16 Kurang Peka (2)

2K 85 19
                                    

Tiva POV

"Kak, Tiva dekat tembok aja ya. Kakak yang dipinggir."

"Tiva ga di...." kak Dan sengaja menggantung kalimatnya sambil menunjuk tempat tidur di seberangnya.

"Ga mau. Tiva mau tidur sama kakak."

"Kakak tidurnya...."

"Tidurnya kakak mau kayak gimana juga, Tiva tidur di sebelah kakak."

"Tapi....."

"Bawel." ujar gue lalu memeluk kak Dan dari belakang. Gue peluk kak Dan erat. Sampai gue dengar degup jantungnya yang benar-benar berdegup kencang. Sebeginikah orang yang sedang jatuh cinta? Sampai gue bisa dengar degup jantung orang yang lagi jatuh cinta sama gue?

"Hoo Ya Allah...." ujar kak Dan pelan, tapi masih bisa gue dengar.

"Kakak masih mau munggungin Tiva? Kakak ga mau menghadap ke Tiva?" pancing gue pada kak Dan.

Gue ga tau apa yang ada di otak dan pikiran gue hari ini. Tapi hari ini gue pengen banget dekat sama kak Dan. Mungkin gue yang udah terlalu nyaman sama kak Dan atau apa, gue sendiri bingung. Kak Dan sendiri? Dia bilang kalau dia suka dan sayang sama gue, tapi kenapa dari tadi dia ga bisa peka sama kode dari gue? Gue udah kesel banget lihat dia disuapin sama kak Tina, eh dia malah sengaja minta disuapin juga. Ya walaupun dia anggap kak Tina itu adiknya, tapi kan bukan adik kandung.

"Kak? Dengar Tiva ga sih? Kakak masih mau munggungin Tiva?"

Sedetik kemudian kak Dan langsung menghadap ke arah gue, dengan tangannya mulai memeluk pinggang gue. Ah senangnya... Eh ini kenapa jantung gue deg-deg an ya? Biar aja deh. Yang penting gue bisa lihat wajah kak Dan dari dekat. Gue lebih senang lihat wajah kak Dan ketimbang wajah Gunawan. Masa bodo dengan Gunawan, dihadapan gue sekarang adalah kak Dan. Gue tatap lekat-lekat wajah kak Dan. Mata gue terus menatap iris matanya. Kenapa dia nunduk? "Kenapa nunduk, kak?"

Kak Dan hanya diam saat gue tanya kenapa dia nunduk. Gue penasaran apa yang dia lihat. Gue pun ikut nunduk. "Astaga, kakak mesum." ujar gue sambil mencubit pinggangnya.

"Aw... Siapa yang mesum sih?" tanya kak Dan dengan tangannya masih memeluk pinggang gue.

"Itu buktinya, kakak nunduk. Kakak lagi lihat dada Tiva kan?"

"Ha... Ya Allah, Tiva... Kakak ga lihatin dada Tiva. Tapi karena Tiva ngomong gitu, kakak kan jadi lihatin dada Tiva." ujar kak Dan polos.

"Mesum..." ujar gue pelan di telinga kirinya sambil mencubit pinggang dia lagi.

Kak Dan bergidik waktu gue ngomong di telinga kirinya. Yes, gue dapat kelemahan dia lagi.

"Terus kalau kakak ga lihat dada, kenapa kakak nunduk? Hmm?" goda gue lagi.

Ah sumpah, kenapa hari ini gue jahil banget sih sama kak Dan? Gue udah ga inget berapa kali gue godain kak Dan.

"Em e... kakak ga tahan lihat mata dan bibir Tiva. Dari pada kakak khilaf, mending kakak nunduk. Itu lebih aman." jawab kak Dan. "Karena Tiva juga mengira kakak lihat dada Tiva, ya udah, kakak merem ya. Tapi Tiva juga merem. Biar kakak ga lihat mata Tiva lagi."

Ah ya ampun, kakak... Jujur amat sih kamu, kak. "Ya sudah kalau begitu, kita sama-sama merem ya. Tapi kakak harus peluk aku yang erat ya." goda gue lagi.

"Pe... peluk ya? Ha... harus peluk ya?" kak Dan mendadak gagap. Kamu kenapa sih, kak?

"Mmm." jawab gue sambil mengangguk. "Kak, Tiva pinjam kaos kakak ya buat tidur. Ga enak pakai baju dari luar buat tidur."

