Bab 14 : Adikasa

6.8K 810 78
                                    


"Kau boleh acuhkan diriku. Tapi tak akan merubah perasaanku kepadamu"
Once - Aku Mau

--------------------

"Ini nggak salah? Adikasa Nataprawira ada di sini?" Aku melirik kesal pada Firdaus yang menepuk pundakku cukup kencang. "Wow... Tatapan mata lo itu. Gue tahu lo kangen sama gue, bro..."

"Apaan sih, Fir." Jawabku kesal. Firdaus tampak heran memandang wajah kusutku. Namun tak kupedulikan dan terus menyesap minuman yang berada ditanganku. Kopi hitam kental tanpa gula minuman yang kugemari akhir-akhir ini. Ya, mungkin Firdaus merasa heran karena melihatku ada di tempat di mana aku tidak ingin berada di sini lagi. Kafe kesukaan Fahrani, dan Firdaus adalah pemiliknya.

"Gue yakin pasti ada sesuatu" ujarnya semakin sok tahu. Aku sibuk menerawang saat Firdaus duduk dihadapanku. Menungguku berbicara.

Setelah beberapa hari aku mencoba menghindari Adistia dan tidak datang menemuinya. Perasaanku semakin tidak keruan. Yang lebih menggelikan lagi adalah aku selalu terbayang senyumannya dan aku merindukannya. Maka disinilah aku berada, tempat aku dan Fahrani pernah menghabiskan waktu bersama. Aku ingin memantapkan hatiku, apakah aku masih memikirkan Adistia atau tidak di sini.

Dan kenyataannya....

Aku tahu perasaan apa yang aku rasakan, tapi aku bingung haruskah aku mengikutinya atau membiarkannya berlalu. Apalagi saat aku mengetahui bahwa bukan hanya aku yang bergantung akan akhir dari rasa itu. Ada putriku yang juga membutuhkan kehadirannya. Tapi laki-laki itu? Mengapa dia bisa begitu dekat dengan Adistia? Memikirkan semua itu rasanya aku ingin marah!

Apa mungkin Adistia hanya mempermainkan perasaan putriku saja?Oke, aku tahu, seharusnya aku yang bertindak lebih jauh jika ingin Adistia ada disisiku. Namun benarkah ini semua yang aku inginkan?

"Lo itu sekalinya dateng nengokin gue malah kayak mayat hidup gitu,"

"Menurut kamu kalau saya jatuh cinta lagi, itu salah apa nggak?" Tanyaku begitu saja.

"Apa?!" Aku memandang Firdaus yang terbelalak. "Ya nggak salah dong, Di. Lo berhak hidup bahagia. Apalagi ada anak lo." Ucap Firdaus seraya menepuk bahuku.

"Tapi saya ngerasa nggak bener aja, Fir. Baru setahun Fahrani meninggal. Saya sudah jatuh cinta."

"Bro... Cinta itu datengnya bisa kapan aja. Waktunya itu tepat apa nggak, nggak ada yang bisa ngelak."

Aku menghela napas. Ya.. aku tidak bisa mengelak kalau aku jatuh cinta pada Adistia. Dia cantik, baik, yang paling kusukai adalah saat matanya menatapku dan senyuman berlesung pipi miliknya. Dan yang terpenting adalah dia satu-satunya wanita yang tulus menyayangi putriku.

"Siapa perempuan yang berhasil ngalihin rasa cinta lo dari Fahrani?"

"Namanya Adistia, dia anaknya tante Andina. Kamu tahu kan, yang punya Caramell Cafe."

"Adeknya Liana?"

"Iya,"

"Wah pasti cantik banget si doi. Liana aja cantik banget gitu." seru Firdaus, wajahnya terlihat sumringah. Berbeda denganku yang terasa sesak mengingat wajah cantik Adistia.

"Kok lo bisa kenal? Bukannya doi kuliah di Jogja, ya kalo nggak salah."

"Dia udah tinggal di sini lagi. Renggani dekat sekali dengannya,"

Jangan Takut MenikahikuWhere stories live. Discover now