11.1 Wedding Invitation

101K 13.1K 560
                                    

Danial A.: Kamu besok pagi sibuk nggak?

Ini pesan pertama yang muncul setelah beberapa hari yang lalu Danial berteman denganku di Line. Nggak ada halo atau hai gitu? Danial kadang terlampau sopan, ya?

Olivia C. Annisa : Ada apa ya, Pak?
Danial A. : Bisa temani saya?
Olivia C. Annisa : Temani?
Danial A. : Iya. Ke hotel Shangri-La, acara pernikahan, jam 10.

Eh? Apa maksudnya ini? Diajak ke acara pernikahan? Aku belum pernah datang ke resepsi pernikahan orang selain sama Ibu atau Tante Oka. Sebelum memberikan jawaban, ponselku berdenting lagi.

Danial A. : Mau ya?

Nadanya seperti Danial sedang memaksaku nih. Pertanyaan itu lantas membuatku sedikit merasa .... aneh. Keanehan Danial semakin menjadi-jadi belakangan ini. 

Misalnya, Danial beberapa kali dengan sukarela memberi bimbingan di luar jam KBM sambil nongkrong di kafe yang ada di ground floor apartemenku. Nggak biasanya Danial mau memberikan bimbingan di luar kampus, atau kalau memang terpaksa, Danial akan memilih kafe-kafe yang tidak jauh dari kampus.

Olivia C. Annisa: Ok. Ketemuan di lobby Shangri-La ya.
Danial A. : Saya jemput saja. Sama Kayla juga.

Oh... aku mengerti sekarang!

Olivia C. Annisa : Hmm ngajak saya ternyata buat jagain Kayla ya, Pak?
Olivia C. Annisa : Gapapa kok Kayla di apartemen saya aja kalau gitu
Olivia C. Annisa : Biar Bapak leluasa di kondangan
Danial A. : Bukan gitu. Saya juga memang mau ngajak kamu. Besok saya jemput.

Aku menghela napas, demi kelancar-jayaan skripsiku kedepannya, aku menjawab "oke". Kemudian aku kembali berkutat dengan Bryan, muridku yang sedang ada di apartemenku untuk les privat. Sedang asyik menjelaskan bab makroekonomi, aku mendapat pesan susulan dari Danial.

Danial A. : Jangan dandan menor-menor ya.

&&&

Begitu membuka pintu apartemen, aku melihat Danial dan Kayla sudah siap dengan pakaian formal mereka. Kayla terlihat cantik dengan rambutnya yang dikuncir buntut kuda, sangat rapi. Pasti kerjaannya Danial, siapa lagi?

Danial menatapku dari atas sampai bawah, kemudian ekspresinya berubah masam. Aku sudah dandan rapi begini, tapi Danial malah memberiku wajah kecut? Apa yang salah coba? 

Rambut hitamku kubiarkan tergerai, tak perlu pakai hairspray karena rambutku pada dasarnya cukup rapi dengan sendirinya. Supaya lebih menarik, bagian bawah rambutku sedikit aku curly menggunakan catok. Tak lupa aku merapikan poniku yang sedikit memanjang, aku kaitkan ke telinga kananku.

Dandananku juga nggak menor, sesuai permintaan Danial. Cuma sedikit memoleskan blush on warna peach, dan karena ini acara formal, aku otomatis mempercantik mataku dengan eyeliner serta maskara. Semua aku usahakan nggak lebay, alis pun nggak aku timpa dengan apa pun—karena sudah lumayan tebal.

"Kenapa, Pak?"

"Kamu.... Nggak ada baju lain yang lebih sederhana? Kalau bisa sih nggak perlu pakai make up ribet kayak gitu," ucapnya dengan jeda singkat. "Saya rasa cukup pakai bedak dan lipstik natural saja. Kamu nggak risih memang kalau nanti dilihat banyak orang?" tanyanya.

Baju yang lebih sederhana? Memangnya kita mau ke pasar wage? Ngaco nih orang! 

Dress yang aku kenakan rasanya nggak berlebihan untuk dipakai ke acara resmi seperti resepsi pernikahan, terhitung sopan dan elegan. Mungkin justru aneh kalau dunia fashion sampai nggak memuji pilihanku yang jatuh ke Coach seri Bib Tiered Dress untuk menghadiri resepsi pernikahan di hotel sekelas Shangri-La.

"Kondangan lho, Pak! Kondangan!" sahutku jadi sewot. Nggak sekalian aja nyuruh saya pakai daster, Pak?

Danial mendengus. Sejurus kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku. Uh, lagi-lagi.... aku jadi salah tingkah. Tiba-tiba, tangan Danial meraih daguku. Ya Tuhan! Dia mau ngapain?! Belum sempat aku menjauhkan wajahku darinya, sejurus kemudan jempol Danial menghapus lipstik di bibirku.

"Nggak cocok."

"Yaaah! Ini kan udah pas banget sama tema gaya saya kali ini," kataku kesal. Aku mengeluarkan lipstikku dari clutch segera setelah aku memastikan pintu apartemenku terkunci. Kemudian aku mendengar Kayla merengek di gendongan Danial, "Mau mau!" pintanya.

Dengan senang hati, aku memoleskan lipstik ke bibir Kayla. Awalnya Danial mencegahnya, "Jangan. Kayla masih kecil."

"Sedikit aja, Pak," kataku.

Danial pun akhirnya membolehkan, sehingga aku dan Kayla tertawa senang. "Kayla lucu ih pakai lipstik! Makin gemas! Cantik banget!" kataku sambil mencubit pelan kedua pipi Kayla.

"Cantik kan, Pa? Kayak Kak Yaya," tanya Kayla pada Danial.

"Cantikan anak Papa dong," jawab Danial sambil mencium pipi Kayla dengan gemas.

&&&


Ada yang penasaran sama wajah Danial? 

Lihat aja Kaylanya yaa, maklum Danial kan turunan campuran gitu dari leluhurnya, jadi Kaylanya cantik deh ehehehe. Kalo Danialnya sendiri? Ya bayangin aja anaknya cantik gini, Danialnya kayak apa?

 Kalo Danialnya sendiri? Ya bayangin aja anaknya cantik gini, Danialnya kayak apa?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Btw, ini sekilas spoiler *buat yang udah tau, mohon jangan leave komentar 

Btw, ini sekilas spoiler *buat yang udah tau, mohon jangan leave komentar 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ACC, Pak! [Tersedia di Gramedia]Where stories live. Discover now