19 Dunia Belum Berakhir

2K 72 48
                                    

Tiva POV

Kak Dan benar suka sama gue? Gue juga berasa banget kalau kak Dan itu deg-deg an kalau dia dekat sama gue. Apa lagi semalam, deg-deg an nya kenceng banget. Gile ya, ada yang sampai segitunya deg-deg an sama gue. Gunawan gka pernah segitunya deg-deg an kalau dekat sama gue. Ini gue kenapa sih? Kok malah mikirin kak Dan. Harusnya gue itu mikirin Gunawan, kenapa dia gak pernah bisa baik sama gue, kenapa dia gak pernah bisa perhatian ke gue? Kenapa dia jadi cowok gak ada pekanya sama sekali? Kenapa harus selalu gue yang mulai? Banyak kata kenapa buat lo, Gun. Gue gak perlu romantis lo, Gun. Gue cuma perlu perhatian lo aja. 

Beberapa hari sama kak Dan benar-benar bikin gue senang, entah senang karena apa. Yang pasti, kak Dan udah bikin gue nyaman, nyaman banget. Dan gue gak pernah senyaman ini sama orang, apa lagi sama Gunawan. Tapi kak Dan itu cewek, Tiva. Lo gak boleh senyaman itu sama cewek. Ingat, kodrat perempuan itu sama laki-laki, bukan sama perempuan. Memang salah nyaman sama perempuan? Toh kak Dan juga gak pernah kasar sama gue. Ya tapi lo baru kenal beberapa bulan ini sama dia, beda dengan Gun. Lo kenal sama Gun dari kuliah dulu. Ya karena lo yang ngejar Gun, bukan Gun yang ngejar lo. Makanya dia semena-mena sama lo.

Siapa nih yang chat malam-malam? Hah, Gun?

"Kamu dimana?"

"Aku di kamar, kenapa, sayang?"

"Bisa keluar gak? Aku mau ketemu sama kamu"

"Iya bisa, sayang. Aku kangen banget kamu"

"Ya udah kalau gitu kamu turun dan keluar sekarang, aku udah di depan rumah"

Aku langsung berlari dari kamarku dan menuju keluar, tempat Gun menunggu. Aku melihat Gun duduk di atas motornya, dengan balutan jaket One Direction  pemberianku, dia tampak gagah malam ini. Ah, aku sungguh kangen Gun. Terima kasih Tuhan, Engkau sudah mendatangkannya malam ini. "Masuk, sayang." Ajak gue pada Gun.

"Emm gak usah, di sini aja. Kita putus!"

"Hah? Kamu bercanda kan, sayang?"

"Ga kok, aku gak bercanda. Kita putus."

"Kamu serius, sayang? Kamu mau kita putus?"

"Iya, aku mau kita putus."

"Salah aku apa?"

"Salah kamu? Diam-diam kamu dekat sama seseorang. Kamu selingkuh di belakang aku?"

"Aa... aku selingkuh? Aku gak pernah selingkuh, sayang."

"Kamu bilang kamu gak pernah selingkuh? Aku pernah lihat kalian berdua di mall, di counter handphone. Kamu sedang memilih handphone, kamu terlihat bahagia." ujar Gun sambil tersenyum meledek.

"Itu... itu aku lagi ditemani sama kak Dan. Waktu itu kamu gak bisa temani aku. Lagi pula, kita gak cuma berdua kok. Kita berempat. Kak Dan itu cewek, bukan cowok. Jadi gak mungkin aku selingkuh."

"Halah, gak usah ngeles kamu."

"Aku gak ngeles, sayang."

"Lah tadi buktinya, kamu gak ngaku?"

"Kamu bisa tau aku ada di sana dari mana? Hmm?"

"Ah... eh..."

"Aku tau kok kamu ada di sana, aku aja gak kasih tau kamu, aku gak mau ganggu kamu yang lagi jalan sama cewek, sambil gandengan tangan. Memang kamu kira aku gak lihat kamu jalan berdua? Seenaknya nuduh orang selingkuh. Oke, aku terima kata putus dari kamu. Tapi ingat ya, Gun. Kamu gak akan ketemu lagi perempuan seperti aku. Yang apa pun kamu minta, pasti aku penuhi. Yang kalau malam minta jemput, aku jemput. Kecuali saat kamu ingin menciumku, bahkan kamu ingin memelukku, itu yang aku tolak. Mungkin karena itu, kamu memutuskan aku. Karena aku gak mau memenuhi nafsu bejat kamu. Ya udah, kamu pulang sana. Toh kamu udah bebas dari aku, kamu bisa cari yang mau penuhi nafsu bejat kamu. Makasih ya atas kebersamaannya dulu." ujar gue pada Gun lalu menutup pintu gerbang dan kemudian masuk ke dalam rumah.

Gue langsung berlari menaiki tangga menuju kamar mandi, menyalakan shower tanpa melepas pakaian. Gue menangis di bawah guyuran air dingin malam ini. Seperti ada yang hilang, namun ada kelegaan di hati gue. Gun.

*****

"Pagi, kak." sapa gue ke kak Dan.

"Pagi juga, Tiva. Muka kusut amat? Lupa nyetrika ya?"

"Hah? Emangnya Tiva baju apa? Dibilang kusut sama harus disetrika?" jawab gue sewot.

"Nanti manisnya hilang kalau cemberut gitu." sahut kak Dan lagi.

Sepertinya pipi gue merah dengar kak Dan muji gue. "Jangan gombal ah, kak. Gak lucu tau."

"Dih siapa yang gombal? Kakak mah gak gombal, Tiva."

Gue hanya bisa tersenyum mendengar apa yang kak Dan bicarakan.

"Nah gitu dong. Alhamdulillah."

"Gitu kenapa, kak?" tanya gue bingung.

"Semalam gak tidur? Hmm? Kenapa Gun?" tanya kak Dan tiba-tiba.

"Tiva putus sama Gun, kak."

"Dia selingkuh ya? Sama cewek yang dia gandeng waktu itu."

"Kok kakak tau? Kan waktu itu kakak pas gak dekat Tiva."

"Kakak lihat mereka kok. Kebaca juga sama gelagat dia. Kebaca juga pas kakak lihat photo terakhir dia plus cerita dari Tiva sebelumnya."

"Ah Tiva lupa, kakak bisa baca."

"Ya iyalah kakak bisa baca, kalau kakak gak bisa baca, kakak gak akan mungkin bisa kerja."

"Cubit mau, kak?"

Kak Dan nyengir, "He... Gak mau."

*****

tbc

Hai, gaes...

Maaf nunggu lama pake banget. Moodnya baru muncul nih buat nulis. Nyolong dikit di kantor, mumpung big boss lagi jalan-jalan. Makasih banyak yang sudah mau menunggu.

Jangan bosan menunggu ya. Sekali lagi makasih banyak.

^_^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang