[11] Brilliant Idea

6.5K 405 19
                                    

Selasa, 6 Desember
8.42 WIB
Mobil Papa

Lord, I'm shaking.

Ini seperti sebuah pertanda. Meeting hari ini akan jadi sukses besar atau kegagalan besar, karena aku tidak pernah merasa seperti ini tanpa menemui kesuksesan atau kegagalan besar setelahnya. My hunch must be right. Dan, karena itu aku benar-benar tegang.

Oh ya, sepertinya di minggu ini aku akan dapet supir baru deh. Ada saudaranya Pak Hendra yang katanya udah di wawancara sama Papa untuk jadi supir pribadiku. Aku sih nggak mau rewel ngasih syarat ini itu, kalau Papa oke berarti aku juga oke.

Tadi Pak Hendra bilang, "Dia suaminya ponakan saya, Non. Anaknya baik kok, mudah-mudahan Non Moi cocok."

"Aku sih gimana Papa aja, Pak. Kalau Papa bilang oke, ya aku juga oke," sahutku.

"Iya, kata Pak Raid nanti mau di tes dulu nyetirin Bapak, kalau nyetirnya enak ya jadi kerja."

"Mudah-mudahan ya, Pak. Repot juga kan kalau Pak Hendra sendirian."

"Saya sih nggak repot, Non. Cuma kasihan Ibu kalau lagi perlu, Non," ucap Pak Hendra.

"Iya, Pak," sahutku. "Ngomong-ngomong, Bapak kan udah lama ikut sama Papa. Bapak tahu Ben, kan? Ben orangnya gimana sih, Pak?"

"Oh, Pak Ben orangnya mah baik, Non. Saya lumayan sering juga disuruh nganter Pak Ben kalau lagi ada urusan sama Pak Raid. Non sama Pak Ben pacaran, ya?"

"Dih, si Bapak. Saya kan cuma nanyain dia kenapa malah dibilang pacaran?"

"Seminggu ini kan Pak Ben sering banget ke rumah, kemarin malah nyamperin Non ke salon. Saya kirain Non pacaran sama Pak Ben," godanya.

"Ah, Bapak, nih."

Masa aku jadi malu gara-gara Pah Hendra bilang aku dan Ben pacaran. DIH! Aneh lu, Moi! Bodo amat, ah. Udahan dulu ya, udah sampe nih di kantor.

Bye.

---

---

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

---

(masih) Selasa, 6 Desember
9.12 WIB
Ruang Kerja CEO

Aku lagi berusaha menenangkan syaraf otakku dan degup jantungku yang semakin nggak beraturan dengan susu panas buatan Sita. Tadi Sita juga sempet nanyain apa dia perlu siapkan makan siang untuk tim marketing yang akan meeting, tapi aku bingung jadi aku terpaksa tanya sama si Triana, karena Ben belum datang.

"Triana, kalau meeting sampai jam makan siang biasanya Bapak siapkan makanan nggak?" tanyaku setelah Triana mengangkat sambungan teleponnya.

"Biasanya disiapkan, Bu. Ibu bisa minta tolong OB untuk belikan, mungkin juga perlu siapkan camilan," jawabnya sopan.

"Oh, oke. Makasih ya." Kemudian aku menutup telepon.

Saat aku mengangkat kepalaku, Sita sedang menunjukan cengiran lebar ke arahku, "Udah baekan nih ye."

CEO in TrainingWhere stories live. Discover now