"Mmm. Ambil aja di lemari. Terserah Tiva yang mana aja."

Gue langsung turun dari tempat tidur dan mencari kaos untuk tidur. Gue ambil kaos kak Dan yang menurut gue kecil, karena kaos itu pasti untuk dalemannya. "Ini ya, kak."

"Eh itu ke..."

"Jadi ini ga boleh, kak?"

"Bo... boleh kok. Ta... tapi..."

"Tapi apa, kak?"

"Ga apa-apa. Tiva pakai saja."

"Sebenarnya Tiva kalau tidur malam itu, ga pernah pake baju lho, kak. Naked." goda gue lagi. Dan kali ini gue lihat dari kaca kalau kak Dan langsung menelan ludah waktu gue bilang naked. Sumpah, lucu banget kamu, kak. "Emm kak."

"Iya?"

Kak Dan seperti kaget, seperti ada yang dia pikirkan. "Tiva kan kalau malam itu gampang gerah nih, menurut kakak, Tiva tidur pake cd aja atau pake celana pendek tanpa cd?"

"Hah?"

Kak Dan kaget dengar omongan gue. "Yang mana, kak? Kakak punya hot pants ga?"

"Hah? Hot pants? Ada tuh di lemari, punya Tina."

"Hah? Punya kak Tina?" gue kaget dengarnya.

"Iya punya Tina." Kak Dan langsung turun dari tempat tidur dan mendekati gue.

"Nih hot pants nya Tina. Mau pakai?"

"Ah ga deh, kak. Tiva pakai cd aja. Eh tapi buat besok? Eh Tiva pinjam boxer kakak aja, cd nya biar Tiva cuci, biar bisa buat besok."

Kak Dan langsung mengambilkan boxernya untuk gue pakai. Gue langsung melepas celana jeans gue di depan kak Dan dan menerima boxer yang dia kasih. Kali ini gue melepas cd gue di depan kak Dan, tepatnya di depan kaca dan kaca itu terlihat oleh kak Dan. Sumpah kali ini, gue niat banget buat godain kak Dan. Gue lepas kaos yang gue pakai juga di depan kaca. Sekarang yang melekat di tubuh gue hanya bra hitam gue. Gue lihat dari kaca, mata kak Dan ga berkedip sedikitpun. Dan gue tersenyum melihatnya. Langsung gue pakai celana boxer milik kak Dan. Karena dari tadi gue lihat kalau kak Dan udah susah menelan ludah karena lihatin gue.

"Kak."

"Iya?"

"Tolong bukain tali bra Tiva dong?"

"Hah?" kak Dan kaget dengar permintaan gue.

"Ee ka... kakak yang lepasin?"

"Iya, kakak yang lepasin, Tiva minta tolong."

"Em... e...."

"Kenapa, kak? Kakak ga mau?"

"Eh ee... itu..."

"Itu apa, kak? Kakak mau tolongin Tiva ga buka tali bra Tiva?"

"Anu itu... Aduh gimana ya?"

"Kakak kenapa sih? Kok jadi aneh gini? Mau nolongin Tiva ga sih, kak?" gue makin kesal sama kak Dan. Tinggal jawab iya apa susahnya dari tadi sih. Nyebelin banget sih ni orang. "Anunya kakak kenapa?"

"Hah? Anunya kakak?"

"Tadi kakak bilang anu. Anunya kakak kenapa?"

"Hah? Ga apa-apa kok."

"Ish... Nyebelin banget sih kamu, kak."

"Lah kakak kenapa?"

"Kakak...." gue makin kesal sama kak Dan, langsung aja gue balik badan ke arah kak Dan. Bagus, sekarang dia diam. "Kakak mau bukain tali bra Tiva ga sih? Ditanyain dari tadi juga. Nyebelin banget. Mau Tiva buka sendiri dan menghadap ke kakak atau kakak yang bukain tapi Tiva menghadap ke kaca?" pancing gue karena udah kesel sama kak Dan.

"Hah?"

*****


tbc


Terima kasih yang masih menunggu cerita ini. Author lagi rajin update nih. Semoga rajin terus ya. Khekhekhekhekhe... Maaf rada sedikit nyebelin, karena biasanya orang yang nyebelin itu ngangenin. Hehehehehe

Sekali lagi terima kasih banyak

^_^

TIVAWhere stories live. Discover now