[2] The Talk

12.7K 701 38
                                    

Minggu, 27 November
9.16 WIB
Ruang Makan

Aku, Mama dan Papa baru saja selesai sarapan.

Dan dalam sejarah hidupku, sarapan tadi adalah yang terpanjang. Aku bahkan tak mampu menyimak lagi apa saja yang Papa katakan sejak dia mulai membahas tentang brand image bagi Laksamana Group. Aku seperti baru saja mendapatkan 3 jam kuliah tambahan. Aku bahkan sudah tidak ingat kapan terakhir aku belajar tentang tetekbengek bisnis! Kemana semua buku-buku kuliahku dulu? Sepertinya aku perlu belajar ulang untuk memahami semua yang tadi Papa bicarakan.

LORD, HELP ME!

Aku tidak diciptakan untuk menjadi seorang penerus pempimpin perusahaan! Seharusnya Papa dan Mama bikin satu anak laki-laki untuk menjadi penerus perusahaan. Aku kan perempuan! Seharusnya hidupku bisa seperti Mama saja. Menjadi perempuan yang jatuh cinta di usia muda, menikah dengan laki-laki yang selalu memujanya, mengurus rumah tangga, membesarkan anak dan menikmati hidup!!

Dan sepertinya Mama punya ilmu gaib. Karena saat semua pikiranku itu muncul Mama tiba-tiba bertanya, "Kenapa kamu nggak nikah aja, Moi?"

"HAH?" Aku shock mendengar pertanyaan Mama.

"Mama rasa pemikiran kamu, dan keinginan Papa tentang CEO untuk Laksamana Group akan mendapatkan win-win solutions kalau kamu menikah dengan laki-laki yang bisa menjadi pemimpin perusahaan Papa," ucap Mama.

Apa aku sudah gila? Papa baru menguliahi dengan rentetan berita terkini tentang bisnisnya dan Mama tiba-tiba saja membahas tentang pernikahan.

"Moi, sudah punya calon suami? Kenapa Papa nggak pernah dengar?" tanya Papa teralihkan dari presentasi bisnisnya.

"Apa sih, Papa!" protesku. "Aku aja nggak punya pacar, gimana mau punya calon suami."

"Ya, kalau gitu Moi harus mau belajar untuk menggantikan Papa."

"Ih, Mama. Sejak kapan sih Mama jadi keracunan sama ide gilanya Papa soal aku jadi CEO? Kalau Laksamana Group bangkrut gara-gara keputusanku yang absurd gimana?" tantangku.

"Laksamana Group tidak akan tumbang hanya karena satu-dua kesalahan, Moi. Perusahaan kita sudah cukup kuat. Lagi pula akan ada orang-orang di belakang kamu yang mengingatkan agar kamu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan data yang telah miliki. Laksamana Group juga bisa membayar konsultan jika memang diperlukan." Papa mulai kembali membicarakan bisnis.

"Tapi, Pa, gimana kalau aku salah mengambil keputusan dan Laksamana Group mengalami kerugian besar?" tanyaku.

"Sudah, kamu tenang saja. Ada Ben yang akan membantu kamu dalam proses transisi kepemimpinan ini," tegas Papa.

"Ben? Siapa Ben?"

"Ben itu CFO Laksamana Group. Kemaren padahal dia ke sini, tapi kamu nggak turun, jadi Papa baru bisa kenalin dia ke kamu besok."

"You gonna like him. He is a very good guy," ucap Mama.

"Me? Like him?" Aku mengerutkan kening dengan curiga. "Papa sama Mama nggak lagi berusaha jodoh-jodohin aku sama laki-laki tua yang nggak aku kenal itu kan?"

Papa terbahak.

Apa yang lucu? Coba kasih tahu aku apa yang lucu dari pertanyaan itu? I am deadly serious! Aku nggak mau jadi Siti Nurbaya!! Pokoknya ogah!

Sumpah aku pikir tadi Papa bakalan ngompol karena ketawa nggak berhenti-berhenti. Eh, si Mama bukannya menjelaskan malah ikutan ngetawain aku. Aneh banget deh!

Setelah puas tertawa Papa meletakan serbet di atas meja dan menepuk-nepuk pundakku, "Kamu tenang aja."

Dih! Gimana aku bisa tenang kalo mereka mencurigakan begitu?!

CEO in TrainingWhere stories live. Discover now