11 Dekat Lagi (1)

1.9K 94 12
                                    

Selamat ulang tahun, mantanku. Semoga apa yang tante mau dapat terwujud dan terkabul. Walaupun tante ada di sini, tapi Dan yakin tante ga akan baca ini, tapi do'a Dan selalu buat tante. Jadilah perempuan tangguh setangguh banteng, tapi jangan mudah terpancing amarah seperti hal nya banteng terpancing amarahnya saat melihat warna merah, karena banteng kan buta warna. Terima kasih telah mengajarkan Dan apa itu arti cinta, sayang, sabar, setia, komitmen, emosi, egois, sakit hati, pujian, cacian dan bersama. Banyak hal yang Dan dapat dari tante, dan semua itu adalah pelajaran yang sangat berharga. Tetaplah menjadi partner in crime nya Dan ya, walaupun kita sudah tidak lagi bersama.  

Hidup gak mesti tentang cinta melulu

Karena hidup masih punya sejuta keindahan yang kau miliki

Walau kita terpuruk, jangan pernah berhenti berharap

Walau harapan itu tipis sekali, tapi, jangan pernah berhenti berharap

Tentang hidup, cinta dan harapan

Harus kau lalui dengan senyuman dan tersenyum

Karena dengan tersenyum, hidup akan menjadi lebih indah dan penuh cinta serta penuh harapan.

Dan M. 27 April 2011

Author POV

Di rumah Dan

Sejak kedekatan itu, setiap malam Dan selalu menelpon Tiva. Menjadi tempat curhat dia bila ada masalah dengan pacarnya (laki-laki) atau pun dengan keluarganya.

"Kak." panggil Tiva diujung telpon sana.

"Iya."

"Kakak suka sama Tiva ya?"

Mendadak hening.

"Kak, kok kakak diam aja."

"Ah iya Tiva, kenapa?"

"Kok kakak diam? Kakak suka sama Tiva  ya?"

Dan masih terdiam, dia masih mengatur degup jantungnya karena ucapan Tiva tadi.

"Kenapa diam, kak? Kakak kaget Tiva tahu kalau kakak suka sama Tiva ya? Sekarang kakak deg-deg ya?"

"Ah sialan!" maki Dan dalam hati. "Kenapa Tiva bisa tahu sih? Ini lebih deg-deg an ketimbang kerja sama pas Ebtanas dulu." kesal Dan masih dibatinnya.

"Kakak..." panggil Tiva lagi. "Jawab dong."

Dan menghela nafas panjang, walau degup jantungnya belum teratur, dia berusaha menjawab. "Ah Tiva sok tahu nih."

"Benar kakak suka sama Tiva ga?" Tiva menegaskan lagi.

"Ah ee..."

"Iya kan, kakak suka sama Tiva."

"Tiva tahu dari mana?"

"Dari suara kakak."

"Dari suara kakak? Masa'?"

"Iya, suara kakak bilang kalau kakak suka sama Tiva. Dan sekarang kakak masih deg-deg an karena Tiva tahu kalau kakak suka sama Tiva."

"Iya, kakak suka sama Tiva."

"Dari kapan, kak?"

"Dari awal ketemu."

"Serius, kak? Bukan dari pas kejadian Reza itu?"

"Bukan, dari awal Tiva masuk. Tiva ga benci sama kakak? Tiva ga jijik sama kakak?"

"Kenapa harus benci dan jijik? Rasa yang kakak rasa itu kan bukan kakak yang mau, itu muncul sendiri. Tuhan yangg kasih buat kakak. Kita ga berhak memilih siapa orang yang bisa kita suka dan cinta. Dan Tiva ga berhak melarang kakak agar kakak ga suka sama Tiva."

TIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang