5 Kejadian Aneh (2)

3.9K 115 23
                                    

Dan Pov

Hapeku bergetar di saku celana jeansku, ada pesan masuk dari Tiva.

"Tiva udah di ruangan, ka. Kaka dimana?"

          "Kaka lagi meeting sama bos dan yang lainnya."

"Ooo pantes aja ruangan sepi. Ka, itu tadi maksudnya apa ya? Yang Reza?"

          "Ada Mari ga? Mari tau kok." read by Tiva 08.10

Karena ga ada balasan lagi dari Tiva, aku fokus kembali ke meeting. Tidak beberapa lama, pintu ruangan ada yang mengetuk, spontan kami langsung menengok ke arah pintu setelah bos mempersilahkannya masuk.

"Pak maaf, mau manggil kak Dan." ujar Melly pada bosku.

"Ada apa, Mel?" tanya bosku.

"Itu, pak. Reza pingsan." jawab Melly.

Sontak aku langsung melompat keluar dan berlari setelah mendapat persetujuan dari bos. Dan benar, aku mendapati Reza telah pingsan tepat di pintu masuk. Aku, Tiva, Mari, Mario dan Nuri berusaha mengangkat Reza ke dalam. Aku langsung melihat ke arah Tiva yang sedang memegang tangan Reza. "Tiva, jangan megang Reza, lepasin. Biar Mari aja."

"Ga bisa, kak. Dia megangnya kenceng banget. Tangan Tiva sakit ini." ujar Tiva sambil meringis kesakitan.

Aku yang melihat Tiva seperti itu ga tega banget. Langsung aku pegang tangan Reza agar melepaskan genggamannya pelan-pelan, agar tangannya Tiva ga kesakitan lagi. Kini Reza menggenggam tanganku erat, seakan ga mau melepaskan. Kepala Reza masih bersandar di pangkuan Mari saat dia mulai berontak akan melapaskan tangannya dari genggamanku, karena dia tersadar, bukan Tiva lagi yang memegang tangannya.

"Assalamu'alaikum!" ujarku pada Reza.

"Wa'alaikumsalam!" jawab Reza sambil melihat ke arahku dengan tajam.

"Ini siapa? Reza bukan?"

Dia melotot, sambil tersenyum sinis.

"Ini Reza bukan?" tanyaku kembali sambil menatap matanya dengan tajam.

Dia mulai melunak. "Iya, aku Reza, kak."

"Ini siapa?" tanyaku lagi kali ini menunjuk diriku sendiri.

Dia sempat berpikir lama, "Kak Dan." jawabnya singkat, masih tersenyum sinis.

"Bohong, kamu bukan Reza!" Segera kubisikan Surat An Nas sebanyak tiga kali di telinga kanan Reza. Dia mulai memberontak lagi, lalu kembali pingsan. Ku tepuk pipinya pelan untuk menyadarkannya. Dia kembali membuka matanya. "Za!" panggilku.

"Iya, kak Dan." ujarnya lemah.

Oke, kali ini Reza beneran. "Za, semalam kamu kemana? Kamu lewat mana?" tanyaku pelan pada Reza.

"Semalam aku jalan sama cowok aku, kak. Lewatin kuburan."

"Kamu lewatin pohon gede ya?" tiba-tiba bayangan pohon besar muncul di depanku, dengan  seorang wanita didekatnya.

"Iya, kak. Aku lewatin pohon gede. Sempat ga enak sih, tapi aku jalan terus aja."

Tiba-tiba dia pingsan lagi. Dia membuka matanya lalu tersenyum manis padaku. Ah, kali ini buka Reza. Siapa dia? Kenapa bisa masuk ke Reza? Aku memutar otak.

"Kamu siapa? Ngapain masuk ke Reza?" tanyaku pada Reza, lebih tepatnya yang ada di tubuh Reza.

Yang ditanya bukannya menjawab, malah tersenyum menggoda ke arahku. Gila ya, kok bisa-bisanya dia malah godain aku. Tiba-tiba datang Ayi, office girl kantor ikut membantu memegang kepala Reza sambil membaca entah apa, aku ga dengar dengan jelas. Aku sempat menolak bantuan Ayi. Bukannya aku sok pahlawan, tapi jujur, aku merasa kalau ada yang memegang Reza, seperti akan "tertular". Tapi perempuan yang memang umurnya ga jauh dari umurku itu tetap saja keukeuh mau membantu.

TIVAWhere stories live. Discover now