14 Masih Belum Yakin

1.6K 70 14
                                    

Maafkan author yang ingkar janji ya. Ini part nya, maaf tidak tepat waktu. Mood nulis Tiva baru dapat hari ini. Selamat membaca.

Author POV

Drrttt ...... drrttt ..... drrttt....

Drrttt ...... drrttt ..... drrttt.... 

Drrttt ...... drrttt ..... drrttt....

Drrttt ...... drrttt ..... drrttt....

Drrttt ...... drrttt ..... drrttt....

"Assalamu'alaikum." salam Dan lirih tanpa semangat.

"Wa'alaikumsalam." jawab si penelpon. "Bang, Tina ke kostan ya. Tina bawa bubur buat Abang. Ga ada penolakan."

"Iya." hanya itu jawaban dari Dan.

Lima menit kemudian.

Pintu kamar kostan Dan tiba-tiba terbuka.

"Assalamu'alaikum." ujar seseorang dibalik pintu yang tak lain adalah Tina.

"Wa'alaikumsalam." sahut Dan lemah.

"Nah kan, benar feeling Tina." ujar Tina saat melihat Dan tergolek lemah di ranjangnya. "Kenapa ga telpon Tina sih, bang?"

"Hi...." Dan hanya tersenyum sambil menunjukkan gigi gingsulnya.

"Makanya cari pacar, biar ada yang ngurusin."

"Ga ada yang mau."

"Halah, alasan. Giliran ada yang mau, malah dianggap adek."

Dan mengacak-acak rambut Tina. "Abang sayang Tina sebagai adek nya abang, ga bisa sebagai pacarnya abang. Karena bagi abang, sebagai adek itu lebih istimewa dibanding sebagai pacar. Jadi, Tina punya bagian tersendiri di hati abang, ga ada yang bisa gantiin Tina. Yah kecuali Tina tetap pengen jadi pacar abang, tanpa rasa sayang dan cinta di hati abang, dan diperlakukan tidak seistimewa seperti adek, ya ga apa-apa. Pilih mana?"

"Mending jadi adek nya abang. Lebih istimewa dari pacar abang. Bisa marahin abang, bisa manja sama abang, bisa bikin cemburu si Mario. Hehehehehe...." ujar Tina sambil terkekeh.

"Cie... yang udah mulai punya rasa ke Mario." goda Dan.

"Kok malah di cie in sih? Bukannya Alhamdulillah, malah di cie in..." ujar Tina sambil cemberut.

"Hahahahaha..... Iya kelupaan, saking senangnya. Alhamdulillah, Tina mulai punya rasa ke Mario." ujar Dan sambil tersenyum manis.

"Udah godainnya? Sekarang makan ya. Tina suapin." ujar Tina masih dengan wajah cemberutnya sambil menyuapi bubur yang tadi dibawanya.

Dan tersenyum manis lalu membuka mulutnya untuk menerima suapan bubur dari Tina.

"Bang..." panggil Tina.

"Mmm..." jawab Dan.

"Kalau Tina menyimpan rasa sayang dan cinta Tina ke abang lebih dari kakak, masih boleh kan?"

"Boleh, Tina sayang. Abang ga akan melarang Tina untuk itu. Karena setiap orang berhak jatuh cinta kepada siapa saja, tanpa terkecuali. Apa pun bentuk cinta itu. Termasuk cinta Tina ke abang."

"Boleh Tina tempatkan ditempat yang khusus di hati Tina?"

"Boleh. Itu hak Tina." jawab Dan sambil tersenyum kemudian mengacak-acak rambut Tina dengan lembut. "Asal ada tempat juga untuk Mario di hati Tina."

"Untuk Mario ada, bang. Dan untuk abang beda sendiri."

Drrttt ...... drrttt ..... drrttt....

TIVAWhere stories live. Discover now