LP1

3.5K 165 14
                                    

Yuki mengambil beberapa buku kosong, dia belum tau apa jadwal pelajaran sekolah barunya ini. Beberapa tahun di Jepang, dara campuranIndo-Jepang itu sedikit excited setelah tau ia dipindahkan lagi ke Indonesia, Yuki sangat merindukan teman-temannya, masakan Mamanya, bawelan Reina, dan tentunya adik terkecilnya yaitu Sakura. Setelah selesai membereskan masalah tas dan buku-buku yang akan di bawa. Yuki berjalan kearah lemari berwarna coklat, berbahan jati.

 Ia membuka lemari dengan ukiran yang sederhana namun detail tersebut. Mengambil seragamnya—atasan putih dan rok merah hati kotak-kotak.

 Setelah seragam tersebut terbalut di tubuhnya, Yuki berdiri di depan sebuah kaca yang tingginya sama dengan ukuran tubuhnya. Ia merapikan sedikit bagian roknya, lalu mengambil sisir, menyisir rambut berwarna caramel, nyaris seperti warna emas. 

Beberapa kali ia mencoba, mengikat rambutnya gaya ekor kuda, lalu dilepas lagi, diikatdua, lalu dilepas lagi. Yuki mendengus kesal, lalu melepas ikat rambut bercorak hitam dan putih itu. ia menyisir lurus rambutnya lalu mengambil jepit berbentuk pita berwarna merah gelap, lalu menjepit poninya. Ia tersenyum sebentar lalu memoles bedak di wajahnya.

"Pagi mama" sapa Yuki setelah turun dari lantai duakamarnya. Mamanya hanya tersenyum sambil mengoles roti tawar dengan selai kacang, kesukaan Yuki. Yuki segera mengambil rotinya lalu menggigitnya. "Eh Yuki, makannya jangan buru-buru! Nanti keselek!" Ujar Mamanya, Yuki hanya cengengesan lalu mencium pipi kiri dan kanan Mamanya. "Yuki udah lumayan telat ma, Yuki berangkat ya. Sayang mama" teriak Yuki berlari keluar rumah sambil menggigit roti tawar. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jakarta, disingkat denganSMANSA Jakarta. 

Bangunan yang sudah berdiri dari jaman Ki Hajar Dewantara itu masih kokoh meski sudah lumayan banyak perbaikan. Sekolah ini menjadi sekolah ternama di Jakarta. Sekolah yang menjadi sekolah baru Yuki. 

Pintu gerbang masuk sekolah di sengaja terbuat dari kayu jati setebal 20cm, dengan tinggi 5m.Terukir beberapa relief bunga, gerbang itu berwarna coklat mengkilat secara keseluruhan. Mobil Yuki masuk ke gerbang tersebut, Yuki menyumbat kedua telinganya dengan earphone berwarnaputih.

 Gadis itu memarkirkan mobil honda jazz berwarna sama dengan earphonenya di lahan parkiran yang kosong. Ia keluar dari mobil sambil memegang iPhone berwarna kuningan emas,Yuki sibuk mendengarkan lagu sambil mengotak atik iPhonenya, ia tengah sibuk memberi tahu pada teman-teman lamanya bahwa ia sudah tiba di sekolah. Banyak siswa yang melihatnya tanpa berkedip, Jepang yang mengalir di darahnya membuat gadis itu semakin enak di lihat. Kulitnya yang putih mulus dan kaki yang lurus seperti linggis. Kening Yuki mengerut, ia melihat ke sekeliling sekolah. 

Tanpa memperdulikan tatapan-tatapan pada dirinya. Toh, dia memakai seragam yang sama.Pasalnya, ia tidak bisa menemukan wajah teman-temannya.

"YUKI-CHAN!!!!!" Yuki refleks menutup kedua telinganya yang masih medengarkan lagu, suara itu lebih keras dari sebuah speaker.Yuki membalikkan badannya ke arah sumber suara, dia sudah bisa menebak siapa yang memanggil namanya. Bibir berwarna pink peach Yuki melengkung sumringah ketika ia melihat Vebby dan yang lainnya. Vebby langsung lari lalu loncat dan memeluk tubuh Yuki erat-erat. "Ampun Veb, lo makin berat ajaaa!!" pekik Yuki yang menahan tubuh Vebby. Vebby berteriak kencang. "Apa!!!! Berat? Gue harus diet lagi dong!? Kok lo makin langsing aja aaaa, gue iri!!" Chika menghampiri mereka, ia menepuk bahu Vebby. "berisik lo, itu suara kok volumenya gede banget. Yuki!Kangen!" Chika segera memeluk Yuki sambil mengusap punggungnya. Hal yang sama juga di lakukan oleh Azana. Mereka bercanda tawa sambil berjalan ke arah kantin,kebetulan hari itu hari pertama sekolah. Anggota OSIS masih sibuk mengatur sekolah, jadi jam kosong. 

Hal itu dimanfaatkan para gadis itu untuk bercerita.

Ketika sedang asiknya bercerita, beberapa anak laki-laki datang. Chika dan Azana melambaikan tangan dan meminta laki-laki tersebut untuk datang. Bisa dibilang mereka adalah para anak-anak yang memegang penuh kekuasaan di sekolah. Para anak yang akan menjadi penerus perusahaan-perusahaan atau bisnis yang di bangun orang tua mereka.

love poisonWhere stories live. Discover now