3 Senyumnya

4.8K 144 11
                                    

Author Pov

Dan merasakan sesuatu yang janggal saat dia bersalaman dengan Tiva (janggal bukan karena mistis ya, kalau mistis belum bagiannya). Mata Tiva ternyata sudah menghipnotisnya, membuat dia terdiam beberapa saat dalam perkenalan itu. Tatapan mata Tiva sangat menyejukkan hatinya. Senyumannya pun membuat Dan tidak dapat berkata-kata lagi setelah memperkenalkan namanya. Dia masih kesal dengan Nuri karena kemarin Nuri menggangunya saat dia kenalan dengan Tiva.

"Bang, lo masih marah sama gue nih? Udahan sih, bang!" rayu Nuri pada Dan.

"Bodo amat, kesel gue sama lo. Ga bisa liat orang seneng dikit aja." ujar Dan sambil berlalu dan menghampiri Tiva. "Eh Tiva, Tiva mau makan siang dimana?" tanya Dan dengan manisnya.

"Eh kak Dan. Tiva bawa bekel, kak. Tadi kakak bawain." ujar Tiva ramah dan dengan senyuman manisnya.

"Argh.... ini jantung kenapa makin kenceng sih detaknya pas liat dia senyum?" batin Dan. "Oo ya udah deh kalau gitu." Dan tampak kecewa lalu melangkah pergi meninggalkan Tiva.

"Kamu ga boleh ikut bang Dan ya, Tiva." ujar Evin tiba-tiba yang baru kembali dari toilet.

"Maksud lo apa, Vin?" Dan terpancing emosinya karena ucapan Evin.

"Ya gue ga ngijinin anak buah gue bergaul sama lo, kak! Nanti dia jadi lesbian, kayak lo!" ujar Evin sarkasme.

Dan mengangkat jarinya hendak menunjuk ke wajah Evin dan ingin memakinya, tapi tiba-tiba Tiva mengambil tangan Dan lalu menariknya pergi menjauh dari Evin.

"Temenin Tiva makan di luar, kak! Please!" pinta Tiva pada Dan. "Kakak yang traktir ya."

Dan seperti terhipnotis akan ucapan Tiva, dia mengangguk dan tersenyum pada Tiva tanda setuju. Tiva masih menggenggam tangan Dan karena dia khawatir Dan akan memaki Evin.

"Bilangin bos lo ye, bang. Gue ga suka kalo bos lo deketin anak buah gue. Gue jijik sama dia. Gue ga mau anak buah gue ketularan lesbian gara-gara dia! Gue bakal bikin tembok tinggi buat mereka agar kalian berdua, terutama bos lo, ga deketin kita!" ujar Evin emosi yang didengar dua anak buahnya dan teman yang lain.

"Ih anjrit ya ni cewek, kalo ngomong ga diayak. Mulut lo ga pernah makan bangku sekolahan ya? Eh cewek sok cantik, sok iye! Dengerin gue ya, gue aja ga nafsu liat lo telanjang. Apa lagi bos gue!" maki Nuri pada Evin. Dan itu membuat seisi ruangan kaget.

"Eh, pe'a! Kasar banget sih mulut lo sama cewek? Gue ga pernah ngajarin lo kasar sama cewek. Cewek itu disayang, dicintai. Bukan dikasarin gitu." ujar Dan yang tiba-tiba muncul entah dari mana sambil menampar kepala belakang Nuri. "Buruan ikut gue kalo lo mau ikut makan bareng."

"Anjrit, sakit, bang. Iye gue ikut." ujar Nuri pada Dan. "Tungguin di bawah ya!" teriaknya pada Dan. "Noh lo denger sendiri ye, dia udah lo sakitin, tapi masih ngebelain lo!" ujar Nuri sarkasme sambil memandang Evin lalu merapihkan barang-barang di mejanya.

Seisi ruangan tersenyum melihat tingkah Dan serta Nuri lalu memberi tepuk tangan pada mereka berdua. Mereka setuju dengan sikap Dan.

Di lift

"Kak, bener apa yang dibilang sama kak Evin tadi?" tanya Tiva memecah keheningan di dalam lift, karena hanya mereka berdua.

"Iya bener. Evin bener." ujar Dan singkat. "Kamu takut sama kakak?"

"Kenapa harus takut, kak? Tiva ga takut. Tadi sempat kaget aja."

"Ooo."

"Tadi memang kakak mau ngajak Tiva sendiri atau kita bertiga, kak?"

Dan kaget mendengar pertanyaan Tiva. Memang niat Dan hanya mengajak Tiva seorang. "Kakak mau ngajak kalian bertiga, tapi ga jadi gara-gara nenek sihir tadi. Bocah kok ga ada sopan-sopannya sama yang lebih tua. Tiva?"

"Iya, kak?"

"Always smile for me, please! Terutama saat kakak akan marah di ruangan seperti tadi." pinta Dan pada Tiva. "Karena Evin kan bersikap seperti itu terus."

"I'll do, kak! Kalo pas ada Tiva ya." Tiva tersenyum manis.

Dan speechless karena merasakan degup jantungnya berpacu sangat cepat.

Di kantin

Tiba-tiba Nuri, Melly dan Mari datang mengagetkan Dan serta Tiva.

"Bang, kok gue ga dipesenin sih?" tanya Nuri kesal.

"Gue lagi males mesenin makanan buat lo. Pesen aja sendiri, ajak noh Melly sama Mari, gue yang bayarin." ujar Dan pada Nuri yang membuat Nuri kegirangan karena ditraktir oleh Dan.

"Kak, kok mereka manggil kakak itu abang sih?" tanya Tiva.

"Tau tuh si Nuri yang mulai. Jadi yang lain ikutan manggil abang."

"Oalah..."

"Tiva tinggal dimana?"

"Di daerah Cipete, kak."

"Naik apa ke kantor?"

"Diantar pacar, kak."

"Hooo...." Dan kecewa.

Tidak berapa lama, Nuri dan yang lain datang membawa makanan mereka masing-masing.

*****

tbc

Mau tau ga kenapa Evin bersikap seperti itu pada Dan? Next part aja ya, gaes.

Ditunggu vote dan komennya.

Btw, mau promosi lagi nih, follow dia ya zurks_saa

^_^

TIVAWhere stories live. Discover now