11. Halang Rintang

24.5K 870 30
                                    

Saya mau ucapkan terimakasih pada kalian semua yang sudah membaca, memberi komen, maupun vote. Ada kebahagiaan tersendiri membaca komen kalian, walaupun tetap tak sempat kubalas semua...

Tak usah bertele-tele lagi, selamat membaca. :D

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Resepsi diadakan malam hari setelah ijab kabul dilakukan pada siang harinya. Saat ini Lana tidak dapat berpikir apa-apa, merasa lelah atas senyum yang terus ditebarkannya didepan tamu resepsi yang diadakan lumayan besar-besaran tersebut disebuah hotel berbintang. Disampingnya, Tirtan juga merasakan hal yang sama dirasakan Lana saat ini, capek dan jenuh menunggu akhir dari resepsi.

Lana merasa dilema akan perasaannya. Bahagia karena pernikahannya dan tersiksa karena tahu perasaan Tirtan yang sesungguhnya. Terombang-ambing oleh kepastian yang tak menentu tentang bagaimana ia harus bersikap dalam menjalani pernikahannya. Diliriknya Tirtan yang berdiri disampingnya, tampak tersenyum kepada para tamu undangan, namun Lana dapat melihat pandangan mata Tirtan yang lelah.

Selepas resepsi, Lana dan Tirtan langsung bertolak kearah rumah Tirtan yang saat ini juga menjadi rumah Lana. Mereka hanya terdiam selama perjalanan tersebut. Menyusul dibelakang mobil pengantin yang identik dengan hiasan bunga dan pita-pita yang saling menyilang, mobil sedan silver yang berisi para tetua tampak mengekor. Malam ini mereka semua akan menginap di rumah Tirtan.

Memasuki ambang rumah dengan dikawal oleh Tirtan, Lana berjalan perlahan. Terdengar bisikan
Tirtan ditelinganya.

"Welcome home..."

Lana berbalik menghadap Tirtan, mengangkat sebelah alisnya mempertanyakan maksud ucapan Tirtan yang disusul kemudian oleh deheman para orangtua yang berdiri dibelakang mereka. Lana seketika menyunggingkan senyum memesona dan balas berucap tak kalah mesra.

"I'm home..."

Ujar Lana sembari melingkarkan kedua lengannya dipinggang Tirtan dan disambut hangat oleh Tirtan. Lana menengadah tersenyum menatap wajah Tirtan yang kemudian memutuskan menunduk dan mengecup dahi Lana.

***

Lana terbangun dan menyandarkan badannya dikepala tempat tidur sekitar pukul tiga dinihari, merasa asing dengan pemandangan penuh hiasan kamar pengantin yang sedang dihuninya dan tersadar akan status barunya sebagai seorang istri. Diliriknya Tirtan yang lelap tertidur telentang disebelahnya, merasa sayang sekaligus sedih melihat wajah damai Tirtan dalam tidurnya.

Milikku... kata yang menelusup kedalam hati Lana.

Dengan perasaan lebih melankolis daripada saat ia mulai tertidur tadi Lana kembali berbaring disisi menghadap Tirtan, berpuas diri dengan menatap wajah Tirtan dari samping.

Milikku...

Dengan perasaan ngilu memaksa memejamkan mata dan setetes airmata jatuh mengalir menyamping hingga ke bantal.

***

Lana terbangun karena kepanasan. Dapat dirasakan keringatnya menitik di sekujur tubuhnya. Ingin digeliatkan tubuhnya namun terhalang oleh tangan-tangan yang memeluknya erat. Seketika Lana tersadar dengan keadaan sekitar. Ditatapnya Tirtan yang masih tidur nyenyak. Gerakannya perlahan, tak ingin membangunkan Tirtan dan manghadapi situasi canggung diantara mereka. Lana segera menuju kamar mandi dan membersihkan diri secepat mungkin.

Jam menunjukkan pukul sembilan pagi dan dapat dirasakannya hangat suhu matahari yang merembes masuk dari jendela yang dibukanya lebar. Dilihatnya Tirtan yang masih tertidur lelap dan memutuskan untuk membiarkannya saja.

It's a Life Disaster!Where stories live. Discover now