[6] Make Friends

7.6K 432 24
                                    

Kamis, 1 Desember
7.12 WIB
Mobil Papa

Hari ini kondisi Mama sepertinya sedang buruk. Ia tidak keluar kamar untuk sarapan bersama aku dan Papa. Tadi aku berpamitan ke dalam kamarnya dan Mama hanya berbaring dengan wajah pucat menahan sakit.

"Moi berangkat kerja dulu ya, Ma," pamitku sambil mencium kening Mama.

Mama tidak membuka matanya, hanya mengeluarkan gumaman tak jelas. Aku bener-bener nggak tega ngeliat Mama kesakitan. Papa bilang kita hanya bisa memberikan support semaksimal mungkin, karena keputusan untuk menjalankan pengobatan harus datang dari Mama sendiri. Semoga saja Mama akhirnya mau dioperasi.

Dokter sudah menjelaskan bahwa kemungkinan kesembuhan Mama bisa lebih besar jika dia mau dioperasi untuk angkat rahim. Tapi sampai sekarang Mama masih terlalu takut untuk menyetujui prosedur itu. Jadi sementara ini Mama hanya minum obat dan melakukan kunjungan rutin ke rumah sakit untuk sesi kemoterapi. Kadang aku heran, Mama kan dulu dokter, tapi kenapa dia enggan dioperasi, padahal dia tahu hal itu perlu dilakukan.

Aku cuma bisa berdoa semoga akhirnya Mama bisa dibujuk untuk operasi. Aku rindu pada Mama yang dulu ceria dan selalu memanjakanku.

Udah ah, aku jadi sedih kalo bahas Mama.

Bye.

---

---

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

---

(masih) Kamis, 1 Desember
8.32 WIB
Ruang Kerja CEO

AKU PUNYA TEMEN! Horeee...

Jadi seperti kemarin, aku dateng ke kantor lebih cepat dan langsung menuju ke pantri untuk bikin susu coklat.

Di sana, di dalam pantri sedang duduk dua orang cewek yang lagi mengobrol. Si resepsionis kantor yang cantik dan Sita, OB kantor yang ngomongnya pake logat Betawi.

Mereka langsung berdiri dari duduknya saat melihat aku datang. "Loh kok, berdiri? Santai aja. Aku cuma mau bikin susu, kok."

Mendengar ucapanku mereka langsung kembali duduk dan diam dengan canggung. Aku dengan santai membuka lemari kantor dan mengeluarkan satu sachet susu coklat, memasukan serbuk susu ke dalam shaker, memasukan air panas, mengocoknya, dan menuangkan ke dalam gelas. Susu coklatku yang sempurna dengan uap panas yang mengepul begitu menggoda.

"Kok susunye di kocok sih, Bu?" tanya Sita.

"Hush!" desis Si Resepsionis menegur Sita.

Aku tersenyum dan ikut duduk di kursi yang kosong. "Aku kalau bikin susu emang kayak gitu, dikocok, bukan diaduk. Rasanya jadi lebih enak, lebih rich, dan berbuih."

"Oh gitu ya. Besok-besok saya aje yang bikinin, Bu. Ibu tinggal telepon aje kemari," tawar Sita.

"Beneran nggak apa-apa?" tanyaku.

CEO in TrainingWhere stories live. Discover now