EPILOG

1.9K 120 6
                                    


Seorang gadis kecil berlari dengan senyuman lebar yang selalu menghiasi wajahnya. Sesekali ia tertawa kencang ketika bocah laki-laki yang tampak sedang mengejarnya itu menggerutu.

"Ajeng!!! Awas ya! Kalo mas dapetin kamu, mas gelitikin sampe nangis!!" teriak bocah laki-laki itu sambil terus mengejar Ajeng--Gadis kecil tadi.


Ajeng terus berlari mengacuhkan bocah laki-laki itu. Tenaganya sangat kuat untuk ukuran tubuhnya kecil. terlebih, umur Ajeng yang lebih muda 2 tahun tadi bocah laki-laki itu. Rambut Ajeng yang diikat satu membentuk ekor kuda bergoyang kiri-kanan seiring ia berlari.

"Weeekk Mas Raihan gabisa ngejar Ajeng weekkk. Mas Raihan payahhhh" teriak Ajeng membalas Raihan--Bocah laki-laki yang mengejarnya.


Yuki yang melihat dua anak kecil itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Stefan tampak mengendap-endap berjalan dari belakang tubuh istrinya. Lalu melingkarkan kedua tangannya di sekeliling perut Yuki. Yuki sedikit terkejut dengan tindakan Stefan hanya bisa mengusap dadanya lalu memukul pelan lengan Stefan yang kokoh melingkari perutnya.


"Kamu ini, udah berumur masih aja kayak anak kecil" ucap Yuki sambil meneruskan kegiatannya. Ia sedang menyiapkan makan siang di belakang rumah.


"Berumur apanya sih sayang, aku baru 32 tahun loh. masih muda tuh" jawab Stefan seraya memangkukan dagunya ke bahu Yuki, menghirup aroma tubuh Yuki dalam-dalam.


Yuki hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Stefan yang semakin manja meski mereka sudah 9 tahun menikah. "Manja mana?" tanya Yuki, ia melihat ke sekeliling mencari putri bungsunya.


"Dia ketiduran tadi, kayaknya capek pas main sama abangnya. Abangnya aja yang ga capek capek ngejar Ajeng"


Mendengar itu Yuki hanya terkekeh kecil, melihat Raihan dan Ajeng yang masih sibuk berlarian.

"Raihan! Ajeng! makan dulu yuk, nanti mainnya diterusin!" teriak Yuki pada dua anak itu, Ajeng sontak berhenti berlari ketika mendengar teriakan Yuki.


"Iya tante! mama udah datang?" tanya Ajeng, dia lengah dan tidak memperhatikan kalau Raihan diam-diam berjalan ke arahnya sambil menunjukkan seringai licik.


"Nah!" Raihan memeluk erat-erat tubuh mungil Ajeng "Dapet kamu!" lanjut Raihan lagi.


Ajeng terkejut dan berusaha melepaskan tangan Raihan namun sia-sia. Ajeng selalu seperti itu, sekalinya berlari lalu berhenti.. dia tidak akan punya tenaga lagi.

Ajeng memanyunkan bibirnya. Raihan menatap wajah Ajeng. Menunggu sesuatu. "Iya mas, Ajeng kalah deh kali ini. Mas Raihan yang menang" pasrah Ajeng, keringatnya turun perlahan dari ujung dahi ke pelipisnya.


Raihan terkekeh kecil melihat Ajeng yang pasrah. Jadi benar kata Papa, sekuat apapun cewek. Tetep aja dia makhluk tuhan yang rapuh dan lemah. Gumam Raihan didalam hatinya.


Raihan mengecup pipi Ajeng, membuat kedua bola mata Ajeng membulat sempurna. Ia terpaku di tempatnya. Tidak menyadari kalau orang tua mereka mengabadikan moment itu dengan kamera yang mereka pegang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 07, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

love poisonWhere stories live. Discover now