12. First War

108K 12.9K 696
                                    

Welcome, Saturday! Udah pada nebak sweaternya Yaya belum? Yang mau peluk-peluk, sabar yaa. 

Oh iya, buat yang nanya (dan yang punya nawaitu nanya) apakah ACC, Pak! yang di Wattpad bakal sama kayak di novel... Jawabannya adalah : nggak hehe. Di Wattpad masih banyak typo karena versi ini masih revisian dari aku, belum ada tambahan dan koreksi dari kakak editornya xD Ada beberapa hal yang juga dikoreksi, tapi karena ini versi Wattpad, jadi akan kubiarkan begini, mohon dimaklumi yah. 

Happy reading! 


&&&


Aku mendapati sosok yang tidak asing bagiku. Tante Wanda. Ia adalah sahabat karib Ibu. Sudah lama aku tidak bertemu Tante Wanda karena beliau terlalu sibuk bekerja di kantor pemerintahan pusat.

"Pak, saya ke sana dulu ya," pamitku.

"Ke mana?" tanya Danial sambil menyipitkan matanya.

"Ke sana," tunjukku. "Ada temannya ibu saya, Pak, jadi saya mau nyapa dulu."

Tanpa menunggu persetujuan Danial, aku pun beranjak dari dudukku. Bergegas aku menghampiri Tante Wanda.

"Tante!" sapaku. Tante Wanda kebetulan menoleh ke arahku dan ia menatapku kaget. "Waah, ini Yaya? Bener Yaya, kan? Ya ampun, apa kabar kamu?"

"Baik banget, Tante. Lama nggak ketemu, Tante sibuk banget pasti, ya?"

"Iya nih, Ya. Mampir dong ke kantor Tante," ujar Tante Wanda masih sambil merangkulku. "Ke sini sama siapa? Ibu? Dia di Jakarta? Atau kamu kenal sama Uwi dan Dean?" tanya Tante Wanda sambil menyebutkan nama kedua mempelai.

"Enggak, Tan. Yaya ke sini sama teman,"

"Teman apa teman?" goda Tante Wanda. Sebelum aku sempat menyahut, Tante Wanda melambaikan tangannya pada seseorang yang tidak lain adalah Ares, anaknya. Aku membelalakkan mataku melihat pria jangkung yang kini berjalan menghampiri aku dan Tante Wanda.

"Yaya?" tanyanya yang kemudian tersenyum dan memberiku pelukan singkat, "Long time no see!"

"Hai, Mas Ares! Apa kabar?" tanyaku antusias.

"Baik banget. Senang bisa ketemu kamu lagi," ujar Mas Ares. "Kamu sendiri apa kabar?"

"Baik," jawabku sambil berusaha melempar senyum semanis mungkin. "Kapan pulang dari Australia, Mas?"

"Belum lama kok, baru sebulanan di sini,"

Aku manggut-manggut, "Oh. Di Indonesia liburan atau kerja?"

"Kerja, di Hyde-Inn, kebetulan dapet offering jadi associate lawyer,"

"HI? Keren dong, Mas!" pujiku.

"Ah, biasa aja kok," ujar Ares merendah.

Mataku berbinar-binar saat Ares bercerita singkat seputar tempat kerjanya yang menempati urutan 5 besar dalam perusahaan paling bonafit di Asia Tenggara versi HR Asia. Aku benar-benar takjub. Dulu, aku pernah suka sama Ares, karena dia ganteng. Sampai sekarang, kegantengannya masih bertahan. Obrolanku dengan Ares tidak berlangsung lama karena Danial mengejutkanku dengan kehadirannya.

"Siapa, Ya?" tanya Tante Wanda. Belum sempat aku menjawab, Danial segera mengambil alih perhatian mereka.

"Danial," lelaki itu mengulurkan tangan kepada Tante Wanda dan Ares. Tante Wanda menyambut uluran tangan Danial, "Wanda. Teman ibunya Yaya,"

ACC, Pak! [Tersedia di Gramedia]Where stories live. Discover now