah Tirtan. Segera ditariknya kotak susu coklat tersebut dari genggaman Tirtan dan meletakkan di meja nakas. Tirtan hanya memandang heran akan tingkah Lana. Belum lagi Lana segera menghadapnya dan mulai menghidu bibirnya.

“Baunya enak.” Ucap Lana tiba-tiba seraya menjauhkan wajahnya dari bibir Tirtan.

Belum sempat Lana kembali duduk disampingnya Tirtan segera menarik wajah Lana kembali mendekat.

“Rasanya juga enak.” Senyum yang tercipta di bibir Tirtan mengungkapkan pikiran yang tecipta dibenaknya. Belum sempat Lana menghindar namun bibirnya segera terpenjara oleh bibir Tirtan. Dan durasi kali ini bisa dibilang bukan sebentar. Mereka menghentikan ciuman itu begitu merasa butuh akan udara.

Lana memandang Tirtan dengan cemberut. “Dasar tukang ciuuuuummmmmm!” Dengan itu Lana bergegas berjalan menghentakkan kakinya menjauh dari Tirtan.

Tirtan hanya tertawa melihat tingkah istrinya yang kian hari kian ajaib baginya. Masa istrinya hanya ingin cium bau susu coklat? Padahal sebelum-sebelumnya doyan banget sama susu coklat. Ada-ada saja.

Lana yang bergegas turun ke dapur kembali menyunggingkan senyuman dibibirnya. Tujuannya menghidu bibir Tirtan memang untuk membangkitkan niat Tirtan menciumnya. Suaminya memang mudah diarahkan. Haha!

Bila ia ingat bagaimana menyebalkannya pertemuan pertama mereka, saat itu ia pasti takkan pernah menyangka mereka bisa sampai disaat ini. Dan keadaan hidupnya saat itu yang bagaikan diterjang musibah tanpa henti membuatnya menepis jauh-jauh sebuah musibah perjodohan baginya. Namun setelah dijalani dan malah sampai ditahap ini, ia merasa bersyukur untunglah keadaan membawa mereka sampai di saat ini.

So, is it a life disaster?

No!

Ini adalah kebahagiaan untuknya. Ia yakini itu. Untunglah Tuhan berbaik hati menciptakan manusia kompleks seperti Tirtan untuk jadi suaminya. Bila mungkin ia menikah dengan orang lain, sepertinya itu memang bakalan benar-benar jadi life disaster baginya.

Hari-hari mereka selalu dipenuhi dengan warna dan tingkah konyol keduanya. Jangan bilang kisah mereka happily ever after, karena tidak jarang mereka masih suka bertengkar layaknya anak kecil. Namun justru pertengkaran itulah yang menambah manisnya hidup mereka. Karena tanpa pertengkaran yang bermakna, kebahagiaan hidup itu akan terlewati begitu saja tanpa sempat ternikmati dan tersyukuri.

END

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Inilah akhir kisah mereka.

Ketidaksempurnaan itu pasti terasa jelas, namun setidaknya saya telah berusaha untuk kalian. :)

Untuk yang bertanya tentang anak mereka, saya memang mengakhiri kisah mereka disini. Tidak semua cerita harus dikisahkan hingga beranak pinak. Hehehe.

Ya sudah, akhirnya cerita ini tamat untuk kedua kalinya di wattpad. Mungkin nanti saya akan menghapus cerita ini lagi. Bukan karena mau naik cetak tapi lebih karena malu akan cerita buatanku yang aneh ini.
Padahal 4 tahun lalu, cerita ini fine-fine saja dimataku.  Namun kini, rasanya alay yang kebangetan. Hahaha.

Waktu dan pengalaman ternyata benar dapat merubah cara pandang seseorang.  Hehhehe.

Oke, sepertinya terlalu banyak cuap-cuapku disini. Bila kalian mau kasih kesan,  saran atau kritik,  jangan segan-segan langsung komen saja.

Bye.

It's a Life Disaster!Where stories live. Discover now