Bab 17 : Adikasa

8.2K 756 65
                                    

"Aku tak bisa luluhkan hatimu.
Dan aku tak bisa menyentuh cintamu."
Padi - Menanti Sebuah Jawaban


-------------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-------------

Bodoh... Bodoh... Apa yang kamu lakukan, Adikasa? Lihatlah wajah ketakutan Adistia, dan itu karena kamu tidak bisa menahan emosi.

Siapa dirimu yang berani-beraninya memperlakukan Adistia seperti itu?

"Adistia... Maaf, maaf... aku mohon. Aku tidak bermaksud membuatmu kebingungan." aku melepas cengkraman tanganku pada kedua lengan Adistia.

Kamu sukses membuat Adistia menjauhimu, Adikasa!

"Kamu kenapa seperti ini, Mas?" Adistia meringis pelan saat mengusap lengannya yang memerah.

Mengacak rambutku frustasi, kuraih tangan Adistia dan membawanya ke halaman belakang rumah. Kami butuh bicara banyak dan tempat lebih privasi.

"Maaf, Adistia... Aku, aku tidak bermaksud berbicara seperti itu." Ucapku gugup, ada rasa sesal dan kecewa yang membuat jantungku ingin meledak.

Adistia duduk di kursi taman seraya memperhatikanku yang berdiri tak jauh darinya. Sesekali dia menghela napas gusar. Ya, aku yakin dia sangat terkejut. Aku yang mengatakannya saja sangat bingung. Apalagi dia, tanpa ada embel-embel yang jelas tahu-tahu dilamar olehku.

Dilamar?!

Astaga, Adikasa!

"Aku mohon maaf dan lupakan apa yang telah aku katakan tadi." aku memejamkan mata. Dadaku sesak sekali karena jauh di dalam hatiku sesungguhnya ingin Adistia menerima lamaran ini. Menikah denganku.

Kami saling terdiam. Adistia seperti memikirkan sesuatu. Dengan perlahan aku berjalan menjauh darinya, menjaga jarak dari sosok cantik yang memandangku dengan tatapan kosong. Aku semakin frustasi. Mengapa aku bisa begitu gegabah dan kekanakan seperti ini? Cinta itu ada dalam hatiku, dan aku tidak memungkiri itu. Hanya saja, perlakukanku tadi pastinya sudah membuat Adistia berpikir yang tidak-tidak tentangku. Kami tidak menjalin hubungan namun dengan lancangnya rasa cemburu ini hadir.

"Apa yang kamu pikir tentang aku, Mas?" Suara serak Adistia terdengar. Mengapa suaranya seperti itu? Dan pertanyaannya, mengapa dia menanyakan hal itu padaku?

"Apa maksud kamu, Adistia?"

"Mas, sebenarnya ada beberapa hal yang mau aku tanyain ke kamu." Aku memutar tubuh untuk melihat wajah Adistia. Dia terlihat kacau. "Kenapa Mas akhir-akhir ini panggil aku "dek"?"

Jangan Takut MenikahikuWhere stories live. Discover now